Latest News

Thursday, September 22, 2016

Pertarungan Sengit Jelang Pilkada Ala Megawati, Prabowo, SBY. Siapa yang Akan Bertahan?





alirantransparan.blogspot.co.id - Pilkada DKI Jakarta selalu jadi perhatian elite dan publik. Sebab, memenangkan pilkada di Ibu Kota bisa menjadi langkah besar untuk memenangkan pemilihan presiden.

Gubernur DKI Jakarta dianggap bisa menjadi barometer kepemimpinan. Masih ingat dengan cerita Pilkada DKI Jakarta 2012?

Ketika itu, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra menang atas calon petahana Fauzi Bowo-Nacrowi Ramli.

Setelah dua tahun menjadi DKI 1, PDI Perjuangan mengusung Jokowi menjadi calon presiden pada Pilpres 2014. Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla head to head dengan pendukungnya pada Pilkada DKI 2012, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Jokowi menang.

Kemenangan Pilkada DKI 2017 bisa saja bermetamorfosis menjadi kemenangan pada Pilpres 2019. Hal itu lah yang menjadi alasan partai politik harus berpikir jernih dan matang sebelum menentukan pasangan cagub - cawagub.

Megawati

Drama politik semakin terasa bersamaan dengan mendekatnya waktu pembukaan pendaftaran bakal pasangan cagub dan cawagub DKI. Berbagai skenario dan asumsi politik bermunculan.

PDI Perjuangan akhirnya mengusung pasangan petahana Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. Keputusan itu diumumkan pada 20 September, di detik-detik akhir sebelum pembukaan pendaftaran pada 21 September. Kekuatan poros Megawati didukung Partai NasDem, Golkar, dan Hanura.

Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Eriko Sotarduga mengutarakan, PDI Perjuangan hati-hati dalam mencari calon kepala daerah. Sosok yang dipilih PDI Perjuangan di DKI berpeluang diusung di Pilpres 2019.

"Kalau kami salah pilih akan fatal. Kami juga memerhatikan 2019 (Pemilu 2019). Siapa yang dipilih PDI Perjuangan di DKI akan punya kesempatan di 2019," kata Eriko di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 17 September.

Berbagai survei menyatakan bahwa pasangan Ahok - Djarot berada di atas angin. Ahok - Djarot mungkin menang mudah jika parpol penantang tak menyiapkan lawan yang setidaknya sama tangguhnya.

Prabowo

Pengurus tingkat DKI partai penantang Ahok membentuk Koalisi Kekeluargaan pada 8 Agustus, setelah Ahok resmi didukung NasDem, Hanura, dan Golkar. Waktu itu, PDI Perjuangan belum menentukan sikap untuk Pilkada DKI.

Partai Gerindra, PKS, Demokrat, PKB, PPP, dan PAN, setia menunggu PDI Perjuangan sembari menyusun skenario kedua tanpa partai banteng moncong putih. Gerindra menyodorkan nama Sandiaga Uno sebagai bakal cagub.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah, dan Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Pariwisata dan Kebudayaan Sylviana Murni, masuk dalam daftar bakal calon pendamping Sandi. Keduanya sudah menjalani fit and proper test di Koalisi Kekeluargaan.

Tak disangka, Gerindra dan PKS seperti membuat poros sendiri. Pada 8 September, PKS mendeklarasikan pasangan Sandiaga Uno dan Mardani Ali Sera di Kantor DPP PKS, Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan.

Wakil Ketua Majelis Syuro Hidayat Nur Wahid mengklaim, pasangan itu mendapat restu dari Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. "Secara prinsip Pak Prabowo sudah setuju juga dan sudah dikomunikasikan dengan Pak Prabowo," ujar Hidayat, Jumat 9 September.

SBY

Merasa tak diajak berunding oleh Gerindra dan PKS, empat partai lain dalam Koalisi Kekeluargaan, yakni Demokrat, PKB, PPP, dan PAN, membuat poros alternatif. Mereka sepakat bakal mengusung kandidat di pilkada DKI 2017.

Rabu malam 22 September, dimotori oleh Partai Demokrat, elite keempat parpol melangsungkan pertemuan di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Di awal pertemuan SBY sempat berkelakar.

"Ini Pilpres atau Pilgub ya?" tanya SBY kepada para pewarta sambil membawa semangkuk bakso di pendopo kediamannya. Pertanyaan itu dilontarkan SBY karena banyaknya wartawan menunggu keputusan poros alternatif.

Pertemuan di rumah Presiden ke-6 Republik Indonesia itu tak dihadiri petinggi Gerindra dan PKS. Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan mengungkapkan, Gerindra dan PKS absen karena sudah menyepakati pasangan sendiri.

"Sementara kami saat itu tidak terlibat di situ, jadi kami membuat satu forum tersendiri," jelas Syarief.

Belum ada nama pasangan dari poros alternatif hingga akhir pertemuan semalam. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan bilang, nama kandidat sudah mengerucut tapi masih membutuhkan tahap finalisasi.

"Ada beberapa (nama) alternatif dan sudah mengerucut, akan difinalisasi besok (hari ini)," ujar Zulkifli di kesempatan yang sama.

Adanya poros alternatif memunculkan indikasi pertarungan klasik tiga elit politik, yakni Megawati, Prabowo, dan SBY. Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan membantah hal tersebut.

"Ini cuma soal siapa calon gubernur saja," ujar Hinca masih dari kediaman SBY tadi malam.

Ia melanjutkan, pertarungan Pilkada DKI tidak berada di tingkat ketua umum. "Nanti yang ngurus juga DPD, yang daftar DPD. Ini kan gubernur bukan presiden, bukan level ketua umum," pungkas Hinca.(metrotvnews.com)

No comments:

Post a Comment