Latest News

Showing posts with label Pemerintah. Show all posts
Showing posts with label Pemerintah. Show all posts

Monday, October 31, 2016

Ternyata Bukan Baru Kali Ini Saja, Indonesia Sudah Impor Cangkul Sejak 2002



alirantransparan.blogspot.com - Pemerintah melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia dikabarkan tengah mengambil kebijakan impor cangkul dari Tiongkok. Impor cangkul itu dikabarkan sudah mendapat ijin dari Kementerian Perdagangan. 

Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengaku Indonesia masih melakukan impor cangkul. Pasalnya, hal tersebut sesuai dengan kebutuhan saat ini. 

�Secara prinsip, hampir semua barang kita ada ekspor dan impornya,� ungkap Deputi bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo kepada Okezone di Jakarta, Minggu (30/10/2016).

Menurutnya, salah satu barang impor yang juga dimiliki Indonesia adalah cangkul. Meski demikian, Sasmito tidak menyebut besarannya secara pasti. �Ini sesuai kebutuhan penduduk masing-masing negara. Termasuk cangkul,� jelas dia.

Berbagai tanggapan miring soal impor itupun mengemuka. Ketua MPR, Zulkifli Hasan mengaku heran dengan keputusan impor tersebut. Indonesia, menurutnya mempunyai segalanya untuk berdaulat dan mandiri.

�Kita ini harus berusaha keras untuk bisa mandiri, bayangkan mosok cangkul saja impor, daging impor, garam saja juga impor,� ujarnya usai menghadiri pelantikan pengurus DPW Perempuan Amanat Nasional di gedung Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Sabtu (29/10/2016) sebagaimana dilansir Kompas.com.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga menanggapi adanya impor cangkul tersebut. Ketua YLKI, Tulus Abadi mempertanyakan alasan impor cangkul yang dilakukan pemerintah yang kabarnya untuk menekan peredaran cangkul ilegal. Menurutnya itu bukan cara yang tepat dilakukan.

Tulus justru mempertanyakan komitmen pemerintah untuk memberdayakan industri kecil menengah (IKM).
Impor cangkul dari China, menurut Tulus, adalah upaya menyedihkan yang mestinya dihentikan. Menurutnya, hal itu dianggap tidak menghargai para produsen cangkul dalam negeri.

�(Impor) Itu tragis. Itu harus dihentikan. Kita bisa memproduksi cangkul kok. Itu pelecehan terhadap petani kita dan juga produksi dalam negeri,� ujarnya kepada merdeka.com di Dewan Pers, Jakarta, Minggu (30/10).

�Apa yang ilegal? Justru seharusnya pemerintah memberdayakan industri kecil untuk membuat cangkul,� tambahnya.

Dirinya menyebut jika pemerintah terlalu menggampangkan solusi permasalahan dengan impor. Padahal, kata Tulus, pemerintah sebenarnya bisa memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang kualitasnya tidak kalah jauh dibanding harus melakukan impor yang tidak banyak memberi penerimaan bagi dalam negeri.

�Semua daerah pedesaan bisa membuat cangkul. Persoalannya pemerintah menggampangkan lalu impor. Justru pemerintah tidak melihat pemberdayaan UKM,� tandasnya.

Impor cangkul sejak 2002

Kabar mengenai impor cangkul memang baru heboh akhir-akhir ini. Namun ternyata pemerintah RI sudah melakukannya sejak tahn 2002 silam, yakni di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri. 

Sebagaimana diungkapkan Dirjen Industri Dagang Kecil dan Menengah Deperindag saat itu, Marwoto, Indonesia masih harus mengimpor cangkul sebanyak dua juta unit pertahun.

Hal tersebut Marwoto ungkapkan dalam Pameran dan Temu Bisnis Komponen Otomotif, di Jakarta, Rabu (27/3/2002), sebagaimana dilansir Tempo.co, Rabu, 27 Maret 2002 .

Saat itu, Marwoto mengungkapkan fakta tentang impor cangkul tersebut untuk menggambarkan bagaimana industri kecil di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri kecil menengah memiliki ketergantungan pada industri perakitan otomotif. 

Ia mengatakan saat ini industri komponen tergantung pada pesanan industri perakitan. Mereka tidak mencoba memproduksi komponen dan langsung di jual ke pasar. 

Industri ini juga tidak melirik industri lain yang berkaitan seperti pertanian atau maritim. Akibatnya, katanya, Indonesia masih harus mengimpor cangkul.

Dan sejak itu Indonesia masih melakukan impor cangkul untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.(jurnalindonesia.id)

Tuesday, October 25, 2016

Bikin Takjub! Begini Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 Pemerintahan Jokowi





alirantransparan.blogspot.co.id � Presiden Joko Widodo menekankan, pemerintah terus berupaya mengimplementasikan konsep tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals yang berwawasan lingkungan. 

Sejak tahun lalu, Indonesia sudah berupaya mewujudkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Wdodo saat membuka "The 17th Assembly Meeting of International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) Working Group on Environmental Auditing (WGEA)", di Jakarta, Selasa (25/10/2016).

"Perjalanan Indonesia dalam mewujudkan praktik keberlanjutan sudah terkandung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019, yang sejalan dengan sustainable development goals (SDG)," kata Presiden.

Dari RPJM tersebut, lanjut Jokowi, Pemerintah Indonesia telah menetapkan dasar-dasar hukum yang menjadi panduan bagi seluruh mitra dan pemangku kepentingan di Indonesia dalam menerapkan pembangunan yang berkelanjutan.

Kerangka hukum tersebut di antaranya dapat dilihat implementasinya pada sejumlah upaya seperti pemberantasan pencurian ikan di lautan Indonesia.

"Untuk menjaga biodiversitas laut, praktik illegal fishing kami perangi, sumber daya maritim Indonesia kami lindungi. Begitu juga komoditas alam kami, seperti batubara dan kelapa sawit, yang sebelumnya menjadi jangkar pertumbuhan ekonomi, sekarang sudah mulai menerapkan praktik usaha yang berkelanjutan," papar Jokowi.

Jokowi sepakat bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan komitmen global yang harus bersama-sama diwujudkan.

Namun demikian, ia mengingatkan bahwa kondisi masing-masing setiap negara tidak sama.

Oleh karena itu, diperlukan solusi yang secara spesifik menyesuaikan diri dengan keadaan suatu negara dalam mengupayakan pembangunan berkelanjutan.

"Cara mencapainya harus memperhatikan kondisi, budaya, dan perspektif lokal. Karena itu, kita semua perlu terus bekerja sama, perlu terus tukar-menukar pengalaman," ucap Presiden.

Pada acara yang mengumpulkan institusi atau kelompok kerja audit lingkungan badan pemeriksa keuangan sedunia tersebut, Presiden Joko Widodo berharap agar institusi-institusi audit tersebut dapat meningkatkan partisipasinya dan berperan aktif dalam membantu pemerintah masing-masing negara mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.

"Sebagai institusi audit, SAI (supreme audit institutions) harus meningkatkan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas para pemangku kepentingan dalam menerapkan SDGs, terutama dalam meningkatkan kualitas sistem pengawasan, sistem data, dan sistem informasi," ujarnya.(kompas.com)

Thursday, October 20, 2016

MEMANAS!! Begini Sajak 'Raisopopo' dari Fadli Zon di 2 Tahun Jokowi-JK, Dibalas Oleh Eva Sundari dengan Sajak Begini





alirantransparan.blogspot.co.id - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai belum banyak hasil yang bisa dirasakan rakyat selama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla memimpin 2 tahun ini. Sajaknya berjudul 'Raisopopo' yang ditulis tahun 2014 silam dirasa masih relevan untuk dibacakan saat ini.

"Sikap kritis itu bukan karena benci atau dendam, tapi kita memberikan analisis masukan kritik ke pemerintah agar bisa memiliki pegangan," kata Fadli Zon di awal pembicaraan saat berkunjung ke redaksi detikcom, Jalan Warung Jati Barat Raya, Jakarta Selatan, Rabu (19/10/2016).

Fadli mengatakan bahwa sudah tugas DPR untuk melakukan check and balance. Dia sendiri sudah langsung bertanya kepada warga yang dia temui tentang kondisi setelah dipimpin Jokowi selama 2 tahun.

"Saya ajukan 2 pertanyaan. Apa hidup sekarang lebih mudah atau lebih susah. Rata-rata jawab lebih susah. Saya juga tanyakan apakah cari pekerjaan di era Jokowi makin mudah atau susah. Jawabannya makin susah," ucap Waketum Gerindra ini.

"Pemerintahan Pak Jokowi selama 2 tahun ini belum banyak hasilnya dibanding yang dijanjikan dan ekspektasi yang begitu besar," sambungnya.


Banyak hal yang disoroti oleh Fadli, mulai dari perpecahan partai politik, harga daging yang tetap tinggi, hingga kondisi perekonomian yang terlalu tergantung pada China. Ada satu aspek yang dinilainya paling parah selama Jokowi memimpin negera ini.

"Hukum, yang menjadi alat kekuasaan dan alat politik. Tajam ke bawah, tumpul ke atas. Sesuai selera atau pesanan. Hukum kita jadi alat kekuasaan yang membahayakan. Itu salah satu yang terburuk," tegas Fadli.

President Global Organization of Parliaments Against Corruption (GOPAC) ini juga merasa pemberantasan korupsi belum maksimal dilakukan oleh pemerintahan Jokowi. Menurut Fadli, banyaknya jumlah operasi tangkap tangan (OTT) bukan jadi ukuran.

"Korupsi tinggi di eksekutif legislatif yudikatif. Belum terlihat pemberantasan korupsi sudah mencapai perbaikan. Keberhasilannya bukan berapa banyak yang ditangkap tangan, tapi berkurang korupsinya. Sekarang masih tetap merajalela di semua kamar," ungkapnya.

Jokowi juga dinilai masih terlalu banyak pencitraan di 2 tahun pertamanya. Fadli pun mengingatkan bahwa Pilpres 2019 masih jauh.

"Terlalu banyak pencitraan. Pencitraan tidak bisa dipisahkan dari politik. Tapi ini terlalu banyak, overload," papar Fadli.

Di ujung perbincangan, detikcom menantang Fadli Zon untuk membuat sajak terkait 2 tahun pemerintahan Jokowi-JK. Dia akhirnya memilih sajak lamanya yang dirasa masih relevan.

Sajak itu berjudul 'Raisopopo' yang pertama kali dia bacakan pada 16 April 2014 silam. Dengan sedikit modifikasi, Fadli lalu membacakan sajak tersebut.

Raisopopo

Aku raisopopo
Seperti wayang digerakkan dalang
Cerita sejuta harapan
Menjual mimpi tanpa kenyataan
Berselimut citra fatamorgana
Dan kau terkesima

Aku raisopopo
Menari di gendang tuan
Melenggok tanpa tujuan
Berjalan dari gang hingga comberan
Menabuh genderang blusukan
Kadang menumpang bus karatan
Diantara banjir dan kemacetan
Semua jadi liputan
Menyihir dunia maya
Dan kau terkesima

Sudah kubilang dua tahun lalu, aku raisopopo
Hanya bisa berkata rapopo


Balas Puisi Fadli Zon, Eva Sundari: Raisopopo Mung Kerjo





Sementara itu politisi PDIP Eva Kusuma Sundari membuat puisi untuk 2 tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla. Puisi berjudul 'Raisopopo Mung Kerjo' yang dirakit Eva di kantor DPP PDIP pada Rabu (19/10/2016) malam kemarin itu untuk 'membalas' sajak Fadli Zon.

Menurut Eva 'serangan' bahwa Jokowi-JK hanya bisa memberi sejuta janji tanpa kenyataan harus dijawab dengan kerja. Dengan bekerja, Jokowi-JK bisa menumbuhkan harapan di tanah Papua, antar provinsi di Pulau Sumatera saling terhubung.

Tanpa bermain kata-kata, Jokowi-JK berhasil mewujudkan masyarakat Indonesia di bagian timur untuk mengejar keterpisahan. Nelayan-nelayan Indonesia yang sempat terpinggirkan, kini kembali menjadi penguasa.

"Indonesia Timur tumbuh mengejar keterpisahan. Nelayan juga kembali menjadi penguasa samudera," kata Eva.

Eva pun meminta pengkritik pemerintahan Jokowi-JK menggunakan data valid saat ingin mengkritik. Dari data yang dia miliki, pemerintahan Jokowi-JK cukup bagus di 2 tahun usianya ini. "Dua tahun Jokowi-JK apresiasi masyarakat cukup signifikan meski dapat tekanan fiskal. Kita ada terobosan tax amnesty tersukses di dunia yang mendapat apresiasi IMF," tambah Eva yang juga Sekretaris Badan Latihan Pusat DPP PDIP itu.

Berikut ini puisi balasan Eva untuk Fadli Zon.

Raisopopo mung Kerjo

Katamu
Sejuta harapan
mimpi tanpa kenyataan
dendam yang harus terus ditabuhkan

Hanya bisa kujawab dengan Kerja
Aku memilih kerja
daripada bermain kata

Masih 2 tahun, kuhanya bisa
mengajak rakyat bekerja

Sehingga

Papua dalam benderang dan
kemudahan
Sumatra saling terhubung dan
tersambung

Indonesia Timur tumbuh mengejar
keterpisahan
Nelayan kembali menjadi penguasa
samudra

Petani mensyukuri berkah bumi yang
memberi panen raya
Kesejahteraan tidak dirampok inflasi
Pariwisata, rupiah, neraca kompak
menjadi perkasa

Kuakan lanjut bekerja sehingga
Sabang sama rasa dengan Merauke;
Muslim, Nasrani, Hindu, Budha,
Konghucu, penghayat tenang berdoa
untuk menyudahi sulutan kebencian
atas persatuan dalam keberagaman

Aku mung bisa kerjo

Maka,
tetaplah lantang bicara
Tapi sebaiknya dengan mata terbuka
Sehingga katamu bersambung fakta

Buka pula telinga
Sehingga katamu
Bersambung suara gebrakan
perubahan
bukan suara fatamorgana yang kau
ciptakan

Bukan pula dari keinginan atas
kegagalan yang kau bunyikan

Monggo makaryo..

Jakarta, 20 Oktober 2016

Eva Sundari
 
(detik.com)

Genap Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Kepuasan Publik Masih Cukup Tinggi




alirantransparan.blogspot.co.id � Tanggal 20 Oktober 2016, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), genap berusia dua tahun. Sejak dilantik sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia (RI), pada 20 Oktober 2014, Presiden Jokowi banyak melakukan terobosan, di antaranya menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, selama kurun waktu dua tahun pemerintahan Presiden Jokowi, kepuasan publik berada pada posisi cukup tinggi. Saat ini, hampir semua lembaga survei menempatkan kepuasan publik kepada Presiden Jokowi pada kisaran 66-68%.

�Itu artinya kepuasan publik melebihi dari apa yang diperoleh Presiden ketika Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2014. Kalau mau menggunakan ukuran, inilah yang dipakai sebagai ukurannya,� kata Pramono di Gedung Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (19/10).

Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, titik berat yang dihadapi pemerintahan Jokowi pada dua tahun pertama adalah melakukan pembenahan ekonomi secara besar-besaran. Kebijakan itu dilakukan karena dipicu faktor perlambatan ekonomi global yang terjadi saat ini.

�Alhamdulillah, ekonomi Indonesia tumbuh pada 5,18 %. Pertumbuhan ekonomi kita dibandingkan kawasan lainnya, relatif stabil dan cukup tinggi. Tetapi tentunya ekspektasi kita bisa lebih dari itu,� katanya.

Pramono mengatakan, selain reformasi ekonomi, pemerintah juga kini menggencarkan reformasi di bidang hukum yang nantinya akan ditandai oleh diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli).(sumber: beritasatu.com)

Monday, October 17, 2016

Fakta tak Terbantahkan! Program Tol Laut Jokowi Sukses Turunkan Harga-harga di Papua, Ini Daftar Perbandingannya




alirantransparan.blogspot.co.id � Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi mengatakan, program tol laut telah berhasil menurunkan beberapa harga komoditas di wilayah timur Indonesia. Program tol laut yang digulirkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengurangi disparitas harga di wilayah timur dan barat ini, mulai menunjukkan hasilnya.

�Alhamdulillah sudah cukup punya prestasi karena semen yang tadinya harganya Rp 100.000/sak menjadi Rp 80.000/sak di Jayapura. Ayam potong yang tadinya Rp 80.000/kg jadi Rp 60.000/kg,� ujar dia saat acara forum diskusi publik sektor transportasi di Gedung UOB Plaza, Jakarta, Senin (10/10/2016).

Namun demikian, ia mengaku masih ada banyak hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah guna mengefektifkan program ini. Salah satunya adalah tingkat okupansi pelayaran yang ada selama ini.

�Setelah kita lihat secara detail, banyak yang harus kita lakukan. Okupansi yang membawa barang-barang itu masih minim. Belum ada pedagang yang membawa barang dari timur ke barat,� katanya.

Seperti diketahui, saat ini pemerintah telah memiliki enam trayek pelayaran yang seluruhnya dioperasikan oleh PT Pelni dengan dana berasal dari subsidi pemerintah. Rencananya, pemerintah akan menambah tiga trayek lagi pada tahun 2017 mendatang.

Berikut adalah perbandingan harga komoditi, sebelum dan sesudah tol laut, berdasarkan data yang diterima dari Kementerian Perhubungan :
  1. Harga semen di Jayapura sebelum tol laut Rp 100.000/sak. Setelah ada tol laut Rp 80.000/sak (Harga di Jawa Rp 60.000/sak)
  2. Harga ayam potong di Jayapura sebelum tol laut Rp 80.000/kg. Setelah ada tol laut Rp 60.000/kg (Harga di Jawa Rp 30.000/kg)
  3. Harga 1 teus kontainer dari Surabaya ke Jayapura sebelum tol laut Rp 23 juta/teus. Setelah ada tol laut Rp 9 juta/teus
  4. Harga daging sapi di Jayapura sebelum ada tol laut Rp 150.000/kg. Setelah ada tol laut Rp 125.000/kg (Harga di Jawa Rp 100.000/kg). (Setkab)

Friday, October 14, 2016

Terjawab Sudah, Ini Alasan Mengapa Presiden Jokowi Angkat Jonan dan Archandra sebagai Menteri ESDM dan Wakil Menteri ESDM




alirantransparan.blogspot.co.id - Presiden Joko Widodo meyakini Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar mampu berkerja sama dalam menyelesaikan masalah dalam sektor energi di Indonesia.
 
Jokowi menilai, keduanya memiliki kompetensi untuk memimpin Kementerian ESDM dan melakukan reformasi besar-besaran.

Bagi Jokowi, keduanya memiliki karakter berani.

"Saya tahu dua-duanya keras kepala, tapi suka terjun ke lapangan," kata Jokowi sesusai melantik Jonan dan Arcandra di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/10/2016).

Presiden memutuskan melantik Jonan sebagai Menteri ESDM dan Arcandra sebagai Wakil Menteri ESDM.

Dalam pernyataan singkatnya usai pelantikan, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa penunjukkan ini "semata-mata isu manajemen."

"Keduanya adalah figur yang cukup profesional, dan berkemampuan untuk melakukan reformasi di sektor ESDM. Ini isu manajemen, jangan ditarik ke isu-isu personal dan politik," kata Jokowi."


Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga mengingatkan bahwa pelantikan ini merupakan isu managemen.

Ia meminta tidak ditarik ke isu personal atau politik.

Hampir dua bulan tugas menteri ESDM dipegang pelaksana tugas, yakni Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Ignatius Jonan adalah mantan Menteri Perhubungan yang dicopot Jokowi dalam reshuffle kabinet Jilid II pada akhir Juli lalu.

Sementara Arcandra adalah mantan Menteri ESDM yang dilantik Jokowi saat reshuffle kabinet jilid II.

Namun, baru 20 hari menjabat, ia dicopot Jokowi karena masalah kewarganegaraan. Ia diketahui memegang paspor Amerika Serikat.

Belakangan, setelah melakukan analisis, pemerintah memutuskan bahwa Arcandra berstatus warga negara Indonesia.

Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM tanggal 1 September 2016.
Dalam nomenklatur sebelumnya, sebenarnya tidak ada posisi wakil Menteri ESDM. Namun posisi ini mendadak muncul.(tribunnews.com & bbc.com)


Tuesday, September 13, 2016

Akhirnya...Reklamasi di Teluk Jakarta Dilanjutkan, Nelayan Akan Lebih Sejahtera dengan Adanya Proyek Reklamasi




alirantransparan.blogspot.co.id - Pemerintah memutuskan memberikan izin untuk dilanjutkannya kembali kegiatan reklamasi di Teluk Jakarta.

Keputusan itu diambil usai rapat bersama yang diadakan jajaran Kementerian Koordinator Bidang Maritim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (13/9/2016).

"Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak melanjutkan reklamasi di Pantai Utara Jakarta (Teluk Jakarta)," kata Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Panjaitan.

Menurut Luhut, keputusan untuk melanjutkan kembali reklamasi di Teluk Jakarta telah melewati kajian yang melibatkan tujuh lembaga negara, mulai dari Kementerian LHK, BPPT, Kementerian KP, Kementerian Perhubungan, Kementerian Hukum dan HAM, Pemprov DKI serta PLN.

"Malam ini dan besok kami akan membuat press release mengenai semua itu," ujar Luhut.

Selain dengan tujuh lembaga tersebut, Luhut menyatakan Presiden Joko Widodo juga telah menyetujui dilanjutkannya kembali reklamasi di Teluk Jakarta. Menurut Luhut, Presiden Jokowi menekankan agar kepentingan nelayan diprioritaskan.

"Jangan sampai ada yang membelok-belokan nelayan akan menjadi korban," ujar Luhut.

Pada Juni lalu, Menko Maritim yang saat itu masih dijabat Rizal Ramli menyatakan kegiatan reklamasi di Teluk Jakarta dihentikan secara permanen. Saat itu, dinyatakan bahwa alasan penghentian karena adanya pelanggaran berat, seperti pembangunan di atas kabel PLN, serta mengganggu lalu lintas kapal.

Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut penghentian dilakukan tanpa adanya keputusan tertulis.

Selain itu, Basuki menilai seorang menteri tidak berwenang mengeluarkan keputusan dalam proyek reklamasi. Karena ia menganggap wewenang itu harus langsung dari presiden.

Nelayan Akan Lebih Sejahtera dengan Adanya Proyek Reklamasi


Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menegaskan bahwa keputusan pemerintah untuk melanjutkan proyek reklamasi Teluk Jakarta telah didasarkan pada kajian-kajian yang tepat.

"Lah iyalah. Masak kami bego," ujar Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (13/9/2016) petang.

Luhut menegaskan bahwa kajian yang telah dilakukan, antara lain kajian mengenai lingkungan, elektifikasi, perhubungan, dan kajian pembangunan. Kajian itu menunjukkan tidak ada masalah jika proyek reklamasi tetap dilanjutkan.

Selain itu, kajian yang dianggap paling penting yakni kajian mengenai keberadaan nelayan di sekitar proyek itu.

"Terutama menyangkut masalah nelayan. Nelayan itu akan kami urus yang jumlahnya 12.000 atau 24.000. Tapi kalau data kami, ada 12.000. Itu perintah Presiden supaya mendapat prioritas untuk diurus," ujar Luhut.

Justru, Luhut memastikan bahwa kondisi nelayan akan semakin baik jika proyek reklamasi dilanjutkan.

"Justru akan dibuat lebih baik dengan dana yang didapat dari Pemda dari reklamasi," ujar Luhut.

Kajian itu juga menunjukkan bahwa proyek reklamasi bakal menjadi 40 persen sumber air bagi Jakarta. 

Mengenai detil kajian apa yang mendasari keputusan itu, Luhut mengatakan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya akan mengungkapkannya kepada publik. Siti akan mengadakan konferensi pers mengenai hal itu.

Sebelumnya, Pulau C, D dan G disegel pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Mei 2016 lalu. Hal itu lantaran terjadi pelanggaran oleh pengembang dalam reklamasi pulau di Pantai Utara Jakarta itu.

Belakangan, Menteri Koordinator Kemaritiman saat itu, Rizal Ramli, mengeluarkan surat keputusan tiga menteri yang membatalkan proyek reklamasi tersebut. Tiga menteri tersebut, yakni Menteri Rizal sendiri, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.(kompas.com)