Latest News

Showing posts with label Demokrat. Show all posts
Showing posts with label Demokrat. Show all posts

Friday, October 28, 2016

Memanas!! Ruhut Beberkan Dosa-dosa Roy Suryo, Salah Satunya Sindir Roy Bawa Aset Negara




alirantransparan.blogspot.co.id - �Dosa-dosa� wakil ketua umum, Roy Suryo dikuliti satu persatu oleh rekan separtainya Ruhut Sitompul.

Menurut Ruhut, sosok Roy Suryo sebenarnya tak pantas untuk dijadikan narasumber berita.

�Kalau Roy Suryo menjadi narasumber wartawan, itu manusia aku nggak tau apa masih ada mukanya,� sebut Ruhut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (28/10).

Ruhut mengatakan, Roy mestinya malu untuk tampil di media.


Sebab, pria asal Yogyakarta itu pernah berkali-kali melakukan hal memalukan.

Salah satunya terkait ribut-tibut urusan kursi penumpang di pesawat Lion Air pada 2011.


Bahkan Roy gagal menjadi anggota legislatif dari dapil DIY pada 2014 lalu.

Padahal, dia mendapat nomor urut 1.

�Belum lagi Roy, pertanggungjawaban yang Menpora. Era Pak Joko Widodo, aset-aset rumah dinas dikembalikan,� sebut dia.

Karenanya Ruhut pun hanya tertawa setiap membaca pernyataan Roy di media.

�Aku terpaksa tertawa termehek-mehek. Seperti kodok Pak Jokowi di Istana Bogor,� pungkas legislator asal Medan itu.

Sebelumnya, sejumlah awak media menanyai Roy Suryo terkait kepastian resmi PD memecat Ruhut Sitompul.

Khususnya untuk menanyakan keputusan Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono.


Roy mengatakan, rekomendasi Komisi Pengawas PD sudah ditindak lanjuti oleh Dewan Kehormatan dan hanya tinggal menunggu ditandatangani SBY selaku ketua umum, serta Hinca Panjaitan selaku sekretaris jenderal.

Mantan Menpora itu meyakini SBY dan Hinca akan menandatangani keputusan pemecatan Ruhut dari PD.

�Cuma Pak Ketum itu kan arif dan bijaksana. Jadi ya tinggal nunggu momentum yang pas dan tepat saja,� pungkasnya

Dia mengaku bersyukur atas pemecatan tersebut.

"Singkat saja mas, alhamdulillah, KomWas dan WanHor DPP PD sudah melaksanakan tugas sesuai proporsinya, terarah dan terukur," katanya kepada wartawan, Kamis (27/10).

Dengan dipecatnya Ruhut dan Hayono, Roy mengaku bisa lebih memfokuskan perhatian mereka ke Tim Pemenangan Agus-Silvy.

"Dengan demikian Kami bisa lebih Fokus ke Tim Pemenangan Mas Agus-Mpok Sylvi bersama PPP, PAN, PKB dan Relawan," tukasnya.(Jpnn & rmol.co)

Sunday, October 16, 2016

Wanita Emas Sudah Habiskan Rp 20 Milyar, Tapi tidak Diusung. Demokrat Disebut Picik dan Licik




alirantransparan.blogspot.co.id - Mischa Hasnaeni Moein atau yang akrab disapa wanita emas ini mengatakan, telah menghabiskan dana sebesar Rp 20 miliar selama promosi jelang Pilkada DKI Jakarta 2017. 

Hasnaeni pun mengaku ikhlas meski tidak ada satu partai pun yang mengusung dirinya untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta, termasuk partainya sendiri, Demokrat. Baginya, dana yang habis itu dianggap sebagai bagian dari investasi dan sedekah.

"Sudah hampir sekitar Rp 20 miliar untuk biaya operasional dan wara wiri (sosialisasi)," ujar Hasnaeni, dikutip suara.com, Jumat (14/10).

Meski tak merasa sakit hati dengan partai sendiri, Hasnaeni menilai, partai yang dikepalai oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tidak menghargai kader yang telah berjuang keras. 

Sebab, bukan dirinya yang diusung, melainkan putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Sylviana Murni.

"Kalau sakit hati sih enggak, tapi saya melihat bahwa apa yang dilakukan itu (usung Agus-Sylvi) tidak menghargai orang (Hasnaeni). Saya kira Partai Demokrat picik, licik, menurut saya harusnya diberitahukan saja," ungkap Hasnaeni.

Menurut Hasnaeni, SBY ingin memajukan anaknya sendiri, padahal orang lain sudah berjuang habis-habisan untuk mendekati masyarakat.

"Saya juga enggak lihat Agus itu dicalonkan Partai Demokrat bersentuhan langsung dengan masyarakat. Yaa cuma bikin acara ngumpulin orang. Saya kira rakyat itu butuh sentuhan," imbuh Hasnaeni. (Suara/jitunews/suaranetizen)

Monday, October 10, 2016

Kenapa SBY Masih Diam Soal Ruhut? Mantan Kader Demokrat: 'Jangan-jangan Ancaman Ruhut yang Bikin SBY Takut'




alirantransparan.blogspot.co.id � Partai Demokrat menghadapi �kerikil� dalam perhelatan Pilkada DKI Jakarta kali ini. Salah satu kadernya, Ruhut Sitompul, tak mau mengikuti keputusan mereka, yang mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono � putra sulung sang Ketua Umum, Susilo Bambang Yudhoyono � sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk Pilkada 2017.

Kasus Ruhut ini cukup menjadi perhatian publik. Bahkan menjadi polemik di internal partai berlambang bintang Mercy tersebut. Antara Ruhut dan sejumlah elite Demokrat terlibat perdebatan, saling serang di media.

Namun, hingga saat ini, SBY belum mengambil sikap, dan cenderung diam. Belum lama ini, mantan Presiden RI selama dua periode itu justru menyerahkan urusan Ruhut ke sang anak, Agus, yang belakangan mulai populer disebut dengan inisial AHY. Sebuah langkah yang menimbulkan kritik.

"Dalam konteks partai, jelas Agus tidak dalam kapasitas menjawab sikap Ruhut," kata mantan kader Demokrat yang juga orang dekat Anas Urbaningrum, Tridianto, dalam perbincangan dengan VIVA.co.id, Minggu, 9 Oktober 2016.

Menurut Tri, persoalan itu merupakan problem internal Demokrat di mana SBY adalah Ketua Umum dan Ketua Majelis Tinggi. Bahkan, kata dia, sebagai pemilik partai.

"Aneh kalau yang disuruh menjawab adalah Agus," ujar Tri.

Namun, apabila dilihat dari karakter SBY, Tri berpendapat bahwa hal itu tidak aneh. Selama ini, ia menilai SBY suka ragu-ragu dan tidak tegas.

"Hal yang mestinya dengan mudah diselesaikan dengan sikap tegas, dibiarkan berlarut-larut oleh Pak SBY," katanya.

Selain itu, dia melihat tidak cepatnya SBY dalam menangani pembelotan Ruhut karena adanya faktor lain. Misalnya, soal pengetahuan Ruhut terhadap hal-hal yang selama ini tak diketahui oleh publik.

"Jangan-jangan ancaman Ruhut yang akan nyanyi telah membuat Pak SBY ketakutan. Yang jelas, kalau Pak SBY tidak berani pecat Ruhut berarti memang ada kartu yang dipegang Ruhut dan Pak SBY takut nyanyiannya," tuturnya.

Sebelumnya, saat menghadiri konsolidasi pemenangan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di IS Plaza, Pramuka, Jakarta Timur, Rabu, 5 Oktober 2016, SBY diberondong sejumlah pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang diajukan yaitu tentang Ruhut Sitompul. Tapi, SBY enggan memberikan komentar.

SBY berjalan dengan ekspresi muka yang datar dan seakan tak mendengarkan pertanyaan yang diajukan.

"AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) saja kalau mau tanya. Saya kan pensiun," kata SBY.

Begitu pula ketika menghadiri pentas pagelaran wayang orang yang diadakan oleh TNI di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu, 2 Oktober 2016, SBY yang tampil dengan batik cokelatnya, tak bersedia diwawancarai para wartawan.

"Kan sudah sepuluh tahun saya diwawancara," ujarnya lalu tersenyum seraya melambaikan tangan.

Sementara itu, Ruhut menyatakan saat ini ada pihak-pihak dari elite Demokrat yang berlomba-lomba menjilat SBY. Namun, orang yang dijilat, tidak mau memecatnya.

Dalam berbagai kesempatan, Ruhut juga mengatakan bahwa SBY sayang terhadapnya, dan menghormati pilihannya dalam mendukung Basuki Tjahaja Purnama.

"Beliau galau, karena dia sayang sama aku. Gimana enggak galau, kader yang selalu dia katakan sebagai kader andalan," kata Ruhut.

Perkembangan terakhir, Komisi Pengawas Partai Demokrat sudah membuat surat panggilan kedua untuk Ruhut. Namun karena baru bisa hadir minggu depan maka lembaga itu mempercepat pengambilan keputusan.

Akhirnya, pada Jumat, 7 Oktober 2016, Komwas dengan suara bulat 100 persen mengambil keputusan untuk Ruhut dan sudah merekomendasikan sanksi. Rekomendasi tersebut lalu diserahkan ke Dewan Kehormatan Demokrat untuk eksekusi dan selanjutnya ke Ketua Umum Partai.(viva.co.id)

Saturday, October 8, 2016

Parah! Ruhut Sindir Roy dengan Ucapan yang Tidak Disangka-Sangka

 


alirantransparan.blogspot.co.id - Politisi Partai Demokrat (PD), Ruhut Sitompul, mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengetahui bahwa dirinya masuk ke dalam daftar tim pemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

Ruhut pun mengklaim bahwa SBY tak keberatan terkait keputusannya tersebut.

"Dia bapak demokrasi. Aku tetap loyal sama Pak SBY. Aku masih tetap sayang sama Agus Yudhoyono," beber Ruhut di Jakarta, Rabu (5/10).

Adapun mengenai sejumlah kader PD yang mengkritik pedas dirinya karena kerap berbeda sikap dengan partai akan dibiarkan saja. Salah satu contohnya adalah Wakil Ketua Umum PD Roy Suryo yang terus menyudutkannya.

"Aku anggap mereka, Roy Suryo ngomong seenak udel. Aku kasih lah balasan. Sekarang kalian lihat aku. Jangan main-main sama aku. Jangan bangunin harimau tidur," tegasnya.

"Tapi jangan hina-hina aku. Semut pun kalau diinjak menggigit, apalagi Ruhut. Ruhut kan anjingnya Pak SBY, anjingnya partai," kata anggota Komisi III DPR itu.

Ruhut bahkan tak segan menyebut Roy bukanlah kader PD berprestasi. Pasalnya, kata dia, mantan Menpora itu tak terpilih pada pemilu legislatif pada Pemilu 2014 meski maju dari daerah asalnya di Yogyakarta .

�Ruhut ini laki-laki macho. Gak kayak mereka (Roy Suryo). Mantan menteri, nomer urut satu, kalah," pungkas Ruhut.(jitunews.com)

Tuesday, October 4, 2016

Mantan Kader Demokrat ini Sindir Habis-habisan SBY dan Agus Sama-sama Jual Tampang, Roy Bilang Gini


Mantan kader Partai Demokrat, Tridianto

alirantransparan.blogspot.co.id - Agus Yudhoyono menjadi salah satu calon Gubernur DKI Jakarta yang dinilai memiliki wajah ganteng. Kelebihan itu disebut bisa menjadi faktor kemenangannya pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.

Penilaian itu sebelumnya dikatakan oleh Inisiator Agus Fans Club, Sirajuddin Abdul Wahab. Menurutnya, Agus merupakan orang yanggood looking, tampan, ganteng, dan enak dilihat.


Mantan kader Partai Demokrat, Tridianto, mengungkapkan bahwa �jualan� ganteng bukan kali ini saja digunakan oleh partai berlambang bintang Mercy tersebut. Saat Pilpres dahulu, SBY juga menggunakan cara yang sama.

�Dulu zaman kampanye Pilpres Pak SBY, salah satu jualannya adalah pilih yang ganteng. Itu tak salah tapi tak mendidik,� kata Tridianto saat berbincang dengan VIVA.co.id, Minggu, 2 Oktober 2016.

Tri menilai memilih pemimpin yang menjadi dasar seharusnya adalah kemampuan. Bukan soal fisik atau tampang seseorang.

�Jadi, pilihlah yang mampu. Ganteng kalau tidak mampu, ya malah jadi beban rakyat. Ganteng kalau mampu, itu lebih mantap,� kata sahabat mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum tersebut.
Tri melanjutkan, mayoritas warga atau para pemilih di Jakarta berasal dari kalangan terdidik. Oleh karena itu, dia yakin mereka akan memilih pemimpin berdasarkan kemampuan.

�Jualan tampang itu tidak pas untuk jadi pemimpin. Kalau mau jualan tampang, itu pas untuk pemilihan model. Maju Pilkada harus siap jualan kemampuan dan komitmen,� tutur dia.\

Sementara itu, politikus Partai Demokrat tak membantah ganteng adalah salah satu faktor yang dimiliki anak sulung mantan Presiden yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut. Namun, dia menegaskan bahwa hal itu bukan faktor utama.

�Itu bonus saja bukan poin utama. Utamanya adalah track record di militer dan juga pendidikannya,� kata Roy kepada VIVA.co.id.

Menurut Roy, ganteng hanya bumbu saja. Namun, yang terpenting adalah kelebihan lain yang dia nilai dimiliki oleh Agus yaitu tegas, berani, santun dan jujur.

�Sering ada dikotomi, Jakarta butuh pemimpin yang tegas, berani, keras, tapi kurang santun. Nah, ini ada contoh, tegas, berani, sekaligus santun dan jujur. Lalu tambah ganteng, kata cewek-cewek,� kata pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut.(viva.co.id)

Tuesday, September 27, 2016

Ibas: Ruhut Harus Ikuti Keputusan Partai, Kesampingkan Hasrat Pribadi




alirantransparan.blogspot.co.id -  Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Edhy Baskoro Yudhoyono atau yang dipanggil Ibas menyesalkan sikap kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang tak sejalan dengan partainya terkait pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.

"Kami dari Demokrat selalu menghargai proses demokrasi di Indonesia sejauh mana itu masih dalam batas proses yang belum ditentukan,� ujar Ibas di kompleks parlemen, Senayan Jakarta, Selasa (27/9).

Menurutnya, ketika partai sudah memutuskan sudah memberikan satu keputusan pada seseorang yang akan dicalonkan sebagai kandidat apakah itu di provinsi atau kabupaten/kota. Artinya sebagai kader saya pikir sangat mengerti bagaimana organisasi itu harus dijalankan dan dilalui.

�Dan tentunya harus mengikuti keputusan partai, mengesampingkan juga hasrat atau keinginan secara pribadi. Karena itulah intisari kita bermain dalam politik. Bersatu, bersama dalam kekeluargaan partai Demokrat,� katanya.

Ia menjelaskan bahwa keputusan partai Demokrat mengusung Agus Harimurti untuk bertarung dalam pilkada DKI Jakarta bukanlah satu keputusan yang ujug-ujug.

"Pasti yang diputuskan juga melalui proses yang panjang. Bukan proses yang dilakukan serampangan," tandasnya.

"Saya harap Ruhut kembali ke khitahnya dan kalau dia mencintai partainya sudah tentu harus menghargai keputusan partai," tambahnya.

Sunday, September 25, 2016

Gagal Diusung SBY, Wanita Emas Sewot dan 'Semprot' SBY. Begini Ungkapan Kekesalannya


Kader Partai Demokrat Hasnaeni Mischa Moein atau Wanita Emas (kedua dari kanan) saat resmi mendaftar sebagai cagub DKI di DPD Partai Demokrat, di Jakarta Timur, Jumat (8/4/2016). Nampak hadir Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli (paling kanan foto).
 
alirantransparan.blogspot.co.id - Politikus Demokrat, Mischa Hasnaeni Moein, meluapkan kekesalannya terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Wanita yang akrab disapa dengan sebutan Wanita Emas itu menilai dukungan SBY terhadap pencalonan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta tak menghargai perjuangannya sebagai kader. 

�Saya sudah berjuang hampir sepuluh tahun,� ujarnya, Jumat, 23 September 2016.

Restu pencalonan Agus-Sylvi terbit kemarin malam setelah SBY berembuk dengan pimpinan Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional di rumah kediamannya, Cikeas.


Keempat partai itu sepakat mencalonkan Agus-Sylvi untuk menantang peluang keterpilihan calon inkumben Basuki Tjahaja Purnama-Saiful Djarot. Agus yang merupakan anak sulung SBY terpaksa menghentikan karier militernya karena pencalonan tersebut.


Menurut Hasnaeni, dukungan SBY terhadap Agus merupakan cerminan politik dinasti dalam tubuh Partai Demokrat. Komunikasi politik yang dibangun SBY dengan tiga partai lain cenderung mengedepankan ambisi kekuasaan untuk memuluskan peluang keterpilihan bagi anggota keluarganya semata. 

Padahal, nama Agus tak pernah masuk radar penjaringan. �Ini menandakan sikap SBY yang tidak menghargai perjuangan kader,� katanya.

Pil pahit ini harus ditelan Hasnaeni yang sebelumnya gagal menjajal peluang pencalonan dalam pilkada Jakarta 2012. Tak ada partai politik yang berkenan mendukungnya ketika itu. Begitu pun saat ia mencoba peruntungan bertarung dalam pilkada Tangerang pada 2010 bersama Saipul Jamil.


Kerap dikecewakan partai, anak kandung politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Max Moein, itu berencana membuat partai baru. �Namanya Partai Emas: Era Masyarakat Sejahtera,� ujarnya.

Hasnaeni menyebut SBY sebagai pemimpin yang tidak menghargai perjuangan kader. "Ini zaman dinasti. Ini ambisi kekuasan semata. Tidak menghargai perjuangan kader yang sudah berjuang hampir 10 tahun," kata Hasnaeni melalui pesan singkat yang diterima RMOL Jumat (23/9).

Perempuan berjuluk Wanita Emas ini juga menyesalkan inkonsistensi SBY dalam berpolitik. Dia menyinggung pernyataan sang ketua umum bertahun-tahun lalu, mengimbau para perwira lulusan akademi TNI dan Polri agar tidak bercita-cita jadi kepala daerah.  

Menurutnya, dengan keputusan mengusung Agus yang masih berstatus anggota TNI aktif, rakyat bisa menilai sendiri kualitas kepemimpinan SBY.

"Biarkan rakyat yang menilai (SBY)," pungkasnya. (tempo.co & jpnn.com)

Saturday, September 24, 2016

Mengejutkan! Anggota Dewan Pembina Demokrat Dukung Ahok-Djarot, Siap Terima Resiko dari Demokrat. Ini Alasan Dukungannya



Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman (berbaju batik) berfoto bersama usai memberikan dukungannya secara resmi kepada Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI 2017 di Posko Muda Mudi Ahok, Jakarta, Sabtu (24/9/2016).


alirantransparan.blogspot.co.id - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menilai, partai politik bertanggung jawab menghadirkan calon pemimpin bangsa yang profesional. 

Menurut Hayono, calon pemimpin, termasuk yang menjadi kepala daerah DKI Jakarta tak bisa disiapkan secara mendadak.

"Kalau begitu nanti repot. Demokrasi kita bisa demokrasi dadakan. Itu tidak boleh terjadi," kata Hayono di Posko Muda Mudi Ahok, Jakarta, Sabtu (24/9/2016).

Hayono mengatakan, dari ketiga calon kepala daerah yang diusung saat ini, hanya pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat yang matang persiapan memimpin Jakarta.

"Saya melihat dari ketiga calon ini yang tidak dadakan hanya Ahok-Djarot. Sehingga dengan demikian pilihan saya jatuh kepada kedua orang ini," kata Hayono.

Menurut Hayono, masyarakat membutuhkan pemimpin yang siap bekerja mengatasi kompleksnya permasalahan di Jakarta.

"Rakyat Jakarta membutuhkan gubernur yang siap bekerja. Bukan gubernur yang baru dalam konsep dan teori," tambah mantan Menpora itu.

Terkait dengan diusungnya Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni oleh Partai Demokrat, Hayono merasa kedua nama tersebut baru belakangan ia ketahui.

Selama ini, lanjut Hayono, tidak ada pembicaraan kepada dirinya maupun jajaran partai terkait pengusungan Agus-Sylviana.

"Setahu saya jajaran partai nggak ada yang tahu (nama Agus-Sylvia). Tahunya baru belakangan. Mungkin waktunya tidak cukup ya," kata mantan peserta Konvensi Demokrat itu.

Karena itu, Hayono merasa persiapan Demokrat dalam mengusung Agus-Sylviana belum cukup matang.

"Tapi itu tadi, nggak boleh dadakan. Bagaimana sih persiapan partai kan harus matang, apalagi partai besar. Malu kita," ucap Hayono.

Koalisi Cikeas secara mengejutkan mengusung pasangan calon Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Setidaknya, ada empat partai yang memberikan dukungan kepada pasangan Agus-Sylviana.

Keempat partai itu ialah Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Jika digabungkan, jumlah kursi yang dimiliki keempat partai itu di DPRD DKI ada 28 kursi.


"Sejak awal saya sudah mendukung Ahok karena saya melihat bahwa sebagai petahana, Ahok-Djarot memiliki prestasi sangat baik. Padahal secara efektif baru menduduki posisi gubernur dan wakil gubernur kurang dari dua tahun," ujar Hayono di Posko Muda Mudi Ahok, Jakarta, Sabtu (24/9/2016).

Menurut Hayono, Ahok-Djarot merupakan pasangan harmonis yang mencalonkan diri kembali bukan untuk memperebutkan kekuasaan. Ia menganggap Ahok-Djarot ingin terus berprestasi dan melayani masyarakat Jakarta.

"Saya melihat keduanya selama ini fokus bagaimana bisa berprestasi dan memberikan yang terbaik untuk warga Jakarta," tambah Hayono.

Oleh sebab itu, dirinya merasa optimistis prestasi Ahok-Djarot bisa lebih gemilang jika diberi kesempatan satu periode tambahan memimpin Jakarta.

"Beliau mesti diperpanjang menuntaskan tugasnya sampai selesai. Kalau perlu dipilih kembali di 2017," kata Hayono.

Dukung Ahok-Djarot, Hayono Isman Siap Terima Konsekuensi dari Demokrat


Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengaku siap menerima konsekuensi dari partainya terkait sikapnya mendukung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat dalam Pilkada DKI 2017.

Partai Demokrat bersama tiga partai lain, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

"Semua ada konsekuensi dalam hidup. Saya nggak ada masalah selama demi kebaikan publik," kata Hayono di Posko Muda Mudi Ahok di Jakarta, Sabtu (24/9/2016).

Menurut Hayono, Demokrat merupakan partai yang demokratis, sehingga akan memahami pilihan politiknya sebagai pribadi.

"Saya percaya bahwa Partai Demokrat dapat memahami pilihan pribadi saya, apalagi pilihan ini juga sebenarnya sejalan dengan arahan Pak SBY," ucap Hayono.


(kompas.com)

Thursday, September 22, 2016

Oleh Demokrat Agus Yudhoyono Didorong Sebagai Penantang Ahok, Pengamat Politik: Mungkin SBY Hopeless dengan Karir Agus




alirantransparan.blogspot.co.id - ?Nama Agus Harimurti Yudhoyono muncul dalam bursa calon gubernur DKI Jakarta.

Partai Demokrat dikabarkan mendorong nama Agus untuk menjadi penantang Ahok-Djarot.

?Pengamat politik dari Indobaromete, M Qodari menilai, tidak menutup kemungkinan bahwa Agus akan diusung menjadi calon gubernur DKI Jakarta.

Menurutnya, mungkin saja SBY ingin Agus terjun ke politik sejak dini.

"Bisa jadi kesempatan itu dimungkinkan (Agus jadi cagub). Mungkin SBY hopeless dengan karir Agus," kata Qodari di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (22/9/2016).

Qodari menuturkan, perlu diperhatikan bahwa saat mengusung Agus Yudhoyono, ?adalah nilai jual apa yang akan ditawarkan oleh putra sulung SBY itu.

Pasalnya, saat ini elektabilitas Ahok cukup tinggi dan hal itu tidak bisa dipungkiri.

"Agus saat ini juga masih aktif di TNI, tentu dia harus mengundurkan diri terlebih dahulu," ujarnya.

?Diberitakan, pertemuan empat partai membahas Pilkada DKI di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencuat sejumlah nama.

Salah satu nama yang sempat muncul yakni putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono.

"Sempat mencuat tapi tidak kita bahas," kata Waketum Demokrat Syarief Hasan ketika dikonfirmasi, Kamis (22/9/2016).

Syarief mengatakan nama-nama yang muncul dalam pertemuan Cikeas mulai mengerucut.

Terdapat kesepahaman mengenai nama calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta.(metrotvnews.com)