Latest News

Showing posts with label Fenomena. Show all posts
Showing posts with label Fenomena. Show all posts

Tuesday, February 18, 2014

"Rakyat Menunggu Kepastian soal Jokowi"

"Rakyat Menunggu Kepastian soal Jokowi" 

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan didesak untuk segera memperjelas status Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden yang akan diusung. Keputusan menjadikan Jokowi sebagai capres dipastikan akan menggerakkan suara pemilih untuk mendukung PDI-P dalam Pemilu Legislatif 2014. "Rakyat menghendaki ada kepastian soal Jokowi. Sebagai pengurus partai, saya tunduk dengan aturan partai, tapi secara pribadi saya menilai idealnya disampaikan sebelum pileg," kata Ketua DPP PDI-P Komaruddin Watubun, saat dihubungi, Senin (17/2/2014).

Ia mengungkapkan, berdasarkan kegiatan yang dilakukan di daerah pemilihannya di Papua, popularitas Jokowi bahkan sampai ke pelosok Papua. Namun begitu, masyarakat setempat baru akan mendukung PDI-P ketika partai tersebut mengusung Jokowi sebagai capresnya. Masyarakat Papua, kata Komarudin, sangat menginginkan memiliki pemimpin seperti Jokowi. Ia menegaskan, antusiasme masyarakat di Papua tak luntur meski Jokowi digempur dengan berbagai berita miring, termasuk saat dinilai gagal memimpin Jakarta karena tak kunjung bebas dari masalah banjir dan kemacetan lalu lintas.

 "Tanpa bermaksud mengganggu konsentrasi Ibu (Megawati Soekarnoputri), ini ada dukungan, tapi mereka mau dukung kalau PDI-P ngusung Jokowi. Ini bukan kata saya, tapi ini hasil bertemu dengan rakyat," pungkasnya. Seperti diberitakan, elektabilitas Jokowi sebagai capres selalu teratas berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei, relatif jauh di atas elektabilitas Megawati. Namun, Jokowi tak pernah mau berkomentar mengenai pencapresan dengan alasan fokus pada pekerjaan sebagai Gubernur. PDI-P mengaku memasukkan Jokowi dalam skenario menghadapi Pilpres 2014.

Skenario pertama, jika mereka berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati Soekarnoputri dan Jokowi. Skenario kedua, jika suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Karena itu, PDI-P baru akan memutuskan pencapresan setelah pileg.

Source : nasional.kompas.com

"Melobi Megawati Harus Pakai Hati, Bukan Intimidasi..."

 

"Melobi Megawati Harus Pakai Hati, Bukan Intimidasi..."

 Dukungan kuat yang tercermin dari survei untuk pengusungan  Joko Widodo diusung sebagai calon presiden dan belum juga adanya keputusan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, menjadi polemik yang terus menghangat. Seiring polemik itu, desakan untuk PDI-P segera membuat keputusan soal pecalonan itu pun semakin kencang.

Politisi PDI-P Eva Kusuma Sundari pun angkat suara soal hal ini. Bagi Eva, semua pihak berhak menyampaikan aspirasi. Menurut dia, gelombang aspirasi itu merupakan wujud dari tingginya kualitas demokrasi di PDI-P.

"Tetapi tentu ada batasan-batasan karena kebebasan berpendapat tidak boleh membatasi hak orang lain, terutama agar demokrasi itu jadi berkualitas," kata Eva, Senin (17/2/2014) malam. Anggota Komisi III DPR ini mengatakan keinginan kuat untuk mengusung Jokowi tetap harus menggunakan argumentasi yang rasional.

Eva mengingatkan, kalaupun Jokowi akan diusung menjadi calon presiden maka hal itu harus dilakukan lewat PDI-P yang merupakan partai politik tempat dia bernaung. Pencalonan presiden pun menurut UU Pemilu Presiden hanya dapat melalui jalur partai politik.

Soal mekanisme di internal PDI-P, Eva mengatakan keputusan soal pencalonan presiden berada di tangan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai adalah berdasarkan amanat kongres. Amanat itu menyatakan mekanisme penentuan calon presiden PDI-P merupakan hak prerogatif Ketua Umum PDI-P.

"Ada etika berekspresi, tetap memajukan rasionalitas, bukan emosi kata hati yang kalau dipaksakan justru akan berdampak kontra-produktif bagi goal-nya aspirasi itu sendiri," tegas Eva. Ia melanjutkan, semua aspirasi dari eksternal pun harus ditampung untuk kemudian dikanalisasi ke PDI-P dan Megawati.

Eva yakin, Megawati akan mempertimbangkan semua masukan dan mengambil keputusan tepat demi kebaikan PDI-P dan bangsa, bukan demi kebaikan pribadi atau individu. ""Sampaikan aspirasi secara cerdas dan santun. Seni dalam lobi ke Ketum (Megawati) adalah dengan mengambil hati, bukan intimidasi," pungkasnya.

Seperti diberitakan, dorongan agar PDI-P mengusung Jokowi sebagai capres terus membesar. Dukungan itu berasal dari dalam dan luar PDI-P. Sejumlah pihak percaya jika penetapan Jokowi sebagai capres akan memengaruhi perolehan suara PDI-P secara signifikan.

Elektabilitas Jokowi sebagai capres memang selalu teratas berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei, relatif jauh di atas elektabilitas Megawati. Namun, Jokowi tak pernah mau berkomentar mengenai pencapresan dengan alasan fokus pada pekerjaan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

PDI-P mengaku memasukkan Jokowi dalam beberapa skenario menghadapi Pilpres 2014. Skenario pertama, jika mereka berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.

Skenario kedua, jika suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Karena itu, PDI-P diperkirakan baru akan memutuskan pencapresan setelah pileg.

Source : nasional.kompas.com

 

Arbi Sanit: PDI-P Terlalu Takut dengan Megawati, Jokowi Hanya Dipermainkan

 

Arbi Sanit: PDI-P Terlalu Takut dengan Megawati, Jokowi Hanya Dipermainkan

  Sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang selalu menunggu restu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, termasuk dalam menentukan calon presiden, kembali menuai kritik. Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit menilai dengan budaya itu PDI-P hanya akan mempermainkan Jokowi.

"Jokowi hanya akan dimakan partai. Kejujuran Jokowi hanya akan dimainkan partai apalagi kalau PDI-P diisi oleh orang-orang seperti serkarang yang konservatif dan terlalu takut dengan Mega," ujar Arbi dalam diskusi di Jakarta, Minggu (16/2/2014).

Menurut Arbi, budaya PDI-P yang selalu bergantung kepada Megawati hanya akan merusak partai. Kalau pun Jokowi diusung PDI-P sebagai capres, kata Arbi, tetap saja pengaruh Megawati akan sangat kuat. Jokowi, ulang dia, hanya akan dijadikan "permainan" partai politik.

"Sekarang politik kekeluargaan itu sudah nggak zaman, sudah zaman batu! Saatnya partai politik bertarung dalam iklim demokrasi kompetisi," kata Arbi. Menurutnya, hal yang paling patut diperjuangkan adalah sistem presidensialis murni.

Sistem ini, lanjut Arbi, mensyaratkan penyederhanaan jumlah partai politik menjadi dua yakni partai oposisi dan partai pendukung pemerintah. Arbi menyinggung posisi PDI-P saat ini yang mengaku sebagai partai oposisi padahal oposisi sama sekali tidak diatur undang-undang. "Namanya, oposisi jadi-jadian. Kalau Jokowi terpilih maka ini jadi PR Jokowi yang paling berat," ujar dia.

Menjawab kritik Arbi, Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyatakan sikap partainya sudah cukup demokratis dalam menentukan capres mendatang. Hasto menilai kritik Arbi lahir karena dia tidak mengetahui proses internal yang terjadi. Partainya, kata Hasto, menyerahkan soal capres kepada Megawati karena ketua umum partainya itu dianggap jeli melihat karakter pemimpin.

Source : nasional.kompas.com

Sunday, February 16, 2014

Relawan Deklarasikan Jokowi sebagai Capres


Puluhan orang yang tergabung dalam Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) melakukan aksi penggalangan dukungan bagi Gubernur DKI Jakarta itu agar maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014 mendatang di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (16/2/2014).

Lagu Padamu Negeri berkumandang di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (16/2/2014) pagi. Puluhan orang berkaus putih bergambar wajah Joko Widodo atau Jokowi, Gubernur DKI Jakarta, berkerumun tepat di depan Hotel Grand Hyatt.

Dengan alat pengeras suara, mereka memutar lagu-lagu bernuansa kemerdekaan. Tiba-tiba, seorang dari mereka maju ke tengah kerumunan orang-orang yang mengenakan kaus bergambar Jokowi itu. Dengan bantuan alat pengeras suara, orang itu, yang belakangan diketahui merupakan bagian dari Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP,) mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai calon presiden pada pemilu 2014 mendatang.

"Kami, rakyat Indonesia, dengan ini menyatakan Haji Joko Widodo sebagai calon Presiden Republik Indonesia ketujuh. Hal-hal mengenai penetapan sesuai dengan Undang-undang, dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya," kata Direktur Bara JP, Handoko Putro, saat membacakan Deklarasi Rakyat Indonesia.  Tak ayal, deklarasi bak proklamasi itu membuat warga yang tengah menikmati acara Hari Bebas Kendaraan (Car Free Day) berhenti sejenak.

Di seberang lokasi deklarasi itu atau tepatnya di tepi kolam Bunderan Hotel Indonesia, sejumlah orang membentangkan spanduk berisi dukungan agar mantan Wali Kota Solo itu maju sebagai calon presiden.

Handoko mengatakan, deklarasi itu merupakan final kegiatan penggalangan dukungan Jokowi sebagai presiden yang dilakukan relawan Bara JP. Sebelumnya, aksi penggalangan dukungan dilakukan dengan cara mengumpulkan tandatangan warga setiap minggunya saat kegiatan Car Free Day.

Tak hanya di Jakarta, aksi pengumpulan tanda tangan itu juga dilakukan di sejumlah provinsi di Indonesia.

Koordinator Aksi Bara JP Ferdinan Hutahaean mengatakan, deklarasi itu dilakukan untuk mendesak agar partai pengusung Jokowi pada Pilgub DKI 2012 lalu, PDI Perjuangan, segera mencalonkannya sebagai capres. Bahkan, menurutnya, sebaiknya pengusungan Jokowi sebagai capres sebaiknya dilakukan sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif yang jatuh pada 9 April 2014 mendatang.


Penulis: Dani Prabowo
Editor: Egidius Patnistik

Source : megapolitan.kompas.com

Ormas Pendukung Jokowi Bekerja Sendiri Tak Berafiliasi dengan Ormas Lainnya

Ormas Pendukung Jokowi Bekerja Sendiri Tak Berafiliasi dengan Ormas Lainnya

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat meninjau Kampung Sawah Jakarta Timur 

Ormas Pendukung Jokowi Bekerja Sendiri Tak Berafiliasi dengan Ormas Lainnya


JAKARTA - Banyaknya ormas pendukung Jokowi menimbulkan pertanyaan apakah memang mereka bekerja bersama-sama atau terpisah.
Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) menuturkan bahwa mereka memang bergerak sendiri-sendiri karena memang mereka terlepas dari organisasi manapun.
"Kami bekerja sendiri, tidak ada afiliasi dengan organisasi pendukung Jokowi lainnya, kami juga tidak mengharapkan imbalan politik jika Pak Jokowi maju terpilih sebagai presiden," kata Ferdinand Hutahean, Wakil Ketua Komnas Posko Jokowi Bara JP, di Jakarta, Minggu (16/2/2014).
Ferdinad mengakui Jokowi tidak pernah bertemu dengan mereka. Mereka pun tidak memiliki kedekatan dengan PDI-P, partai yang menaungi Jokowi.
"Kami nggak pernah bertemu dengan Jokowi, begitupun dengan partainya," katanya.
Mereka pun mengaku tidak dibiayai oleh kepentingan politik manapun. Semua simpatisan ini bekerja secara swadaya dengan keikhlasan mendukung pemimpin yang lebih baik bagi masa depan.
"Kami ikhlas saja karena melihat sosok Jokowi dibutuhkan bangsa ini," katanya.
Seperti diketahui, ada berbagai ormas yang mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden. Seperti diantaranya Kebangkitan Indonesia Baru (KIB), Seknas Jokowi & Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP). Ketiga organisasi ini memiliki struktur yang terpisah antar satu sama lain.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Arif Wicaksono

Source : tribunnews.com

Gerakan Masyarakat KIB Desak Jokowi Maju Capres

Gerakan Masyarakat KIB Desak Jokowi Maju Capres

Danang Setiaji Prabowo                                                                             Minggu, 16 Februari 2014 08:58 WIB

Gerakan Masyarakat KIB Desak Jokowi Maju Capres


JAKARTA - Gerakan masyarakat yang menamakan Kebangkitan Indonesia Baru (KIB) mengadakan long march dari Bundaran HI menuju rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Jokowi untuk mendesak politisi PDI Perjuangan tersebut maju sebagai calon Presiden 2014.
Ketua panitia Deklarasi KIB, Asikin Kartin, mengatakan ide gerakan tersebut berasal dari masyarakat daerah yang meminta untuk dinaungi dalam satu kegiatan independen yang mendorong Jokowi maju sebagai calon orang nomor satu di Indonesia.
"Ketakutan teman-teman di daerah, Jokowi tidak masuk capres. Kami ingin buat kebangkitan Indonesia baru. Kami ingin membuat satu pernyataan, datang ke tempat Jokowi untuk memintanya menjadi capres," kata Asikin saat ditemui Tribun, Minggu (16/2/2014).
Mengenai alasan mengusung Jokowi untuk menjadi capres, Asikin menjelaskan pihaknya melihat dari prestasi dan cara kerja mantan Walikota Solo tersebut. Menurutnya Jokowi mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu kepada masyarakat Indonesia.
"Kami lihat secara keseluruhan, beliau ini untuk jadi capres. Dari cara kerja dan prestasinya, dia punya keinginan untuk masyarakat Indonesia semua," tukasnya.

Source : tribunnews.com

Bara JP: Jokowi Mampu Atasi Persoalan Lebih Luas

Bara JP: Jokowi Mampu Atasi Persoalan Lebih Luas

Bara JP: Jokowi Mampu Atasi Persoalan Lebih Luas


JAKARTA- Jika  Jokowi menjadi presiden akan mengatasi persoalan ibukota. Bukan karena ada pergantian kepemimpinan tetapi karena Jokowi mampu memiliki kapabilitas tinggi dalam mengatasi persoalan.
Sihol Manullang, Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), menilai sosok Jokowi sebagai presiden akan mampu mengatasi persoalan yang ada. Bahkan akan ada kordinasi karena dia memiliki wewenang lebih sebagai presiden.
"Banjir ini kan dari Bandung, dan daerah Bogor, Jokowi tidak punya wewenang untuk mencegah aliran banjir di luar Jakarta dengan menjadi presiden maka Jokowi akan mampu melakukannya," katanya di Jakarta, Minggu (16/2/2014).
Jokowi juga sudah dipercaya dunia luar berkat komitmenya dalam membersihkan aliran sungai di DKI Jakarta. Jokowi juga dipercaya sebagai sosok yang bersih, jujur dan pro perubahan.
Sehingga akan lebih baik jika Jokowi menjadi presiden. Kehilangan Jokowi yang maju presiden dinilai tidak begitu bermasalah banyak bagi rakyat DKI Jakarta karena ada perubahan yang akan lebih luas yang dihasilkan Jokowi sebagai presiden.
"Yang kita mau rakyat berubah hidupnya, gaji buruh bisa mencapai Rp 5 juta sebulan, kemiskinan bisa teratasi dan pembangunan infrastruktur bisa dibangun dengan cara yang adil ini tidak bisa teratasi dengan gaya kepemimpinan yang lama," katanya.

Jika Jokowi Tidak Dicapreskan, Relawan Siap Golput

Jika Jokowi Tidak Dicapreskan, Relawan  Siap Golput
Laporan Arif Wicaksono

Jika Jokowi Tidak Dicapreskan, Relawan Siap Golput


JAKARTA - Begitu banyak dukungan dari organisasi massa mengalir ke Jokowi untuk maju sebagai capres. Padahal belum ada partai yang secara resmi mengajukan Jokowi sebagai presiden.
Namun seandainya Jokowi tidak maju, apakah yang akan dilakukan mereka ? Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) mengaku lebih memilih menjadi golput ketimbang menjadi presiden.
"Kami lebih memilih menjadi Golput daripada menjadi presiden, jika Jokowi tidak maju, karena tidak ada calon lain yang pantas menjadi presiden," kata  Ferdinand Hutahean Wakil Ketua Komnas Posko Jokowi di Jakarta, Minggu (16/2/2014).
Jumlah anggota organisasi Bara JP  mencapai 1,7 juta penduduk yang tersebar dari seluruh provinsi indonesia sampai dengan luar negeri.
Dukungan ini tersebar dengan meliputi 34 provinsi di seluruh indonesia. Diluar negeri Bara JP telah mencapai 67 negara. Organisasi ini didirikan pada 15 Juni 2013 di Bandung.

Source : tribunnews.com

Anak Muda Depok Galang Dukungan untuk Capres Jokowi

Anak Muda Depok Galang Dukungan untuk Capres Jokowi

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi 

Anak Muda Depok Galang Dukungan untuk Capres Jokowi


Jakarta - Minggu, 16 Februari, Seknas Jokowi Depok akan dideklarasikan oleh seratusan anak muda. Bertempat di pelataran kafe Roti Bakar Pelangi Sutra  di Jl Mohammad Yusuf, acara akan dipimpin oleh Irfan Maulana, Thomas Djunianto, Rangga G Rusmana, Kawah Alva T Putra, Deden Setiyawan, Dedi Eko, Aditya Pamungkas, Muhammad A Alvisyahrin selaku presidium.
�Sekitar pukul 08.00 kami akan berkumpul dan berorasi untuk menggelar dukungan bagi pencalonan Jokowi sebagai Capres 2014,� tutur Irfan Maulana, ketua presidium, mewakili teman-temannya, Sabtu (5/2/2014).
Selain  itu, anak-anak muda ini akan bergerak dari rumah ke rumah menggalang tanda tangan warga yang bersedia menjadi relawan pendukung Jokowi.
�Pileg dan Pilpres semakin dekat. Kami  akan mencari dukungan di seputar wilayah Depok,  khususnya kaum muda.� ujar Thomas Djunianto dan Rangga G Rusmana.
Sedangkan Kawah Alva Putra, Deden Setiawan, Dedi Eko, Aditya Pamungkas dan Muhammad Alvissyahrin mengatakan bahwa mereka siap berada di garda depan pemenangan Jokowi sebagai Presiden 2014.
Menurut rencana, siang itu juga, presidium dan warga akan menggelar spanduk untuk meminta tanda-tangan warga sebagai bentuk dukungan. �Saya optimis, jika PDPI mencalonkan Jokowi, perolehan suaranya akan bertambah secara signifikan,� kata Irfan.

Source : tribunnews.com

Petisi Dukung Jokowi Capres 2014

Puluhan orang yang berasal dari Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 melakukan aksi di kawasan bundaran Hotel Indonesia.  

Petisi Dukung Jokowi Capres 2014



   


   

Puluhan orang yang berasal dari Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 melakukan aksi di kawasan bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (16/02/2014). Aksi tersebut untuk mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju menjadi Capres 2014, karena mereka meyakini Jokowi telah membawa perubahan.

Source : foto detik.com








Kembali Didesak Jadi Capres, Jokowi: Keputusannya Ada di Ibu Mega


Kembali Didesak Jadi Capres, Jokowi: Keputusannya Ada di Ibu Mega


Jakarta - Puluhan warga yang mengatasnamakan Kebangkitan Indonesia Baru (KIB) mendatangi rumah dinas Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) di Taman Suropati, Menteng, Jakpus, mendesak agar Jokowi segera nyapres. Apa tanggapan Jokowi?

"Bahwa ada masyarakat yang usul, itulah demokrasi. Nggak ada masalah, asal caranya santun, santun, santun," ujar Jokowi usai meninjau lokasi perbaikan jalan rusak di Jalan Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (16/2/2014).

Jokowi belum mau menjawab apakah akan jadi capres atau tidak. Dia menekankan, keputusannya ada di Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Semuanya itu mekanisme partai. Itu mekanisme politik. Semua harus tahu bahwa keputusan konkret, kewenangannya ada di Ibu Ketua Umum," kata Jokowi.

"Memang mekanisme partai memang seperti itu. Mekanisme politik," tambahnya.

Pagi tadi, puluhan orang berbaju putih dengan gambar foto Jokowi berkumpul di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka menyerahkan petisi dukungan pencapresan.

Mereka membawa spanduk hitam berukuran 2 x 1 meter bertuliskan 'Menuju Indonesia Baru, Jokowi For President 2014' di samping rumah dinas gubernur DKI Jakarta itu. Anggotanya datang dari 26 provinsi.

"Kami siap jadi relawan di 26 provinsi, sisanya kawan-kawan tidak bisa hadir karena tidak bisa membiayai dirinya untuk ke Jakarta. Jadi kita dengan biaya sendiri, jauh-jauh datang dari 26 provinsi, untuk meminta langsung Pak Jokowi maju," kata Reindhart, perwakilan KIB.

Source : news.detik.com

Monday, February 10, 2014

PPP Juga Usung Nama Jokowi

PPP Juga Usung Nama Jokowi

BANDUNG -- Pada puncak acara Musyawarah Kerja Nasional PPP di Institut Teknologi Bandung Jawa Barat kemarin PPP mengumumkan tujuh kandidat calon presiden Selain Suryadharma partai berlambang Ka'bah ini mencalonkan enam kandidat dari luar partai salah satunya Jokowi Gubernur DKI Jakarta ini dikenal sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Nama tokoh lain yang disorongkan PPP untuk menjadi kandidat calon presiden adalah bekas wakil presiden Jusuf Kalla Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Source : koran.tempo.co

Publik Ingin Figur Ala Jokowi, Risma, & Ridwan

 Publik Ingin Figur Ala Jokowi, Risma, & Ridwan

Publik Ingin Figur Ala Jokowi, Risma, & Ridwan

JAKARTA - Guru besar psikologi Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan peserta Pemilu seharusnya mengusung figur calon presiden yang diminati publik Dia menyebut tiga nama yang pantas yakni Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil Kenapa orang-orang merindukan ketiganya Menurut mereka orangorang baik belum tentu lahir dari partai politik Mereka figur baik namun numpang ngekos kata Hamdi ketika mengulas hasil survei Political.

Source : koran.tempo.co

Saturday, February 8, 2014

Pendukung Jokowi galang koin untuk truk sampah di Bundaran HI


Namun, pihak DPRD pun membantah telah menolak usulan pengadaan 200 truk sampah karena tidak pernah menerima draft usulan tersebut.    Reporter : Dharmawan Sutanto 
Pendukung Jokowi galang koin untuk truk sampah di Bundaran HI
Puluhan orang pendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran HI, Jakarta Pusat. Aksi ini dilakukan terkait penolakan anggaran pengadaan 200 truk sampah yang dilakukan oleh DPRD DKI Jakarta. 

Pantauan merdeka.com, Sabtu (8/2), sekelompok masa yang menamakan Posko Relawan Rakyat (Pos Raya) dan Beranda Jakarta Baru (BJB) ini melakukan penggalangan koin kepada para pengendara untuk pembelian truk sampah sejak pukul 10.00 WIB. 

Walaupun dalam cuaca hujan, mereka tak henti-hentinya terus meminta sumbangan pada setiap pengendara roda empat maupun roda dua dengan menggunakan kardus yang melintas di bundaran HI tersebut sambil membentangkan spanduk yang bertuliskan, 'Coin Warga untuk Truk Sampah Jakarta'.

Source : m.merdeka.com

Thursday, February 6, 2014

Survei Alvara: Elektabilitas Jokowi 17 Kali Megawati

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kanan) saat menghadiri acara serial Seminar Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, di Kampus UI Salemba, Jakarta, Sabtu (30/11/2013). Seminar yang mengambil tema 'Indonesia Menjawab Tantangan Kepemimpinan Menuju Bangsa Pemenang' tersebut sebelumnya juga menghadirkan sejumlah tokoh seperti Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Wiranto, Mahfud MD dan Abraham Samad.

Survei Alvara: Elektabilitas Jokowi 17 Kali Megawati


Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden 2014 kembali menduduki posisi teratas berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga riset Alvara. Angka elektabilitas Jokowi, versi Alvara, jauh di atas para bakal capres lain.
Berdasarkan hasil survei Alvara, elektabilitas Jokowi mencapai 42,5 persen. Di bawah Jokowi, yakni Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (13,7 persen), Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical (7,9 persen), Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (3,8 persen), Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (2,4 persen), dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa (1,5 persen).
�Elektabilitas Joko Widodo paling tinggi dan berbeda secara signifikan dibandingkan kandidat capres lainnya,� kata CEO Alvara Hasanuddin Ali saat diskusi bertajuk "Tipologi Pemilih Kelas Menengah Urban Indonesia: Ke Mana Suara Mereka Mengalir" di Cikini, Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Hasil survei itu, menurut Alvara, didapat setelah melakukan wawancara langsung terhadap 1.500 responden antara 16-30 Januari 2014. Mereka tinggal di 12 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya, Makasar, Manado, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, dan Balikpapan. Responden yang diambil berusia 17-55 tahun, dengan tingkat margin of error 2,5 persen.
Selain para pemimpin parpol itu, ada tokoh lain yang dimasukkan dalam survei Alvara. Mereka yakni Dahlan Iskan (elektabilitas 1,7 persen), Jusuf Kalla (1,5 persen), Mahfud MD (1,1 persen), Rhoma Irama (0,9 persen), dan Gita Wiryawan (0,7 persen). Sisanya sekitar 20 persen responden belum menentukan pilihan.
Hasanuddin mengklaim bahwa survei yang dilakukan lembaganya bebas dari order parpol mana pun. Menurutnya, seluruh dana yang dikeluarkan untuk membiayai survei berasal dari internal Alvara.
Seperti diberitakan, PDI-P memang memasukkan Jokowi dalam skenario menghadapi Pilpres 2014. Jika PDI-P berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati-Jokowi.
Jika suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, maka Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Jokowi sendiri tidak pernah mau menanggapi wacana pilpres tersebut.

Penulis: Dani Prabowo
Editor: Sandro Gatra

Source : nasional.kompas.com

Thursday, January 30, 2014

Jokowi Kebanjiran, Jokowi Tetap Populer

Nasihin Masha

Nasihin Masha

Jokowi Kebanjiran, Jokowi Tetap Populer

Tak salah jika ada yang menyebut Jokowi sebagai �Man in Action�, orang yang bertindak. Bahasa jawanya �blusukan�. Sebuah kosa kata Jawa yang kini menasional. The New York Times mengulas khusus soal Jokowi 'yang berumah di jalan�, walaupun masih belum memasukkan istilah blusukan. Sejumlah diplomat dan peneliti asing juga sudah banyak yang mendampingi Jokowi untuk blusukan. Kini, di saat rutinitas banjir mendera Jakarta setiap bulan Januari, Jokowi makin rajin blusukan. Fotonya yang merayapi pembatas jembatan penyeberangan dipasang menjadi statusfacebook para pendukungnya. Bukan merayap dari sisi, tapi dari atas. Persis seperti memanjat pohon kelapa.

Spontanitas, kegesitan, dan kesungguhannya untuk segera berada di tengah-tengah situasi di lapangan membuat dirinya tetap melekat di hati publik. Banjir Jakarta saat ini tak membuat dirinya menjadi bulan-bulanan. Publik melihat Jokowi telah bekerja. Selama lebih dari setahun kepemimpinannya sebagai gubernur DKI Jakarta, Jokowi giat mengeruk sungai, selokan, dan danau. Ada dua kisah untuk ini. Pertama, soal pembiayaan pengerukan sungai. Ia harus bersitegang dengan Bank Dunia. Lembaga keuangan itu banyak mengajukan persyaratan, termasuk soal konsultan serta sejumlah hal lain yang menjadi kewenangan gubernur. Istilah jelasnya, Bank Dunia ingin banyak intervensi dan mengatur � sebuah kebiasaan yang wajar di Indonesia dan merupakan salah kaprah. Namun Jokowi menolak dan mengancam tak menggunakan dana Bank Dunia. �Sisa APBD tahun sebelumnya saja masih lebih banyak,� katanya, suatu ketika.

Kedua, ia harus merelokasi sekitar 7.000 orang di sekitar Waduk Ria Rio, Pluit, Jakarta Utara. Hal ini menimbulkan ketegangan yang relatif panjang. Apalagi menyangkut ribuan orang. Bahkan ditimpali pengakuan hak atas tanah di sebagian kawasan itu oleh keluarga almarhum Adam Malik, mantan wakil presiden dan tokoh penting dalam perjuangan Republik. Namun Jokowi terus jalan dan berhasil mengatasi semuanya.

Namun kritik tetap saja bermunculan terhadap Jokowi. Salah satunya misalnya, masalah pengerukan sungai, selokan, dan waduk itu cukup diurus bawahannya. Gubernur cukup memberi perintah. Tugas gubernur adalah membuat keputusan dan mengeksekusi hal-hal yang lebih strategis. Harus diakui, dalam satu tahun ini, belum ada ide dan konsep besar yang secara sungguh-sungguh digagas Jokowi dalam mengatasi banjir ini. Yang dilakukan Jokowi hanyalah hal-hal rutin. Ide-ide besar soal ini justru sudah dikemukakan dan atau dilaksanakan gubernur sebelumnya. Sutiyoso untuk Kanal Banjir Timur dan Fauzi Bowo untukGreat Sea Wall. Yang sudah dikemukakan hanyalah lontaran-lontaran ide yang berlepasan begitu saja, misalnya waduk-waduk kecil di sepanjang Ciliwung ataupun waduk-waduk besar di Bogor. Lalu ide besar atau ide kecil apa untuk penyelesaian komprehensif soal banjir ini yang bisa dilakukan dan berada dalam kewenangan Jokowi? Itulah pertanyaan publik yang mendasar untuk Jokowi.

Satu tahun memang bukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah banjir Jakarta yang sudah menjadi akut. Ia menyangkut banyak hal, mulai tata ruang hingga sistem drainase. Butuh penyelesaikan menyeluruh. Kewenangan juga tak semua ada di Jakarta tapi ada di pemerintah pusat. Hal-hal yang berada di tangan pusat misalnya soal pengelolaan Sungai Ciliwung ataupun gorong-gorong di jalan nasional. Bahkan sempat ada polemik antara Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum soal gorong-gorong yang ambles di Jalan TB Simatupang.

Banjir Jakarta tahun ini merupakan ujian buat Jokowi. Apakah dia akan menjadi seorang pemimpin bervisi besar yang dicintai rakyatnya atau dia hanya seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya tanpa visi besar. Namun para lawan politiknya jangan berharap bahwa banjir tahun ini akan membuat Jokowi terhapus dari rak penyimpanan di hati publik. Banjir Jakarta tak banyak berpengaruh. Ia tetap seorang man in action lewat blusukannya. Hal itu sudah lebih dari cukup untuk memenangkan hati rakyat. Ini karena para pemimpin lainnya hanyalah orang-orang yang elitis yang cuma utak-atik statistik dari balik meja dan utak-atik duit untuk mendongkrak statistik.

Tak salah jika Jokowi menyebut blusukannya sebagai �demokrasi jalanan�. Ia mengecek kebijakannya langsung di lapangan dan sekaligus menjemput aspirasi rakyatnya. Ia mengubah pengertian awam tentang demokrasi jalanan sebagai aksi demo yang massif dan tak kenal lelah. Demokrasi jalanan adalah blusukan. Dengan demikian, banjir Jakarta tak mengubah apapun untuk persaingan kontestasi presiden pada 2014 ini.

Aksi boikot diam-diam para pejabat pusat maupun para pesaingnya dalam memperhatikan banjir Jakarta justru merupakan kemenangan Jokowi. Kita tentu sedih melihat kenyataan ini. Jakarta masih akan tetap terkena banjir untuk tahun-tahun mendatang. Semua terjebak pada rutinitas dan popularitas. Tak ada visi besar, tak ada pemimpin besar.


Republika/
Nasihin Masha

Source :republika.co.id

Wednesday, January 29, 2014

Jokowi Naik Truk di Lokasi Banjir, Anak-anak Panggil "Pak Presiden"

Kompas.com/Kurnia Sari AzizaGubernur DKI Jakarta Joko Widodo menerobos banjir di Kampung Sawah, Jakarta Timur, Rabu (29/1/2014).

Jokowi Naik Truk di Lokasi Banjir, Anak-anak Panggil "Pak Presiden"

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meninjau lokasi banjir di Kampung Sawah, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (29/1/2014). Dengan menumpang truk milik satuan polisi pamong praja, Jokowi dan Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto menerobos genangan air dan menelusuri perumahan yang terendam banjir.
Sepanjang jalan, Jokowi yang berdiri di bak terbuka truk tampak melambaikan tangan kepada warga yang menyambutnya. Warga tak peduli dengan genangan air setinggi 50 cm dan berusaha mendekati Jokowi. "Pak Presiden! Pak Presiden!" seru anak-anak kepada Jokowi.
Jokowi tampak tersenyum ke arah anak-anak itu. Ia sesekali berbincang dengan Krisdianto yang berada di sampingnya. Jokowi meminta kepada Krisdianto untuk menelepon Kepala Suku Dinas Tata Air Pekerjaan Umum Jakarta Timur Jati Waluyo. Dengan telepon genggamnya, Krisdianto mengontak Jati Waluyo dan memberikannya kepada Jokowi.
Awalnya, Jokowi berniat meminta Jati Waluyo untuk menyediakan karung pasir sebagai penahan aliran air deras yang menggenangi kawasan tersebut. Setelah mengetahui bahwa aliran deras itu tidak hanya berada di satu saluran, ia pun mengurungkan niatnya. "Enggak jadi deh. Karung pasirnya untuk tanggul lain saja," kata Jokowi.
Sebelum menyelesaikan aksi blusukan-nya, Jokowi sempat bertanya kepada anak-anak. "Ayo, pada mau buku tulis, ndak?" tanya Jokowi. Anak-anak itu menyambut riang dan mengiyakan.
Jokowi pun turun dari truk dan beserta beberapa ajudannya menuju truk bantuan satpol PP. Ada bantuan beras, buku tulis, buku, dan bahan pokok yang dibagikan untuk warga. Beberapa menit setelahnya, Jokowi sempat mampir ke lokasi pengungsian. Di sana, ibu-ibu yang sedang memasak di dapur umum memintanya untuk jadi presiden.
"Hidup, 'Pak Presiden'. Amin, ya, Bapak jadi presiden nanti," kata seorang ibu yang disambut tawa oleh Jokowi dan warga lain.
Di posko pengungsian itu, Jokowi memberikan sejumlah uang yang dimasukkan dalam sebuah amplop. Sekitar 90 menit, Jokowi menyapa warga korban banjir Kampung Sawah.
Lurah Pondok Bambu Budhy Novian mengatakan, Kampung Sawah selalu terendam banjir ketika Kali Sunter telah masuk dalam posisi Siaga III atau ketinggian muka air 180 cm. Wilayah RT 10 dengan 97 kepala keluarga atau 348 jiwa dan 63 rumah terkena banjir tersebut. Seluruh penghuni rumah telah diungsikan ke pos RW 4.
"Setiap hujan di daerah hulu, kami pantau Kali Sunter kalau sudah Siaga III, dalam 10 jam perjalanan air sudah sampai sini," kata Budhy.
Source : megapolitan.kompas.com




Tuesday, January 28, 2014

Koran Inggris samakan Jokowi dengan wali kota London

Koran Inggris samakan Jokowi dengan wali kota London

Jokowi tinjau pintu air Cisadane. �2014 merdeka.com/imam buhori                           Reporter : Muhammad Hasits | Senin, 27 Januari 2014 15:09

Koran Inggris samakan Jokowi dengan wali kota London


Jokowi kerap kali disama-samakan dengan tokoh-tokoh dunia. Dulu, majalah Jerman, Spiegel menyebut Jokowi mirip khalifah Harun al-Rashid, Nelson Mandela dan Mick Jagger .

Sekarang, koran terkemuka Inggris Independent menyamakan Jokowi dengan Wali Kota London Boris Johnson. Jokowi disebut Boris Johnson of Asia.

Artikel soal Jokowi ini ditulis oleh James Ashton dan dipublikasikan pada Minggu 26 Januari 2014. Ia memberikan judul dalam tulisannya "On the road to power? Meet Joko Widodo, Indonesias very own Boris Johnson".

Johnson adalah seorang politikus Partai Konservatif Britania Raya dan wartawan yang terpilih menjadi Wali Kota London sejak tahun 2008. Sebelumnya, Johnson menjabat sebagai anggota Parlemen Britania Raya dan Pemimpin Redaksi majalah The Spectator.

Bedanya kini Boris Johnson telah menikmati indahnya kota London. Ia telah membangun proyek-proyek besar di London dengan menggandeng investor internasional dan mampu mengundang banyak wisatawan. Sementara Jokowi masih berkutat dengan persoalan Jakarta yang masih akut.

Jokowi masih mempunyai pekerjaan rumah untuk mengurusi Jakarta. Salah satunya adalah banjir.

Jokowi menjelaskan, sudah 20 tahun sungai-sungai di Jakarta tidak dikeruk, maka butuh 8 tahun untuk membebaskan Jakarta dari banjir. Ia juga pusing karena masih ada 34.000 kepala keluarga tinggal di bantaran sungai.

"Masalah paling utama kami sekarang adalah kebutuhan dasar manusia. Banjir dan kemacetan lalu lintas. Di Jakarta, kesenjangan antara kaya dan si miskin sangat luas," ujarnya.

Untuk mengetahui persoalan Jakarta lebih detail, Jokowi tak ingin lama-lama di kantor. Karena itu ia kerap blusukan keliling Jakarta.

"Satu atau dua jam setiap hari lebih dari cukup (di kantor). Masalahnya bukan di kantor, masalahnya ada di luar sana," katanya. 

"Setiap hari saya menyambangi masyarakat, turun ke jalan. Saya bisa tahu apa keinginan mereka, apa yang mereka butuhkan," imbuhnya.

Source : merdeka.com

Survei: 52 persen publik setuju Jokowi nyapres

Survei: 52 persen publik setuju Jokowi nyapres

Jokowi tinjau pintu air Cisadane. �2014 merdeka.com/imam buhori       Reporter : Muhammad Sholeh | Minggu, 26 Januari 2014 14:56

Survei: 52 persen publik setuju Jokowi nyapres


Nama Jokowi mendapat dukungan kuat dari masyarakat jika ingin 
menjadi calon presiden pada Pemilu 2014. Dalam survei yang 
dilakukan oleh Pol-Tracking Institute, 52,96 persen publik setuju 
Jokowi menjadi capres pada Pilpres tahun ini.

"52,96 Persen publik setuju Jokowi menjadi capres, 20,35 persen 

publik tidak tahu dan 26,69 persen tidak setuju Jokowi menjadi 
capres," kata Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute, Hanta 
Yudha di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, Minggu (26/1).

Sementara 32,03 persen publik kurang setuju jika Ahok menjadi 

capres atau cawapres. "Hal ini berbeda dengan Jokowi di mana 
hanya ada 26,69 persen publik yang tidak setuju dirinya sebagai 
capres/cawapres. Angka persetujuan ini menunjukkan tingkat 
penerimaan publik (akseptabilitas) masing-masing tokoh jika 
meninggalkan jabatan di DKI," jelas Hanta.

Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.200 responden dengan 

margin of error kurang lebih 2,83 persen dengan tingkat 
kepercayaan 95 persen. Metode pengumpulan data adalah 
wawancara secara tatap muka menggunakan kuisioner. 
Pengambilan data survei dilakukan pada 16-23 Desember 2013.

Validasi data dilakukan dengan membandingkan karakteristik 

demografis dari sampel yang diperoleh dari survei dengan 
populasi diperoleh melalui data sensus BPS terakhir. 
Pengambilan data dilakukan secara serentak dan 
nasional di 33 provinsi.
[has]

Source : merdeka.com

Ekonom: Jokowi Jadi Presiden, Rupiah Bakal Menguat Tajam

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama Wakil Presiden Boediono                  Senin, 27 Januari 2014 | 19:12 WIB

Ekonom: Jokowi Jadi Presiden, Rupiah Bakal Menguat Tajam

JAKARTA, � Nilai tukar rupiah diproyeksikan bakal menguat signifikan setelah pemilihan presiden, dan diperkirakan di posisi Rp 11.600- Rp 11.000 per dollar AS.

Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan sebagaimana dikutip dari Bloomberg pada Senin (27/1/2014) menyebutkan, penguatan itu diperkirakan terjadi pada semester kedua tahun ini, tepatnya setelah presiden baru terpilih.

Apalagi, pemerintahan yang baru tersebut kemungkinan akan lebih mahir menangani kondisi perekonomian nasional. Dia menyebutkan, proyeksi tersebut mengasumsikan yang akan naik menjadi presiden adalah Joko Widodo yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta.

�Kami melihat rupiah masih mengalami gejolak pada semester I tahun ini. Akan tetapi, nilai tukar akan kembali menguat pada paruh kedua 2014 setelah pemilihan umum. Indonesia membutuhkan presiden baru yang memiliki kepemimpinan bagus untuk meyakinkan investor masuk ke Indonesia," ujarnya.

Sejauh ini, rupiah menjadi mata uang yang paling terpuruk jika dibandingkan mata uang negara-negara Asia lainnya. Pada akhir tahun lalu kurs rupiah telah turun hingga 21 persen. Pelemahan didorong oleh terjadinya defisit transaksi berjalan serta perlambatan ekonomi.

Di sisi lain, pasar modal nasional juga berada dalam tekanan lantaran kebijakan Federal Reserve memangkas stimulus ekonominya.

Pada sore ini, rupiah diperdagangkan di posisi Rp 12.198 per dollar AS atau turun 0,17 persen.

Anton Gunawan merupakan salah satu ekonom terbaik di Indonesia versi Bloomberg dalam 2 tahun terakhir ini. Dia lebih memiliki pandangan positif terhadap perekonomian Indonesia jika dibandingkan ekonom lain yang disurvei oleh Bloomberg.

Editor: Bambang Priyo Jatmiko
Sumber: Bloomberg


Kompas .com