Latest News

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Sunday, November 13, 2016

Tulisan Menohok dari Seorang Ibu untuk Aa Gym Di ILC 'Setelah 411'. Ucapan Aa Gym Halus tapi Implikasinya Persis dengan Habib Rizieq




alirantransparan.blogspot.com - Acara ILC pada tanggal 8 November 2016 bertemakan "Setelah 411" dihadiri beberapa narasumber. Salah satu yang mendapatkan kesempatan berbicara adalah Ustad Aa Gym. Beliau memberikan pernyataan terkait 4 Nov. Kebanyakkan orang menilai pernyataan Aa Gym disampaikan dengan adem dan sejuk.

Namun Ibu Emmy Hafild merasakan ada kejanggalan terhadap pernyataan tersebut kemudian menuliskan pada halaman facebook pribadinya. Melihat dari komentar yang masuk, banyak juga yang setuju dengan pendapat Ibu Emmy Hafild. Berikut tulisan Ibu Emmy Hafild dalam merespon pernyataan Ustad Aa Gym di ILC:


Saya sebenarnya tidak mau berkomentar soal kasus penistaan agama di laman ini. Saya bukan ahli agama dan buat saya itu nggak penting-penting amat. Tapi kali ini saya merasa harus menulis tentang komentar AaGym tadi malam di ILC yg saya amati videonya pagi ini.

Pernyataan AAGym pada acara ILC tanggal 8 November itu bahaya sekali karena dinyatakan dengan halus dan sopan, pakai rasa, tapi sebenarnya menyesatkan. Saya memberanikan diri menulis ini bukan karena saya sebagai pendukung Ahok khawatir Ahok kalah, tetapi sebagai umat Islam yang sangat awam yang merasa terusik dengan nuansa yg dipakai oleh Aa Gym dalam pernyataanya kemarin. Ilmu keIslaman saya cetek sekali, tetapi berusaha mengerti berdasarkan logika mengapa kasus ini meledak seperti ini. Saya melihat mengamati video Ahok yg dihebohkan itu sepanjang satu jam lebih dari awal sampai akhir sebelum ada postingan Buni Yani yang kemudian heboh itu.

Begini logika saya yg bodoh soal agama ini:

1. Bahwa larangan Al Qur'an makan babi ayat 3 disamakan dengan ayat 51, itu seperti membandingkan jambu dengan mangga. Yg satu namanya perintah yg tidak bisa ditafsirkan seperti shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, naik haji dsb atau larangan membunuh, mencuri (ada 10 larangan yg masuk dalam dosa besar). Yg satu (Al Maidah 51) ayat yg pelaksanaannya memerlukan tafsir ( karena diturunkan dalam konteks perang). Ini sama misalnya dengan :pencuri dipotong tangannya atau pembunuh harus dibunuh. Perintah ini tidak dilaksanakan di semua masyarakat Islam, hanya diterapkan di Arab Saudi.

Artinya apa? Ada tafsir yg berbeda untuk ayat tersebut. Sama seperti Al Maidah 51 tidak semua ulama menafsirkan sama, perbedaan penafsiran itu dapat terjadi, seperti sekarang. Oleh karena itu ada pemimpin yg beragama lain dipilih, diangkat atau ditunjuk oleh masyarakat yang mayoritas Islam. Itu sah saja. Tapi kalau soal larangan makan babi, pasti dilaksanakan di seluruh masyarakat Islam. Kok dibandingkan sih?

2. Dia membandingkan pernyataan Ahok sebagai pedagang yg jualan daging babi melarang orang percaya dengan ayat Al Qur'an supaya jualan babinya laku. Menurut dia: konteks Ahok menyatakan jangan mau dibohongi pakai ayat Al Maidah 51, adalah supaya masyarakat tetap memilih dia. Padahal konteksnya justru berbeda, yg dinyatakan Ahok kira-kira: "bapak ibu jangan ragu -ragu untuk menerima bantuan ini karena dalam hati nggak mau milih saya karena dalam hati kecil bapak ibu, percaya kepada orang-orang yang membohongi pakai ayat Al Maidah 51, terus jadinya ragu-ragu untuk terima bantuan ini. Kalaupun bapak ibu tidak milih saya tidak apa-apa, terima saja bantuan ini, karena walaupun saya tidak terpilih, saya tetap jadi Gubernur sampai Oktober tahun depan. Jadi ibu jangan ragu-ragu ya, terima saja". 



Konteks yg diceritakan Aa Gym itu sangat berbeda (beli daging babi dianalogikan sebagai milih Ahok) dengan konteks Ahok yang mengatakan tidak milih dia pun tidak apa-apa, terima saja bantuannya (analoginya nggak beli daging babi dari saya karena percaya kepada orang-orang yang membohongi pakai ayat Al Maidah 51, nggak apa-apa) . Memang lebih baik kalau Ahok tidak menyinggung soal Ayat 51, itu sudah cantik deh. Tapi pernyataan sudah keluar dan dia sudah minta maaf. Menyatakan konteks pernyataan Ahok sebagai pedagang babi itu menurut saya yang bodoh ini justru menyesatkan umat. Ahok berbicara itu tidak dalam rangka agar dia dipilih kembali tapi dalam rangka agar masyarakat tidak ragu-ragu menerima program Gubernur walaupun mereka tidak memilih dia. Itu seperti siang dan malam bedanya, bagi yg melihat video komplit.
3. AA Gym seolah mengatakan toleransi beragama tapi sebenarnya tidak seperti perkataannya: "semua orang berada di kotaknya, jangan keluar dari kotak masing-masing". Jadi posisi dia sebenarnya masyarakat yg terkotak-kotak. Jadi kalau saya bilang kepada umat Katholik: " mau saja dibohongi kalau pastor itu selibat, mana bisa manusia selibat, itu kan alami, makanya ada skandal seks di lingkungan gereja.." menurut AaGym nggak boleh saya bicara seperti itu. Karena saya tidak boleh keluar dari kotak saya. Saya orang Islam tidak boleh mengomentari orang Katholik. Padahal saya sering sekali ngobrol dengan teman-teman saya orang Katholik soal itu, secara serius atau becanda karena saya sekolah di SMA Katholik. Di mata saya yang bodoh ini, masalah toleransi di masyarakat yang majemuk adalah masalah kuping tebal dan kebesaran hati bukan masalah kuping tipis dan cepat tersinggung.
4. Dia bilang mau minta keadilan tapi menekankan adil yang dimaksud itu adalah yang sesuai dengan keinginannya: Ahok dihukum dan dipenjarakan ( disuarakan dalam demo bukan oleh AaGym di ILC). Dan menyatakan Presiden tidak bereaksi atas permintaan adil itu. Oleh karena itu demonstrasi dilakukan untuk meminta keadilan ditegakkan ( tangkap dan hukum Ahok). Ini bahaya, karena mendiktekan hasil akhir dari proses hukum. Kalau hasil akhir proses hukum Ahok dinyatakan tidak bersalah, lalu apa? Presiden intervensi? Hukum tidak adil?

Ini bahaya besar kalau di negara demokrasi, hukum didikte oleh tekanan massa menurut kaca mata sekelompok orang.

5. Fakta bahwa Ahok sudah minta maaf tidak dibahas sama sekali oleh Aa Gym. Apakah orang Islam itu pendendam? . Padahal ada beberapa ayat dalam Al Qur'an tentang maaf, sabar, menahan amarah, dan bahwa Allah memberikan penghargaan dan pengampunan apabila umatnya dapat memaafkan, karena hanya Allah yg menentukan kesalahan seseorang. Allah Maha Pengasih lagi Penyayang. Itulah dasar dar Islam Rahamatan lil Alamin.

6. Saya juga bingung, kenapa AaGym dan ulama-ulama itu, tidak memobilisasi umatnya untuk menentang korupsi? Katanya sumbangan datang datang dari mana-mana sampai berlebihan, bingung duitnya mau dipakai apa. Kalau memang mempunyai kekuatan memobilisasi massa ( katanya kalau tidak ditahan ada 10 ribu yg mau ikut) kenapa tidak memobilisasi massa untuk gerakan anti korupsi? Karena sebagai orang Islam di negara yg populasi Muslimnya di satu negara terbesar di dunia, saya malu, kok Indonesia salah satu negara terkorup di dunia. Saya merindukan ratusan ribu umat Islam turun ke jalan meminta Presiden Jokowi untuk memberantas korupsi. Akhirnya saya yg bodoh ini bertanya ada apa sih dengan penceramah agama ( yg kemudian ngaku ulama) di Indonesia?

Omongan Aa Gym dilakukan secara halus dan sopan tapi implikasinya sama saja dengan Rizieq: penistaan agama, hukum Ahok dan jatuhkan Jokowi kalau tidak menghukum Ahok, dalam konteks Pilkada. Nggak ada urusannya dengan kemaslahatan umat. Tidak mencerminkan Islam yg Rahmatan lil Alamin.

Bahaya besar ....

Sumber: FB Ibu Emmy Hafild & CeriaNews.com

Silahkan dishare jika berkenan ,terima kasih.

Saturday, November 12, 2016

WAJIB BACA! Pihak Yang Berupaya Kudeta Jokowi dan Modusnya (25 November 2016)




alirantransparan.blogspot.com - Sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo mulai berjalan tampaknya negara ini sudah sangat maju dalam berdemokrasi, berbagai pihak kembali saling berjabat tangan seakan-akan menandakan rivalitas di negara ini sudah berakhir, jabat tangan antara pemerintahan baru dan pemerintahan lama merupakan penyerahan estafet pemberian tugas dari pemerintahan SBY selama 10 tahun kepada pemerintahan baru Presiden Joko Widodo.

Banyak masyarakat tidak menyadari bahwa sejak awal pemerintahan Presiden Joko Widodo bergulir ada pihak-pihak yang selalu mengganggu pemerintahan ini membangun negara ini, hal ini dibuktikan dengan adanya pihak-pihak yang menjaga panasnya "bara" dihati pendukung pihak yang sakit hati.

Berbagai gangguan-gangguan itu selalu diluncurkan agar menutup mata masyarakat akan prestasi-prestasi pemerintah dalam membawa negara ini untuk lebih baik.

Upaya-upaya pengganggu ini nyata dan bergerak senyap, para pengganggu tampaknya sudah tidak sabar lagi untuk muncul ke permukaan dan menggulingkan pemerintahan Joko Widodo, menunggu sampai waktu 5 tahun adalah waktu yang sangat lama bagi mereka.

Nasib baik sedang berpihak pada mereka, ada jalan masuk untuk mereka untuk beraksi di dunia nyata, kasus Ahok adalah jalan mulus yang akan membawa mereka untuk merealisasikan niat-niat jahat makar, Ahok bukanlah tujuan utama mereka karena target besar mereka adalah melengserkan Joko Widodo, hal ini bisa kita lihat dengan kasat mata.

Gagal Kudeta 4 November dilanjutkan 25 November

Sakit hati karena upaya penggulingan pada 4 November lalu membuat pihak-pihak yang sudah merencanakan makar semakin sakit hati, tak tanggung-tanggung pihak ini rela merogoh kantong lebih dalam untuk suplai dana lebih besar agar Aksi pura-pura damai bisa sukses menggulingkan pemerintahan saat ini.

Lalu Siapa Pihak Yang Berniat Melengserkan Jokowi?

Ada 3 Kelompok yang sangat ingin menggulingkan pemerintahan Joko Widodo, adapun pihak-pihak tersebut adalah:

1.Pihak-Pihak Yang Takut Terjerat Hukum

Seperti kita ketahui, pemerintah Jokowi melakukan bersih-bersih sembari menggencarkan pembangunan di Negara ini, dalam upaya bersih-bersih tersebut banyak orang-orang yang merasa terancam akan terjerat hukum karena mereka sudah berbuat jahat di masa lalu, mereka yang dengan rakus menghisap dana negara dengan berbagai trik untuk menumpuk kekayaan.

Manuver Jokowi membuat pihak-pihak berdosa tersebut ketar-ketir, mereka membangun koalisi jahat dan rela memberikan suplai dana besar-besaran untuk menggulingkan pemerintahan Jokowi, hanya dengan menggulingkan Jokowilah yang dapat menyelamatkan mereka dari jerat-jerat hukum rapat yang dibangun Joko widodo.

Menggulingkan Jokowi adalah pertaruhan besar oleh kelompok ini, hanya ada dua pilihan Jokowi tumbang atau mereka yang tumbang.

2.Pihak-Pihak Yang "Kekeringan"

Korupsi adalah budaya elit yang mendapatkan kedudukan bukan rahasia lagi, bukti korupsi membudaya di berbagai lini di negara ini dibuktikan dengan banyaknya para koruptor yang ditangkap oleh KPK mulai dari kelas teri sampai kelas kakap.

Para koruptor yang rela beinvestasi besar-besaran untuk mendapatkan kursi jabatan di negeri ini, investasi besar-besaran mereka terancam gagal balik modal karena pemerintahan Joko Widodo sangat ketat dalam penggunaan dan pegawasan anggaran.

Paceklik berjamaah dialami oleh kelompok ini karena aksi-aksi Jokowi menutup yang bocor, bocor dan bocor sangat efektif untuk membuat para tikus kelaparan.

Tak mau mati kelaparan, para tikus-tikus busuk ini mulai menggigit perlahan-lahan untuk merobohkan Pemerintah saat ini.

3.Orang-Orang Yang Ingin Membangun Negara Berdasarkan Agama 

Radikalisme dan separatisme dengan alasan agama bukanlah hal baru di negeri ini, bahkan pentolan kelompok ini berani lantang tidak mengakui Pancasila yag merupakan dasar dari Negara ini.

Kelompok radikal ini sudah menunjukkan upaya-upaya mereka untuk menguasai negara ini dan membuat negara ini sesuai dengan paham mereka anut, kelompok ingin sukses menguasai negara ini seperti apa yang dilakukan oleh kelompok sejenis kelompok ini yang sukses menggulingkan pemerintahan seperti Mesir dan Turki.

Lalu Modus Apa Yang Mereka Pakai?

Kelompok-kelompok diatas memiliki satu tujuan utama dan mendesak yaitu menggulingkan presiden Joko Widodo, kesamaan misi ini membuat ketiga kelompok tersebut bahu membahu agar target mereka tercapai.

Berikut modus yang dipakai adalah sebagai berikut:

Membangun Konflik SARA ala Kerusuhan 98 Denga Sasaran Etnis Cina

Isu ini dianggap paling berpeluang membuat negeri ini rusuh, menciptakan kerusuhan besar-besaran adalah upaya memecah konsentrasi Polri dan TNI dalam menjaga keamanan negara ini.

Kelompok-kelompok ini berupaya mengadu domba antara masyarakat pribumi dan masyarakat keturunan dari etnis tertentu.

Berikut bukti bahwa ada kelmpok yang membangun opini negatif dan menancapkan kebencian terhadap Etnis Cina, di dunia maya banyak website yang mungkin jumlahnya menyampai angka rausan untuk menghembus propaganda adu domba menyasar Etnis Cina.

Upaya yang sangat masif ini bergulir menjadi bola salju, kebencian yang sudah tertanam tadi akan diledakkan dengan aksi penyerangan suatu kelompok kepada etnis Cina, kelompok pemicu inilah yang akan menyulut kerusuhan dalam skala besar di berbagai daerah di Indonesia, upaya tersebut sangat jelas saat kerusuhan di Penjaringan 4 November lalu, beruntung polisi dan TNI di bantu masyarakat yang pro keBhinekaan sukses memadamkan pemicu ini.

Gambar serta vidio di bawah ini adalah bukti kecil yang membuktikan ada gerakan dan upaya yang sangat masif dan dikerjakan dengan sangat terstruktur, berita-berita hoax yang membawa etnis-etnis Cina adalah faka nyata yang terjadi, upaya-upaya busuk tersebut terkonfirmasi dengan adanya propaganda anti Cina yang diluncurkan dengan coretan-coretan di berbagai tempat menjelang Aksi demo 4 November lalu.

Berupaya Memancing Kudeta Militer

Setelah operasi 4 November gagal total, kelompok-kelompok ini berusaha untuk mengadu domba antara TNI dengan Presiden, berbagai propaganda disebar mulai dari pujian setinggi langit kepada Panglima TNI Gatot Nurmantyo cocok menggantikan Joko Widodo sebagai presiden hingga menghembusan isu Panglima TNI yang akan di copot oleh Presiden karena membela umat islam.

Pergerakan menyebarkan propaganda ini disebarkan di berbagai sosial media, bahkan banyak anggota TNI aktif sempat termakan isu penggantian Panglima ini, kekecewaan terhadap presiden terbentuk di internal TNI, kekecewaan terhadap presiden sempat diungkapkan oleh beberapa anggota TNI pada akun sosial media Facebook.

Aksi-aksi adu domba ini sudah tercium oleh Panglima TNI, sang Panglima sadar banyak bawahannya sudah termakan propaganda-propaganda ini, pada 8 November Panglima TNI memerintahkan melalui surat edaran kepada seluruh jajaran TNI yang dipimpinnya untuk menyaksikan acara Indonesia Lawyer Club.

Melalui acara tersebut panglima dengan cedas mematahkan upaya adu domba berbagai pihak yang mencoba memecah belah TNI, pihak-pihak yang mengadu domba TNI dengan panglima tertinggi dalam hal ini Presiden Jokowi dan upaya-upaya mengadu domba antara TNI dengan Polri.

Dengan lantang Panglima menutup acara tersebut dengan pernyataan:

"LEBIH BAIK SAYA MENJADI TUMBAL DEMI KEBHINEKAAN DARIPADA SAYA BERNIAT MENJADI PRESIDEN"

Pernyataan tegas inilah yang memusnahkan upaya-upaya adu domba membenturkan TNI dengan berbagai pihak, Pernyataan inilah yang membuat TNI kembali merapatkan barisan untuk mnghadapi pihak-pihak yang berniat memecah Kebhinekaan untuk kepentingan kelompok mereka.

Demikian ulasan ini kami buat, alasan utama kami membuat ulasan ini adalah untuk membuka mata kita bahwa negara ini sedang di pecah belah oleh orang-orang dan kelompok-kelompok yang ingin mencapai keinginan mereka.

Kami adalah muslim dan pribumi yang tak rela apabila ada saudara sebangsa dan senegara kami dari Etnis Cina dijadikan pijakan orang-orang dan kelompok-kelompok kotor untuk mencapai kepentingan mereka.
Mohon Maaf kepada saudara-saudara kami, kami terpaksa menyinggung SARA karena SARA inilah yang dijadikan pihak-pihak berhati picik untuk mencapai tujuannya.

Ayo kita bersama kita teriakkan dengan lantang!

Kami Masyarakat Indonesia yang di ikat dengan Bhineka Tunggal Ika TIDAK TAKUT pada kalian yang ingin merusak KeBhinekaan kami, semakin kalian berupaya merusak Kebhinekaan kami maka semakin kuat juga kami bersatu dalam KeBhinekaan ini

Silahkan Sharing tulisan ini pada akun Sosial Media Anda, tunjukkan pada si pemecah belah bangsa ini bahwa kita ada dan tidak akan kalah dengan propaganda-propaganda busuk mereka.






Lihat video ini:





sumber: fb. ary prasetyo


http://tribunbinjai.blogspot.co.id/

Thursday, November 10, 2016

Tulisan Viral Denny Siregar : �Tegarnya Seorang Buya�

 
 
alirantransparan.blogspot.com - Sebenarnya mudah melihat konstelasi politik di Indonesia ini. Lihat ke Suriah dan kita akan menemukan persamaan, model apa yang terjadi di Suriah pada awal perang dengan apa yang terjadi di Indonesia sekarang.
 
Saya dulu pernah menganalisa bagaimana caranya �mereka� yang terlibat di Suriah masuk dan mencoba mengambil alih Indonesia. Pertama, kuasai ulamanya dan kuasai Ormas Islam terbesarnya.
 
Di Suriah, para �ulama� yang berada di Persatuan Ulama Suriah secara terang-terangan berseberangan dengan Bashar Assad, Presiden Suriah. Mereka membentuk opini dulu bahwa Bashar adalah seorang syiah dan syiah wajib diperangi. Para �ulama-ulama� itu menggunakan ayat-ayat dan hadis untuk melakukan justifikasi untuk memerangi Bashar.
 
�Ulama-ulama� lokal itu berafiliasi dengan Persatuan �Ulama� Internasional. Seruan jihad dari �ulama� lokal diperkuat dengan seruan jihad dari perkumpulan persatuan �ulama� Internasional atau International Islamic Coordination Council. Kenapa saya beri tanda kutip dipinggir kata ulama?.
 
Karena pada dasarnya ada pengklaiman gelar ulama hanya pada pihak yang bersama mereka. Dan ulama yang tidak bersama mereka, bukan lagi menjadi ulama, sehingga wajib diperangi.
 
Ini terjadi pada ulama besar dunia di Damaskus yang bermazhab sunni yaitu Syaikh Ramadhan Al Bouthi. Syaikh Ramadhan Al Bouthi adalah ulama yang disegani dan menjadi ulama rujukan tingkat dunia. Beliau dimusuhi oleh kumpulan para �ulama� lokal Suriah itu karena posisinya yang membela pemerintah Suriah yang dipimpin Bashar Assad.
 
Syaikh Ramadhan Al bouthi yang secara terang-terangan berkata bahwa Bashar Assad bukanlah Syiah seperti yang dipropagandakan. Bahkan untuk mendukung pernyataan itu, beliau mengajak Bashar shalat bersama-sama untuk memperlihatkan bahwa tuduhan itu sama sekali tidak benar.
 
Dan karena keteguhannya itulah pada bulan Maret 2013, ketika sedang menyampaikan kajian di sebuah masjid di Damaskus Suriah, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya tepat di hadapan beliau. Beliau dibungkam selama-lamanya bersama puluhan orang muridnya yang sedang ada disana.
 
Dan tahu apa yang terjadi pasca terbunuhnya beliau? Persatuan �ulama� lokal itu menimpakan tudingan bahwa Bashar Assad lah pelaku utamanya. Dan karena Syaikh Ramadhan Al Bouthi sudah mereka fatwa �kafir�, maka tidak layak mendapat gelar syahid.
 
Melihat apa yang dilakukan Buya Syafii Maarif, saya jadi mengingat almarhum Syaikh Ramadhan Al Bouthi. Seperti pernah saya paparkan, bahwa ada kemungkinan besar kasus �penistaan agama� ini sejatinya pintu gerbang untuk menjatuhkan Jokowi. Karakter Jokowi akan dijatuhkan sebagai �pembela penista agama� dan posisinya akan dikuatkan sebagai �musuh Islam�.
 
Dan bisa kita lihat dengan jelas ada pengelompokan dan klaim terhadap gelar �ulama� pada kelompok tertentu Ulama yang berseberangan dengan �ulama� mereka, secara otomatis mendapat cacian.
 
Buya Syafii Maarif yang ingin menjelaskan duduk perkara kasus penistaan agama sebenarnya dengan kapasitasnya sebagai seorang ulama, disudutkan sebagai �orang yang berpenyakitan�. Pembunuhan karakter terhadap Buya dibangun sehingga beliau dikategorikan sebagai seorang munafik dan juga �musuh Islam�.
 
Melihat karakter Buya Syafii Maarif, tidak jauh berbeda dengan karakter Syaikh Ramadhan Al Bouthi. 
Beliau tidak akan mundur menyampaikan pesannya meski ia dicaci dan dimaki dimana-mana. Perjalanan Indonesia menuju Suriah memang terlihat masih panjang, tetapi jika melihat polanya sudah mengarah kesana.
 
Yang saya khawatirkan adalah perpecahan di dalam tubuh TNI dan Polri menyikapi masalah ini. Saya yakin ada sebagian anggota TNI dan Polri yang terpengaruh bahwa mereka lebih mulya �membela Islam� daripada membela negara. Dan mereka ini lebih mendengarkan �ulama� daripada komandan. Seperti di Suriah.
 
Seruput dulu kopinya dan kita akan melihat caci maki yang sama dan tudingan �Syiah dan munafik� dalam komen-komen nantinya.(tulisan Denny Siregar)

Menggetarkan Hati! Surat Terbuka untuk Aa Gym, MUI, 'Jangan Hambat Kami untuk Dapatkan Gubernur Bersih dan Transparan'





alirantransparan.blogspot.com - Kepada Aa Gym, Ketua MUI, Kepada Ustadz yang selama ini kami muliakan. Penampilan tokoh agama, meski nampak SEJUK, tidaklah berarti bahwa pesan yang disampaikannya membawa kesejukan. 

Sebaliknya, penampilan Pak Ahok, meski kerap dikatakan PANAS, juga tidaklah berarti bahwa kinerjanya membuat hati panas. Saya sungguh penat menyimak statement yang kerap disampaikan oleh sebagian tokoh yang menganggap dirinya ulama. Jika ada seseorang dipidanakan karena mencemarkan nama baik, tentu ada sosok jelas yang merasa dicemarkan. 

Lalu jika seseorang, dianggap menistakan AGAMA, dan dipaksa untuk dipidanakan, maka saya bertanya, siapakah sosok yang berhak mewakili AGAMA itu? Jika kalian semua, yang selama ini gencar menyuarakan bahwa Pak Ahok menista agama, hanya karena pemahaman Anda yang berbeda, berhak kah kalian mewakili AGAMA yg merasa dinistakan, sementara di sudut lain, masih banyak penganut agama tersebut yang tidak merasa dinistakan. 

Saya capek Aa, saya capek Ustaz, mengapa kalian menghambat hak kami untuk mendapat Gubernur DKI yg BERSIH, TRANSPARAN, dan PROFESIONAL? Kalian menganggap bahwa menegakkan keadilan itu adalah MEMENJARAKAN Pak Ahok, dan tidak mau menerima bentuk lain dari sebuah keadilan. 

Saya yakin bahkan kalian sedang meruntuhkan keadilan itu sendiri. Pak Ahok lahir di Indonesia, dan juga Warga Negara Indonesia. Jika kalian bersikap adil, tentu kalian mengizinkan semua WNI untuk menjadi pemimpin negeri ini, sepanjang memenuhi syarat dan memiliki potensi. Kalian berdalih di balik Kitab Suci, padahal Allah yang mewahyukan Kitab Suci adalah Mahaadil, dan mustahil membuat sebuah peraturan yang mencederai keadilan itu sendiri. 

Kajilah dengan ikhlas, apa makna AWLIYA, dalam ayat2 yang tercantum pada Kitab Suci. Karena tidak ada satu pun ahli tafsir yang menerjemahkan itu sebagai PEMIMPIN. Hanya, dan sekali lagi, Hanya di Indonesia, penafsirannya dibuat menjadi PEMIMPIN.

Saya pun meyakini, Kitab Suci tak mungkin multitafsir, karena itu akan membingungkan. Yang ada hanyalah manusia nya yang multipikir. Pikiran kalian tidak sama dengan pikiran kami. Kalian menistakan hak kami untuk mendapat pemimpin bersih dari korupsi. 

Pendapat kalian menyenangkan kaum koruptor, karena mereka tahu bahwa bangsa ini masih menganggap AGAMA adalah identitas dalam KTP. Sekotor apa pun perbuatan koruptor, tetap dianggap BERIMAN, karena yang kalian nilai bukan AMAL / PERBUATAN, tapi KTP. 

Sebaliknya sebaik apa pun yang Pak Ahok lakukan, tetap tak mendapat penilaian positif, karena sekali lagi, kalian tidak melihat perbuatan, tetapi melihat identitas KTP. 

Saya bangga, jika umat Islam bersatu padu menumpas kebatilan. Tetapi hari ini saya menangis, karena persatuan umat telah dimanfaatkan semata untuk tujuan politik, untuk memenangkan seseorang dan membungkam seseorang lainnya. 

Biarkan warga Jakarta memilih, demi menjaga KEAMANAN Jakarta dari cengkeraman koruptor. Biarlah untuk KEIMANAN, kami punya penjaga tersendiri. 

Kepada Presiden Joko Widodo, Kepada Kapolri Tito Karnavian, tolong dengarkan suara kami juga. Meskipun kami tak pandai menafsirkan Kitab Suci, tapi kami yakin masih ada orang pandai yang ikhlas menafsirkan sesuai kebenaran. (fb grup save ahok, ditulis oleh Wulan Murad)

Tuesday, November 8, 2016

Bikin Haru! "Kisah Jokowi, Ahok dan Para Pengintai".




alirantransparan.blogspot.com - Polemik permasalahan dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Ahok masih berbuntut panjang.

Bahkan permasalahan tersebut sudah mulai merambat ke tingkat seorang Presiden yang dimana Jokowi jadi pihak yang juga turut disalahkan.

Hal tersebut lantaran Jokowi tak menemui para demonstran pada 4 November 2016 kemarin karena diketahui sedang melakukan peninjauan ke proyek pembangunan di Bandara Soekarno-Hatta.

Menanggapi permasalahan yang tak kunjung selesai ini, salah seorang netizen bernama Mike Reyssent menuliskan opininya dengan judul "Kisah Jokowi, Ahok dan Para Pengintai".

Negara sedang dalam keadaan aman tentram... 
Pembangungan infrastuktur sedang dilaksanakan pemerintah dimana mana... 
Pembangungan yang selama ini telah terabaikan... 
Jokowi bersama para menterinya telah bekerja mati matian demi mensejahterkan rakyat... 
Membuat sistem yang bisa mempermudah rakyat melakukan kegiatannya... 
Namun, itu belum juga cukup untuk menyenangkan semua orang... 
Disana masih banyak pihak yang sampai sekarang belum juga move on... 
Apa yang dilakukan Jokowi selalu salah dimatanya... Keberhasilan pemerintah selalu dipandang sebelah mata dan dilecehkan... 

Tetapi, Jokowi tetap tak terpengaruh... 
Terus bekerja, bekerja dan bekerja... 
Membuat mereka setengah putus asa... 
Mereka yang setiap saat mengintai, kemudian mencari celah lain... 

*** 
Ahok... 
Ya, Ahok adalah salah satu orang terdekat Jokowi... 
Ahok yang terkenal dengan karakternya yang temperamental merupakan tokoh yang kontroversial...
Tindakan Ahok yang �semena mena� membongkar segala patgulipat para anggota dewan yang merasa dirinya tehormat... 
Gaya bicara Ahok yang tanpa tedeng aling aling bisa membuat merah kuping mereka... 
Ia merupakan sasaran empuk bagi Para Pengintai yang sedang mengincar Jokowi... 
Mereka terus berusaha memancing, mencari dan mengintai Ahok untuk melakukan kesalahan... 
Sama dengan apa yang mereka lakukan kepada Jokowi... 
Apapun yang diperbuat Ahok selalu salah dimatanya... 

Mari kita lihat baik baik... 
Menggusur tempat prostitusi yang selalu gagal dilakukan oleh Gubernur sebelumnya, Ahok disalahkan... 
Memindahkan  penduduk yang tinggal di bantaran sungai ke tempat yang lebih layak, demi mengatasi banjir, kumuh dan kesehatan masyarakat Ahok disalahkan... 
Mereklamasi pantai yang dilakukan banyak negara, Ahok juga dianggap salah... 
Sampai meminta dana pada pengembang demi kesejahteraan rakyat pun, Ahok tetap aja dianggap salah... 

Mereka lebih memilih membela PSK, Germo dan para preman Kalijodo... 
Mereka lebih senang melihat sungai yang kumuh dengan sampah yang berserakan, banjir dan masyakarat terkena penyakit... 
Mereka lebih tega melihat pantai yang kotor dan menjijikan, dengan anak anak berenang di dalamnya... 
Mereka lebih rela melihat pemerintah merogoh koceknya lebih dalam...

Silahkan dijawab dengan  jujur... 
Seandainya semua itu yang melakukan BUKAN Ahok... 
Apakah masih tetap disalahkan atau malah dipuji? 
Seandainya yang melakukan itu kamu... 
Bagaimana perasaanmu ketika orang terus menyalahkan? 

Sekali lagi jawab yang jujur ya... 

Mengapa ketika ibu Risma menggusur prostitusi malah dipuji? 
Mengapa ketika Pemda Tangerang menggusur prostitusi Dadap, ga ada yang protes? Mengapa ketika reklamasi pantai di Tangerang, ga ada yang ngamuk? 
Mengapa ketika pak Ridwan Kamil "menampar" sopir, tidak dipermasalahkan? Apakah karena cara menggusurnya? 
Atau apakah karena ga pada kebagian jatah???? 
Apakah karena Ahok sering "menghajar" anggota dewan? 
Bukankah setiap pemimpin dan warga punya karakter berbeda? 

*** 

Sampai satu ketika di Kepulauan Seribu... 
Ahok yang sedang memberi bantuan dan fasilitas kepada warga Kepulauan Seribu mengatakan, bantuannya tidak terkait dengan Pilkada DKI 2017... 
Ahok mengatakan, programnya melulu untuk kepentingan warga Kepulauan Seribu... 
Warga tidak akan terikat dengan pilihannya, silahkan tidak pilih Ahok pada Pilkada... 
Yang penting programnya tetap jalan dan bisa menguntungkan masyarakat... 
Saat itu, Ahok juga menyebut salah satu ayat suci Al-Quran... 
Warga yang hadir disana, -yang mayoritas beragama Islam- semua tetap tenang... 
Seperti biasa, setiap kali Ahok melakukan kegiatan, pasti direkam untuk kemudian di upload ke youtube, guna bisa dilihat oleh masyarakat... 

Beberapa hari berlalu... 
Tidak ada satu orang pun yang tersinggung atau marah terkait ucapan Ahok... 
Tapi tidak berlangsung lama... 
Para Pengintai akhirnya menemukan celah dalam pidato tersebut... 
Idenya sangat brilyan, tipikal orang yang sangat paham apa yang mesti dilakukan untuk bisa mengubah hal baik menjadi sangat buruk... 
Dengan menghilangkan satu kata dalam pidato tersebut, sudah jelas akan sangat berbeda maknanya...

*** 

Kalau kemudian Ahok dianggap salah... 
Ahok sudah berulang kali meminta maaf... 
Namun masih banyak orang yang tetap tidak mau memaafkan... 
Malah kian melebar ingin melengserkan Jokowi... 

Baiklah... 

Bagaimana kelanjutan kisahnya... 
Silahkan ditunggu dalam tulisan berikutnya...
Bersambung... (mike reyssent, kompasiana)

Sunday, November 6, 2016

Dibahas Di Sini.. FULL!! 12 Kejanggalan Pidato SBY tentang Demonstrasi




alirantransparan.blogspot.com - Tulisan ini menggunakan analisis retorika untuk melihat bagaimana SBY menyampaikan pidatonya di Puri Cikeas. Caranya adalah membedah kalimat dalam isi pidato dan membahas bagaimana overall arguments, pengaturan ide, dan istilah penting yang selalu diulang.

Tetapi, saya tekankan, it doesn�t need to take a genius untuk memahami banyaknya keganjilan di pidato SBY.

Jangan pula membaca kata �retorika� ini menjadi sekedar lips service, sebab retorika merupakan sebuah seni untuk menyampaikan pesan. Begitu pula dengan SBY, pidatonya memang memiliki makna yang dalam untuk berbagai publik yang terbagi dalam tiga kubu. Mereka yang pro dengan demontrasi, mereka yang netral, dan mereka yang kontra pada demonstrasi karena melihat berbagai macam indikasi.

Hampir 50% isi pidatonya, yakni selama 35 menit, SBY berusaha menjelaskan mengenai demonstrasi 4 November dan kasus Ahok. Oleh karena itu, inilah poin yang akan dibahas dalam analisis ini.

Blunder SBY mengenai Demonstrasi 4 November

1. SBY mengulang sebanyak dua kali bahwa �Unjuk rasa bukan kejahatan politik.� Kemudian, ia menekankan bahwa unjuk rasa pada masa pemerintahannya selalu ada dan SBY selalu meminta ajudannya untuk mencatat permohonan dalam tema unjuk rasa.
 
Pada kesempatan ini, SBY seolah menunjukkan persetujuannya pada demonstrasi, apa pun bentuknya. Demonstrasi bukan kejahatan politik. Ini sebenarnya adalah pernyataan yang cukup utopis atau terlalu idealis. Demonstrasi boleh dilakukan, tetapi yang menjadi permasalah sebenarnnya adalah content atau isi demo-nya.

SBY mengatakan bahwa pada masa pemerintahannya, ajudannya akan mencatat tema dan isu demo untuk dijadikan pertimbangan pengambilan kebijakan. Tidak dijelaskan, mana yang akhirnya dijadikan kebijakan, mana yang demo-nya tidak perlu digubris, mana yang demo-nya dijadikan indikasi ada sesuatu yang lebih besar agendanya. Di sini, SBY gagal melakukan karakterisasi bentuk demonstrasi yang bermacam-macam.

Sebaliknya, statement pendek Jokowi, justru berhasil membuka tabir, bahwa content dari demo adalah masalahnya. Jokowi mengidentifikasi bahwa demonstrasi boleh, tetapi demonstrasi bukanlah hak untuk memaksakan kehendak maupun hak untuk merusak.

2. Pada kesempatan berikutnya, SBY pun menyebut JK untuk mengingatkan bahwa polisi jangan main tembak agar tidak terjadi hal yang sama dengan tahun 66 dan 98 yang mengubah sejarah.

Kalimat ini cukup unik. SBY mungkin mendengar bahwa ada upaya tembak di tempat sebagai usaha terakhir jika demonstrasi berakhir rusuh dan tidak terkendali. Bukankah ini prosedur yang sudah ia ketahui selama 10 tahun? Mengapa tiba-tiba ia khawatir polisi akan asal tembak?

SBY gagal menangkap bahwa ini adalah sebuah rumor. Seperti yang disampaikan oleh Polri, "Di Polri tidak ada perintah untuk menembak di tempat dalam pelaksanaan pengamanan demo," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/10).

Bisa juga, statement itu dikeluarkan untuk membawa rasa aman bagi demonstran agar tidak perlu takut maju karena SBY pun sudah memperingatkan polri.

Anehnya, SBY mengaitkan demonstrasi ini dengan tahun 66 dan 98, yang mana pesan dan pelaku demo-nya pun berbeda. Apalagi, pemerintahannya juga berbeda. Pada saat itu, demo dilakukan oleh para mahasiswa untuk melepaskan diri dari tirani pemerintah. Tetapi kini, siapa dan apa pesan demonstran?

Pertama, demo kali ini dilakukan oleh ormas Islam yang cukup radikal, bersama dengan mereka yang mendukungnya. Kedua, kata-kata berbahaya dalam demo seperti, �Bunuh, Bakar, Pancung, Penggal, dan lain-lain� seolah dilupakan atau dinihilkan oleh SBY.

Ketiga demo kali ini juga seolah menekan penegak hukum untuk manut dengan keinginan mereka, alih-alih membiarkan proses berjalan seperti apa adanya. Demo ini seperti sekedar pemuas nafsu dan amarah mereka-mereka yang berkepentingan. Entah SBY is missing the point atau is trying to miss the point.

3. Ketiga, SBY juga kembali membahas intelejen yang tidak boleh sembarang menuduh, karena itu sama saja dengan fitnah. SBY juga menjelaskan bahwa jika urusannya adalah masalah nurani, tidak perlu menggunakan uang. Apalagi, akidah, yang banyak orang di dunia ini bersedia mati untuk itu.

Zaman SBY, ia selalu mengagungkan informasi intelejen. Bahkan dalam pidatonya usai Bom Mariott, SBY menyatakan bahwa ia menjadi target teroris. �Ini data intelejen!� Seolah-olah itu adalah data paling sahih. Pada waktu itu, kritik menyampaikan bagaimana SBY blunder karena tidak bersimpati terhadap korban, malah meminta simpati berdasarkan data intelejen. Kini, ia membredel kekuatan dan kemampuan intelejen, bahwa mereka asal tuduh.

Selain itu, kalimat berikutnya seolah meyakini bahwa bisa saja demonstrasi tanggal 4 November itu tidak menggunakan uang, tetapi karena akidah. Disini SBY gagal membaca demo lebih jauh atau bisa juga SBY sedang berusaha keras untuk berdalih.

Pada beberapa kesempatan terbuka yang diliput oleh media, informasi dana demonstrasinya jelas. Misalnya menurut Bachtiar, dari GNPF_MUI, total dana untuk demonstrasi kasus penistaan agama Ahok, Jumat (4/11/2016), mencapai Rp 100 miliar. "Bukan hanya Rp 10 miliar, nyatanya, mungkin lebih Rp 100 miliar. 

Kami disubsidi lebih dari Rp 100 miliar," ungkap Bachtiar di hadapan awak media. Disinilah kejanggalan yang disinyalir oleh pemerintah bahwa ada penyandang dana demonstrasi ini. SBY pun menihilkan rekaman ini di media massa.

4. Lalu, statement yang lebih kontroversial lagi adalah SBY membahas Arab Spring. SBY menyebut bahwa itu adalah sebuah leaderless revolution. �Jadi jangan menyimpulkan ini yang menggerakkan, ini yang mendanai.�

Pada poin tersebut SBY berperan seperti anak yang polos. Ia menganalisis bahwa Arab Spring terjadi tanpa pemimpin tetapi karena kekuatan media sosial. Ia juga melarang penyimpulan penggerakan demo dan pendanaan demo. Ada dua poin yang ganjil sekaligus sangat berbahaya disini.

Pertama, SBY lupa atau mungkin sengaja mengarahkan informasi mengenai Arab Spring sebagai bentuk protes yang generic dan natural. Padahal latar belakang Arab Spring adalah pemberontakan by designed yang mengandung kekerasan massal pada pemerintah otoriter selama puluhan tahun dan ditunggai oleh kelompok Ikhwanul Muslimin, salah satunya di Mesir.

Mereka menggunakan simbol rabia atau empat jari, yang saat ini juga sudah beredar terang-terangan di seputar demonstrasi tanggal 4. Ini sangat berbahaya karena menunjukkan bagaimana demonstrasi ini punya ancaman seperti Arab Spring yang sangat berbeda konteksnya dengan Indonesia.

Kedua, SBY justru seolah melegitimasi jika sampai demonstrasi ini nantinya akan berujung seperti Arab Spring, dengan menyatakan bahwa ini adalah leaderless revolution. Pelarangan untuk menyimpulkan bahwa demo ini digerakkan dan didanai justru adalah pernyataan tumpul seorang mantan Presiden yang tidak mampu melihat resiko besar dari sebuah agenda demonstrasi.

5. Dalam membahas semua hal di atas, SBY tidak sekedar bicara. Ia mencari informasi dari pengemban negara. Baru ia bicara. Dari sini, SBY memulai dengan membahas tentang intellegent failure dan intelligent error. SBY terlihat mengangkat rumor dan desas-desus keterlibatannya dalam demonstrasi tanggal 4 November ini  dengan mengkritisi intelligent, agar tidak ngawur dan tidak asal tuduh. Menurutnya, ini sangat berbahaya dalam kehidupan bernegara.

Pada poin tersebut, SBY berusaha mengidentifikasi dan menyimpulkan bagaimana informasi ini ia peroleh. Lucunya, tidak pernah ada data intelejen yang bocor. Tidak pernah ada statement ke public yang muncul dan menggatakan SBY terlibat.

Yang muncul adalah simbol-simbol politis yang muncul dan membuat orang berpikir mengenai keterlibatan SBY. Paling banter yang viral adalah prediksi para ahli bukan-bukan seperti Denny Siregar, Aliffurahman, dan Kang Hasan. Siapa mereka? Bukan BIN. Hanya penulis populer yang suka berpikir liar. Justru dengan kalimat ini, SBY sedang menyatakan diri bahwa ia memang dicurigai intelejen.

Bisa saja, SBY mengelak dengan menunjukkan kegagalan intelejen. Tetapi, intel juga tidak akan gegabah. Pemikiran intel adalah pemikiran yang memuat possibilities atau hypothesis. Apakah itu salah? Menurut SBY itu error jika menyangkut dirinya.

Lebih lucu lagi, justru disini SBY blak-blakan bahwa ia dicurigai intel. Padahal intel tentu punya banyak teori, mengapa harus takut? Mengapa harus sampai memandulkan kemampuan perangkat negara dengan menganggap mereka ngawur?

Rekomendasi Melankolis Ala SBY

6. Rekomendasi menyikapi Demonstrasi 4 November ala SBY-SBY-nan adalah lebih baik lagi jika demonstrasi tidak perlu dilakukan jika masalahnya diselesaikan. Lalu apa masalahnya versi SBY? Barangkali menurutnya, karena mereka merasa tuntutannya tidak didengar. SBY menekankan �sama sekali tidak didengar dan diabaikan.� Lalu baru muncul, bahkan sampai lebaran kuda pun unjuk rasa masih ada.

Lagi-lagi, disini SBY menutup mata pada data yang menyebutkan bahwa polisi sudah meminta keterangan banyak saksi, Ahok sendiri menghadap ke kepolisian, dan justru FPI sebagai saksi yang memperlama prosesnya. FPI minta ditunda untuk bersaksi di kepolisian.

Kata �sama sekali tidak didengar dan diabaikan� menjadi sangat tendensius untuk melegitimasi demonstrasi. Kata-kata ini sangat menyolot api untuk mendukung kelompok bacok senggol, yang gampang emosi. Ini untuk menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi tidak melakukan apa-apa. Padahal terang di media massa, proses sedang berlangsung.

Lebaran kuda pun disinggung untuk memecah suasana yang tegang. Tentu ini sangat politis, karena sedang menyinggung pertemuan �tumben� antara lawan politik Jokowi dan Prabowo. Justru, ini menunjukkan kecemburuan dan ketidaknyamanan SBY pada pertemuan mereka.

Lebih lagi, ini mendorong asumsi yang menyebutkan bahwa Prabowo tidak terlibat. Dengan kata lain, SBY seolah mengancam, �Bahkan Jokowi dan Prabowo maaf-maafan seperti lebaran pun, demonstrasi ini akan tetap ada.� Kenapa SBY bisa yakin demonstrasi ini akan terus ada? Tahu darimana? Jangan-jangan� Get it?

7. �Mari kita bikin mudah urusan ini, jangan dipersulit. Sekali lagi, mari kita bikin mudah.� SBY melanjutkan reasoning-nya. Pak Ahok dianggap menistakan agama. Lalu masuk ke poin bahwa menistakan agama tidak boleh secara hukum. Jadi, kalau ingin negara ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan, maka pak Ahok mesti diproses secara hukum.

Ini adalah wacana yang berkembang di kalangan pendukung demonstran. Cerita yang diulang-ulang sebagai dalih demonstrasi. Persis sama. Sebuah ancaman. Kalau tidak begini ya, jangan salahkan kalau nantinya begitu. Melegitimasi amarah, agar keinginannya terkabul. Ini dilakukan oleh seorang mantan Presiden. Tidak heran, para pendukung demo memiliki wacana yang sama.

Ini juga adalah pernyataan kompor njleduk yang sama bobotnya dengan mengancam pemerintah. Jangan heran kalau Indonesia pecah oleh amarah jika Ahok tidak diproses hukum. Padahal Ahok SEDANG diproses hukum. Lalu proses yang mana lagi yang dia inginkan?

8. �Jangan sampai dianggap beliau kebal hukum. Ingat equality before the law. Kalau beliau diproses, tidak perlu ada tudingan beliau tidak boleh disentuh. Bayangkan, do not touch Pak Ahok. Bayangkan! Setelah pak Ahok diproses secara hukum, semua pihak menghormati. Ibaratnya, jangan gaduh.�

Kalimat ini sangat blunder, tendensius, dan justru mengobarkan semangat demonstran bahwa mereka benar. �Kebal hukum,� begitukah tuduhan SBY pada Ahok maupun Jokowi?

Bahkan, ia memanas-manasi dengan mengangkat kata, �Bayangkan, do not touch Pak Ahok.� Ini adalah luar biasa blunder. SBY seolah sedang menyulut terus korek api yang sedang menyala hebat yang digaungkan oleh Habib Riziq dan kawan-kawannya.

Dengan kata-kata yang seolah bijak, yakni Ahok diproses secara hukum, ia mengatakan jangan gaduh. Tapi ini sangat membingungkan, proses apa lagi yang diinginkan SBY, wong proses jelas-jelas sudah berjalan?

9. �Tekanan yang mengatakan pokoknya Ahok harus bebas atau tekanan yang mengatakan, Agus, ulangi, Gubernur Ahok dinyatakan bersalah. Tidak boleh. Serahkan pada penegak hukum. Apakah pak Ahok tidak bersalah nantinya, bebas. Jangan ditekan. Biarkan penegak hukum kita bekerja� Bola sekarang di tangan penegak hukum. Jutaan mata orang memandang, mengikuti.�

Sampai pada kalimat ini, saya rasa SBY berusaha menunjukkan kenetralannya. Meski sebenarnya tidak, karena dengan kata �Jangan ditekan,� SBY lupa atau memang nglali, siapa sebenarnya yang selalu menekan aparat selama ini dengan demonstrasi-demonstrasi menuntut keinginannya dipenuhi. Tanpa peduli, apa itu justice system.

10. �Setelah pengadilan, mungkin ada yang puas, ada yang tidak puas... Ada aturannya... Itulah justice system.�

Pada pembelokan kalimat, �Setelah pengadilan�� ini yang unik. Apakah SBY tidak tahu, jika ada yang melaporkan, maka polisi tidak bisa serta merta menangkap seseorang dan mengadili tanpa bukti yang cukup dan kuat?  Apalagi sampai pada level pengadilan, yang secara eksplisit disampaikan oleh SBY.

Sampai saat ini, saya masih ambigu dengan berbagai pernyataan SBY. Tetapi tampaknya, taktik SBY adalah tetapkanlah Ahok sebagai tersangka. Tidak masalah Ahok menjalani pengadilan, ia tetap bisa punya hak sebagai calon gubernur yang kampanye. �Jika menjalani proses hukum, pak Ahok tidak akan kehilangan statusnya dalam Pilkada.� Jika pengadilan mengatakan Ahok bebas, maka bisa saja ia bebas. Jika tidak terima, maka bisa saja naik banding.

Taktik menjadikan Ahok tersangka dan tersandera dengan kasus sampai ke pengadilan, akan menguras energi dan suara pemilih. Tentu kita tahu, siapa yang diuntungkan. Oleh sebab itu itu, tampak sekali bahwa muatan politisnya tinggi, Polisi sangat wajar jika cukup berhati-hati dalam kasus ini. Kalimat berikutnya lebih janggal.

11. �Biar ketiganya berkompetisi secara fair dan demokratis� TNI, Polri, BIN, dan birokrasi harus benar-benar netral. Harus benar-benar netral. Harus benar-benar netral. Serahkan kepada rakyat. Saya kira pasangan Agus-Silvy,  pasangan Anis-Sandi tidak bangga kalau Pak Ahok tidak bersaing karena WO.�

Tentu, yang dimaksud adalah skenario, Ahok tersangka, hingga ia membuktikan ke pengadilan. Lalu, Djarot sendiri tetap berkampanye menggusung nama Ahok-Djarot. Kalah menangnya Ahok tidak masalah, karena by the time, ia telah kehilangan momentum dan suara sudah dikeruk kelompok sebelah.

Inilah maksud dari fair dan demokratisnya SBY. Kata �harus benar-benar netral� yang diulang tiga kali, seolah menunjukkan penekanan yang tidak yakin pada kenetralan perangkat negara ini. Kalimat ini sekaligus menyinggung bahwa jika mereka tampak tidak �benar netral, benar netral, benar netral� maka titik-titik. Isilah sendiri.  

12. �Jangan sampai, Saudara-saudara, nasib 250 juta orang Indonesia, disandera oleh urusan satu orang. Saya kira tidak benar negara ini, macet, jika karena urusan satu orang ini yang masalahnya tidak bisa kita selesaikan secara benar, tepat, dan bijak.� 

Sekali lagi, tendesi SBY sangat terlihat. Ia sedang mengumandangkan bahwa ini adalah kesalahan satu orang. Siapa lagi kalau bukan Ahok. Ia menutup mata dan telinga mengenai rangkaian peristiwa bahwa awalnya saat pidato terjadi, tidak ada yang mempermasalahkan. Sekitar 9 hari sesudah itu, Buni Yani mengedit video dan melakukan pemotongan transkrip di sosial media, beredarlah isu SARA ini.

SBY menutup mata, bahwa kelompok-kelompok massa menggoreng isu ini dengan kepercayaan bahwa Ahok menistakan agama. Tanpa lebih dahulu klarifikasi kepada Ahok. Saat Ahok klarifikasi dan minta maaf pun, MUI tidak tabbayun dahulu dengan Ahok lalu langsung membuat pernyataan. Rangkaian peristiwa yang dimotori oleh berbagai pihak berkepentingan ini ditutupi oleh SBY.

Ia menutup mata pada fakta bahwa Ahok hanya bermain dua kali disini, yakni melakukan pidato secara keseluruhan dan meminta maaf. Sisanya adalah aktor-aktor lain. SBY menutup muka, mata, dan telinga untuk kemungkinan bahwa Ahok bisa jadi adalah korban dari peristiwa ini. Ia malah menuduh Ahok-lah biang keladi kegaduhan ini dengan bunga kalimat �tersandera karena satu orang.�

Oh come on pak SBY! Saya adalah salah satu konstituen setia anda dengan memilih anda dua periode. You can do better than this, Pak.

Sayang, kasih Anda kepada Anak Anda membutakan Anda sehingga meng-ganjil-i sendiri pidato Anda. Saya berharap sekali penyandang dana dan penggerak dana demonstrasi adalah Unidentified Foreign Object atau UFO. Bukan Anda! Semoga UFO-lah yang menggerakkan mereka. Semoga!  

(qureta.com, penulis: Desideria Cempaka Wijaya Murti)

Saturday, November 5, 2016

Tulisan Denny Siregar yang Membuka Topeng Para Lawan Politik Jokowi, 'SINYAL PERANG JOKOWI'




SINYAL PERANG JOKOWI

Jadi sudah jelas..

Pidato Jokowi menutup aksi demo yang akhirnya menjadi anarki itu membuka semua tabir bahwa sebenarnya tuntutan kepada Ahok hanyalah modus saja.

Ada atau tidak �penistaan agama� mereka tetap akan berdemo dgn dalih Al Maidah 51, bahwa Ahok tidak layak menjadi pemimpin umat Islam.

Sejak awal intelijen sudah mengantongi data bahwa demo 4 November ini ingin digiring ke arah seperti �98, dan berakhir pada dilengserkannya Jokowi. Karena itu Jokowi langsung bergerak menemui para pimpinan politik dan ormas Islam besar, untuk mundur dari demo ini karena sudah tidak sehat.

Hanya satu orang yang tidak ditemuinya dan kita semua sudah tahu apa alasannya�

Intelijen sudah mengantungi darimana sumber dana mengucur dan kepada siapa saja dikucurkan. Meski begitu, pemerintah tidak gegabah untuk langsung menangkapnya hanya berdasarkan laporan saja.

Menganalisa cara perang Jokowi, kita akan dibawa ke model perang orang Solo yang mengambil jalan memutar untuk menyelesaikan masalah.

Dan jalan memutar itu sudah pasti konstitusional, melalui jalur hukum. KPK, PPATK dan lembaga hukum lainnya disiapkan untuk mulai mendalami bukti2 pelanggaran hukumnya.

Proses hukum ini penting, supaya tidak ada yang bermain sebagai korban dan memanfaatkannya untuk menjadi pahlawan. Jokowi terus memutar sambil membuka topeng lawan satu persatu sehingga lawannya sendiri yang grogi. Ia berusaha memutus sumber aliran uang yang berpotensi mendanai kerusuhan berikutnya.

Dan kita akan melihat permainan catur yang cantik sesudah ini antara tukang kayu melawan mantan Jenderal..

Benar kata Ahok, �Jokowi ini lebih sadis dari gua. Kalau gua jengkel ama kodok, langsung gua tembak kepalanya. Kalau Jokowi, dia elus dulu kodoknya, dia taruh di panci berisi air dingin biar nyaman, trus dia nyalakan api kecil kompor di bawahnya. Si kodok mati tanpa sadar kalau dia dibunuh perlahan..�

Pidato malam tadi adalah sinyal perang Jokowi. �Lu atau gua yang berakhir sesudah ini..�

Perang Jokowi akan dimulai ketika membebaskan Antasari Azhar pada 10 November, simbol hari pahlawan�

Kopi mana kopiii�

by denny siregar

Monday, October 31, 2016

Inti Persoalannya Bukan Lagi Membela Islam tapi Ingin Ahok tidak Jadi Gubernur Lagi, Dan....




alirantransparan.blogspot.com - Gaduh "Al-Maidah 51" sudah bukan soal seorang Ahok lagi, bukan juga soal penistaan agama, tapi urusan KURSI DKI 1, murni politik.

Tidak perlu orang jenius untuk membaca ini.. sang pengunggah video inisial BY sudah mengakui ia sengaja menghilangkan kata "PAKAI" sehingga seolah-olah Ahok menghina Al-Quran.

Ahok pun sudah berikan klarifikasi bahwa yang dimaksud adalah orang-orang yang jual murah ayat demi menang Pilkada, BUKAN Al-Quran nya.

Tapi mereka tutup telinga..

Ketika berbagai elemen Islam membela Ahok, menyatakan bahwa Ahok TIDAK menistakan Al-Quran, mereka tetap menutup telinga..

Bahkan saat Ahok sudah minta MAAF, menyatakan bahwa ia tidak bermaksud untuk menistakan Al-Quran,

Mereka tetap tidak terima..

Ulama-ulama besar juga banyak yang menyarankan agar Ahok dimaafkan & tidak memperpanjang persoalan..

Ulama pun tak didengar..

Hari Senin kemarin Ahok menghadap ke Bareskrim Mabes POLRI untuk memenuhi kewajiban sehubungan dengan pelaporan dugaan penistaan agama..

Tapi mereka tidak peduli..

Mereka akan tetap mengerahkan massa pada tanggal 4 november nanti.. tidak mempedulikan proses hukum yang berjalan.

Ngakunya ingin Ahok diproses hukum, tapi saat Mabes Polri sedang memproses, mereka anggap seolah tidak ada, mengapa?

KARENA BUKAN SOAL AHOK LAGI

Terlalu mudah untuk membaca aroma politik yang kental dari gaduh "Al-Maidah 51" ini.. karena memang BUKAN ISLAM yang mereka perjuangkan..

1. Ahok harus gagal nyagub

Target mereka adalah Ahok ditetapkan sebagai "Tersangka" agar terpaksa mundur dari Pilgub sehingga paslon lain punya peluang.

Namun mereka sudah mulai tidak yakin karena bocoran nya Mabes Polri baru akan tingkatkan status ke penyidikan SETELAH Pilgub.

2. Memang ingin bikin rusuh

Selain itu gaduh Ahok ini juga punya KOMPLIKASI MASALAH karena ditunggangi kelompok Radikal yang ingin provokasi konflik antar etnis antar agama.

Dapat mudah ditebak dari setiap postingan media sosial anti Ahok pasti bawa2 etnis & agama nya juga.
Kelompok Radikal intoleran ini memang sudah lama menanti adanya gesekan, kini mereka mendompleng gaduh ini demi agenda bikin Suriah kedua.(fb)

Surat Terbuka untuk Habib Rizieq, Maaf Kami Menolak untuk Demo 4 November 2016






alirantransparan.blogspot.com - Maafkan kami yang mulia Habib Rizieq Shihab karena menolak mengikuti demo pada tanggal 4 November 2016. Ulama kami dari NU dan Muhammadiyah sudah bersepakat tidak akan turut andil dalam demo tersebut. Karena kami yakin semua masalah bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik, santun dan elegan. 

Maafkan kami yang mulia, karena demo ini bisa memecah persatuan anak bangsa, sarat kepentingan politis, bisa memicu konflik SARA di berbagai daerah di luar DKI Jakarta dan bisa menjadi cikal bakal intervensi kelompok-kelompok radikal. 

Maafkan kami yang mulia, sebaiknya yang mulia tidak lagi mencomot logo NU dan Muhammadiyah dalam acara tersebut. Karena keduanya sudah terkenal sebagai ormas moderat, ramah dan toleran. Jangan sampai citranya jadi buruk atas hal yang sama sekali tidak mereka lakukan. 

Maafkan kami yang mulia, tapi inilah cara kami memuliakan ajaran Islam. Yaitu dengan Amar ma'ruf bil ma'ruf, nahi munkar bil ma'ruf. Maafkan kami yang mulia, biarkan Indonesia damai seperti sedia kala. 

Mari kita maafkan kesalahan-kesalahan yang dibuat saudara kita. Tidakkah yang mulia lihat di Timur Tengah sana, banyak negara yang porak poranda karena perang berkepanjangan? Termasuk Yaman, negara asal leluhur yang mulia.


penulis
Muhammad Dliyauddin

KMNU

baca juga: - Bikin Kagum, Nasehat Bijak Mbah Mun Terkait Ahok dan Almaidah 51 Ini Menampar Keras FPI.. !!

4 Falsafah Jawa yang Tak Pernah Ditinggalkan Jokowi, Salah Satunya Adalah Pendekatan dari Hati ke Hati

Menolak Pemimpin Kafir Jangan Setengah-Setengah

-  Jadi Viral! Malaysia Bikin Meme Sindir Pemimpinnya yang Tidak Berhasil Seperti Jokowi dalam Menumpas Korupsi

Sunday, October 30, 2016

Surat Terbuka Mantan Dosen UI, Terungkap Fakta Mengejutkan Tentang Nusron Wahid. Ternyata Seperti Ini...




alirantransparan.blogspot.co.id - Telah beredar surat terbuka dari seorang mantan Dosen UI yang memberikan opini tentang Nusron Wahid. Berikut isi surat terbuka yang mengejutkan banyak orang...

Saya sejujurnya iri berat dengan orang satu ini. Dia sedikit jauh lebih muda. Kelahiran Kudus 1973, sama-sama dari UI, tapi berbeda dengan beberapa tokoh politik praktis dari UI, khususnya Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

Ia lebih pandai menempatkan diri, dan jauh lebih berani mengambil sikap secara independen.

Sebagai angkatan muda NU, ketika orang-orang alergi terhadap Golkar, dan memilih bergabung dengan partai-partai baru, Ia justru memilih bergabung dengan partai warisan Orde Baru itu.

Namun ketika Partai Golkar, menjadi motor utama Koalisi Merah Putih, ia berani mbalelo memilih bergabung sebagai pendukung Jokowi.

Hingga akhirnya justru Partai Golkar yang megap-megap, lalu mau bergabung sebagai pendukung pemerintah, tanpa berharap syarat dan konsesi apapun. Ia minimal punya karakter dan berintegritas.

Anak ini, memang menjadi antitesis dan sering dijadikan ajang fitnah. Bahkan dari sisi nama-pun, ia dianggap memanipulasi agar mirip dengan KH Abdurrachman Wahid (Gus Dur).

Padahal ia memang sama sekali tak berhubungan darah, ia hanya ngefans dan berhubungan baik.

Menjadi wajar, bila ia bersikap nyleneh seperti Gus Dur: shalat di Gereja, menjadi garda depan penentang FPI, bahkan bersikap keras terhadap Fahri Hamzah yang merepresentasikan dirinya sebagai benteng PKS (sebelum ia tersingkir karena justru dianggap bikin malu).

Jadi bila dalam hari-hari ini, ia menjadi pembela Ahok dalam kasus viral surat Al Maidah ayat 51, itu bukan ujug-ujug atau mencari momentum popularitas.

Bahwa ia kemudian justru dibelokkan dianggap menghina para ulama, saya pikir itu, juga bukan tanpa perhitungan, karena ia berani membenturkan dirinya dengan MUI.

Lembaga yang makin hari justru merosot pamor, kemanfaatan, dan kredibilitasnya itu.

Realitasnya, di hari-hari ini, di saat yang nyaris bersamaan ketika Arab Saudi makin merosot kondisi politik, ekonomi, dan sosialnya.

Setelah mengganti kalender Hijriah ke Masehi, lalu diikuti penjualan saham perusahaan minyak Aramco ke bursa efek New York, dan sikap bengis militernya menindas tetangganya Yaman, si negara miskin dan dhuafa secara militer itu.

Pamor Saudi nyaris habis, dan tentu saja para Wahabiers pendukungnya di Indonesia tak ingin segera kehilangan pamor.

Mereka sadar bahwa penguatan peran Wahabies di Indonesia bisa kehilangan momentum, maka dimainkanlah berbagai isu dengan menyitir berbagai ayat di sosial media atau pergaulan riil masyarakat.

Dan disinilah, Nusron Wahid hadir sebagai salah satu yang ngerti betul situasinya.
Sebenarnya sama sekali ia tidak sedang pasang badan untuk Ahok, ia sedang membela NKRI dan Pancasila yang sedang dirongrong habis oleh sebagian kalangan dengan mengatasnamakan keyakinan agama.

Bagi saya, untung masih ada Nusron, yang bagaimanapun juga mewakili sebagian hati nurani dan aspirasi yang tulus dari warga negara ini demi tegak terusnya bangsa ini!
 
 
Penulis : 
Andi Setiono Mangoenprasodjo 
( Mantan Dosen UI)