Latest News

Showing posts with label NU. Show all posts
Showing posts with label NU. Show all posts

Tuesday, November 1, 2016

Bikin Kagum, Nasehat Bijak Mbah Mun Terkait Ahok dan Almaidah 51 Ini Menampar Keras FPI.. !!




alirantransparan.blogspot.com - KH. Maimun Zubair atau biasa dipanggil Mbah Maimun adalah sosok ulama� yang unik, khas dan disegani. Pesan-pesannya merakyat, bijak dan menyentuh. Meskipun terkadang menohok tapi tetap santun dan menyejukkan, semakin menambah rasa kagum siapapun yang mengenal dan menyimak pesan-pesannya.

Terkait kontroversi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang Surat Al Maidah ayat 51, membuat Pengasuh Pesantren Al Anwar Rembang, KH Maimoen Zubair Angkat Bicara. Mbah Maimoen meminta seluruh umat muslim untuk tenang dan meredam amarah.

Apalagi menurut ulama kharismatik tersebut, Ahok sudah meminta maaf secara terbuka di hadapan publik. Pihaknya pun meminta agar umat Islam tak lagi terpecah belah dan membesar-besarkan masalah ini.

�Dia (Ahok) itu kan sudah meminta maaf, maka jangan dibesar-besarkan. Sehingga bila amarah dapat diredam maka persatuan juga bisa dijaga,� katanya.

Menurut dia, terkait polemik Surat Al Maidah tersebut menurut dia, bahwa itu diserahkan ke pribadi masing-masing pemilih. Menurut dia, jika umat Islam di Jakarta tak ingin memilih Ahok karena alasan agama, tidak perlu dibesar-besarkan sehingga memicu isu SARA.

�Kalau menurut saya, bila mereka (Islam) tidak suka memilih ya tidak usah dipilih saja. Namun permasalahan itu jangan dibesar-besarkan,� ujarnya.

Menurut dia, Ahok merupakan warga keturunan Tionghoa dari Bangka Belitung. Di daerah itu menurut dia, juga banyak warga Tionghoa yang memeluk agama Islam. Dia itu orang China Bangka Belitung, di sana (Bangka Belitung) juga ada orang Islam China,� ujarnya seperti diberitakan koranmuria.com.

Di Jawa Tengah menurut dia, juga ada masjid yang bercorak Bangka Belitung. Satu-satunya masjid tersebut berada di wilayah Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.

�Di Sarang masjid saya itu satu-satunya masjid yang berkhaskan Belitung. Oleh sebab itu, perbedaan itu jangan dibesar-besarkan. Sehingga kita bisa hidup rukun. Yang penting kita umat Islam itu habluminallah harus dikuatkan, dan habluminannas harus selalu dijaga dengan baik,� harapnya.(soearamoeria.com)


Baca juga: 

4 Falsafah Jawa yang Tak Pernah Ditinggalkan Jokowi, Salah Satunya Adalah Pendekatan dari Hati ke Hati

Menolak Pemimpin Kafir Jangan Setengah-Setengah

-  Jadi Viral! Malaysia Bikin Meme Sindir Pemimpinnya yang Tidak Berhasil Seperti Jokowi dalam Menumpas Korupsi

Inilah Pernyataan Sikap Tegas Pimpinan Pusat GP Ansor Terkait Demo 4 November




alirantransparan.blogspot.com � Menyikapi rencana demonstrasi tanggal 4 November 2016 mendatang, yang dilakukan beberapa kelompok masyarakat, Pimpinan Pusat GP Ansor memandang bahwa perbedaan pendapat dalam kontestasi politik adalah sebuah kewajaran, dan merupakan pendewasaan demokrasi.

Begitu juga ketika ada pihak-pihak yang ingin menyampaikan aspirasi melalui demonstrasi hal itu merupakan bagian dari demokrasi.

�GP Ansor meminta aparat kepolisian untuk terus memproses secara hukum laporan kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahja Purnama yang menjadi pemantik protes dan kegaduhan di kalangan masyarakat�, tegas Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Umum PP GP Ansor.

Pimpinan Pusat GP Ansor juga mengimbau umat beragama dan seluruh elemen bangsa menghormati proses hukum tersebut. Selanjutnya, umat beragama dan seluruh elemen bangsa menghargai apa pun yang nanti menjadi keputusan pihak berwenang terkait dugaan penistaan agama tersebut.

Agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang, GP Ansor meminta agar para elit terutama kepala daerah menghargai kultur Indonesia sebagai bangsa timur yang selalu mengedepankan kesantunan dalam berucap dan bertindak.

Terkait dengan demonstrasi yang dikabarkan akan dilakukan besar-besaran tersebut, kepada kader GP Ansor dan Banser seluruh Indonesia, terutama yang ada di Jakarta dan sekitarnya, Yaqut kembali menegaskan larangannya untuk terlibat.

�Saya larang kader Ansor dan Banser teribat dalam demonstrasi apapun alasannya. Akan tetapi, untuk urusan pengamanan, kader boleh terlibat. Tetapi itupun hanya boleh dilakukan jika negara memanggil. Meminta melalui aparat keamanan�, tutupnya. (beritafajar.co)

Komandan Banser: Spanduk SARA, Radikal, Intoleran, Harus Segera Dicopot dan Dibuang

 
Komandan Satuan Koordinasi Nasional Barisan Ansor Serbaguna, Alfa Isnaeni
alirantransparan.blogspot.com - Komandan Satuan Koordinasi Nasional Barisan Ansor Serbaguna, Alfa Isnaeni mengeluarkan seruan kepada anggotanya di seluruh Indonesia untuk bekerjasama mencegah aksi provokasi dengan isu SARA. Seruan ini terkait dengan isu akan ada demonstrasi besar-besaran di Jakarta pada Jumat (4/11/2016).

"Kepada sahabat-sahabat dan seluruh anggota Banser tercinta di manapun berada. Apabila mengetahui dan menemukan spanduk, pamflet, logo-logo provokatif dengan tulisan isu SARA, radikal, intoleran dan intimidasi agar segera diambil gambar, segera dicopot, dibuang dan dikoordinasikan dengan kepolisian wilayah," kata Alfa melalui pernyataan tertulis.

Sebelumnya, Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno meminta semua elemen masyarakat jangan membesar-besarkan isu demonstrasi 4 November. Hendrawan mengatakan aparat keamanan pasti sudah siap mengamankan aksi bernuansa agama tersebut.

"Kita percaya kepolisian sudah siapkan mengantisipasi itu. Kan tiap kali begitu wacananya selalu seperti itu. Nggak usah dibesar-besarkan," kata Hendrawan di Kedai Dua Nyonya, Cikini, Jakarta Pusat.

Menurut Hendrawan ada kalangan yang saat ini sengaja terus menerus menghembuskan isu demo besar-besaran agar pilkada Jakarta terganggu.

"Ini bukan yang pertama, yang begini-begini waktu pilpres juga begini. Seakan akan demokrasi Indonesia akan tutup buku," kata dia.

Hendrawan yang duduk di Komisi XI DPR yakin polisi bertindak profesional menangani kasus Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menjadi alasan untuk demo pada 4 November.(kaskus.co.id)

Saturday, October 29, 2016

Videotren Jadi Media Dakwah Santri Inspiratif

 
Workshop Videotren, pada rangkaian Hari Santri Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) Nahdlatul Ulama, Sabtu (29/10/2016).


alirantransparan.blogspot.co.id - Perkembangan teknologi digital dan media sosial menjadi tantangan bagi komunitas pesantren. Selama ini, komunitas pesantren tertinggal dalam bidah dakwah di media sosial. Untuk itu, meski terlambat, santri harus bekerja keras untuk mengejarnya. Hal inilah yang menjadi perbincangan dalam workshop Videotren, pada rangkaian Hari Santri Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) Nahdlatul Ulama, Sabtu (29/10/2016). 

Agenda ini, diselenggarakan di Hall Hari Santri Nasional, di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta. Agenda ini, dihadiri oleh KH. Abdul Ghaffar Rozien, M.Ed (Ketua PP RMI-NU), Hakim Jaily (Direktur TV9) dan Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud). Gus Rozien, Ketua PP RMI NU, menyampaikan, santri harus mengejar ketertinggalan dalam dakwah media sosial. "Meski terlambat, kita harus bekerja keras dan cepat mengejarnya.

Untuk itu, mari kita banjiri konten-konten positif dan inspiratif, dari dunia pesantren, di media sosial," ungkap Gus Rozin. Ketua PP RMI dan pengasuh Pesantren Maslakul Huda Pati Jawa Tengah ini, mengungkap bahwa media sosial menjadi media strategis untuk pengembangan dakwah. Dalam hal ini, santri-santri harus kreatif memproduksi konten. 

"RMI siap mendukung program kreatif ini," terangnya. Media sosial juga menjadi platform strategis. "Kelebihan media digital sekarang adalah konvergensi, keterkaitan antar platform media sosial. Jadi, para santri bisa memproduksi konten pada multi media sosial," ungkap Hasan Chabibie, dari Pustekkom Kementrian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud). Hasan juga menyampaikan tentang wajah agama di media sosial. "Pesantren sudah saatnya menjadi solusi atas krisis radikalisme agama," jelas Hasan. 

Direktur TV9, Hakim Jaily menyampaikan konfigurasi media mainstream dan media sosial. "Pesantren pada posisi mana? Kita perlu memilih dalam bermedia, sebagai produsen atau konsumen?," jelas Hakim. Ia menyampaikan, betapa komunitas santri yang jumlahnya besar, dapat berperan memproduksi konten-konten dakwah yang kreatif dan inspiratif. 

Pada worskhop Videotren kali ini, juga diumumkan pemenang lomba Videotren. Juara I, pesantren Al-Munawwir Krapyak, dengan video "Santri Ndalem". Lalu, Juara II Pesantren Tebu Ireng, dan Juara III Sunan Drajat Lamongan, serta Ma'had Ali UIN Malang sebagai Juara Favorit (*).

Sunday, October 16, 2016

Bikin Adem! Gus Mus: Jangan Biarkan Kebencian dan Dendam Merusakkan Fitrah Muliamu




alirantransparan.blogspot.co.id - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri menegaskan bahwa fitrah manusia sesungguhnya mulia. Tetapi kemuliaan tersebut akan rusak bilamana manusia memelihara kebencian dan dendam.

Hal ini diungkapkan oleh kiai yang akrab dipanggil Gus Mus ini dalam Tweet Jum�atnya di akun twitter pribadinya, Jumat (14/10).

Gus Mus juga menjelaskan bahwa kebencian dan dendam dapat merusuhkan suasana hati. Suasana hati di sini bukan hanya suasana hati sang pembenci dan pendendam, tetapi suasana orang yang dibenci dan didendami yang akhirnya berdampak pada tidak kondusifnya kehidupan sosial-masyarakat.

�Jangan biarkan kebencian dan dendam merusakkan fitrah muliamu dan merusuhkan suasana hatimu,� tulis Gus Mus.

Secara jelas, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah ini menggarisbawahi sifat dasar kemuliaan seseorang yang harus terus dijaga demi mewujudkan suasana hati yang damai, tenang, dan tentram.

Jika suasana hati damai, hal ini akan berdampak pada lingkungan di mana masyarakat tinggal. Secara luas akan terwujud apa yang disebut Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Negeri yang baik dengan Allah Yang Maha Pengampun) sehingga akan terwujud negara yang damai, adil, dan makmur yang diberkahi dan diampuni Allah.

Gus Mus secara rutin memberikan kalam hikmah setiap Jumat datang yang secara konsisten diberi tajuk Tweet Jum�at. Tweet Jum�at Gus Mus ini hanya satu-dua kalimat, namun memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat. Terbukti dengan ribuan respon yang mengalir deras dari tweetnya itu, baik yang me-retweet, like, dan me-replay. (Fathoni/Nu.or.id)

Tuesday, October 11, 2016

PWNU: Permohonan Maaf Ahok Tunjukkan Sikap Kenegarawanannya



alirantransparan.blogspot.co.id - Katib Syuriah PWNU Jakarta Ahmad Zahari menilai permohonan maaf Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terkait pernyataan soal Surat Al Maidah 51 yang menjadi polemik dianggap sebagai sikap kenegarawanan.

"Saya menyambut baik sikap Ahok meminta maaf ternyata Ahok tidak sombong terlepas kontroversi Ahok salah atau tidak," kata Ahmad Zahari di Jakarta Senin.

Zahari menganggap ucapan permohonan maaf Ahok akan menetralisir keadaan dan menghentikan polemik di tengah masyarakat Jakarta, serta Indonesia.

Zahari berharap sikap Ahok itu menciptakan situasi yang kondusif menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI serentak 2017.

Sejak muncul rekaman video pernyataan Ahok soal surat Al Maidah 51 itu, Zahari mengharapkan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyampaikan permohonan maaf karena telah berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat di Jakarta.

Selama ini, Zahari tidak menampik sosok Ahok dinilai sebagai orang yang arogan namun hal itu ditepis setelah Ahok meminta maaf kepada umat Islam.

"Meminta maaf itu menunjukkan dia (Ahok) memiliki kepekaan yang sangat tinggi," tegas Zahari.

Zahari menegaskan pengikut Nahdlatul Ulama (NU) memiliki keseragaman dalam cara beribadah dan pendidikan namun bebas memilih calon pemimpin sesuai hati nurani dalam berpolitik.

Secara kelembagaan, Zahari juga menambahkan NU tidak menginstruksikan memilih pasangan calon tertentu pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Namun terdapat kriteria pemimpin yang harus dipilih yakni memberikan manfaat bagi masyarakat, pekerja keras, punya visi yang baik, jujur, adil dan transparan.(antaranews.com)

Friday, October 7, 2016

Mantap! NU Jakarta: Ucapan Ahok ditujukan ke orang yang politisasi agama


 
Indoheadlinenews.com - Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu terkait Surat Al-Maidah menuai polemik. Ahok dituding sejumlah pihak menghina Alquran.

Namun, Wakil Katib Syuriah PWNU DKI-Jakarta, Taufik Damas menilai, tidak ada kata-kata Ahok yang dituding banyak pihak menistakan Alquran. Hal itu disimpulkannya setelah melihat dan mendengarkan secara utuh rekaman video pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang berdurasi 1 jam 43 menit.

"Seharusnya kita lihat video aslinya yang utuh. Saya sudah melihat, dan suasananya sangat cair. Masyarakat tampak antusias dan gembira mendengarkan pidato Ahok ketika itu. Lagi pula, saya perhatikan ucapan Ahok itu tidak bermaksud melecehkah ayat dalam surat Al-Maidah itu. Ucapan Ahok itu bermakna memang ada orang yang yang menggunakan ayat tersebut dalam konteks pemilihan kepada daerah di Jakarta, khususnya menyangkut larangan memilih pemimpin non-muslim. Jadi titik tekannya adalah kalimat 'membohongi pakai ayat', bukan ayatnya yang membohongi," kata tokoh muda NU ini, Jumat (7/10).

Dia mengatakan, rekaman itu menjadi ramai karena potongan rekaman video yang menyebar justru hanya sekitar 30 detik, atau cuma sepotong. Rekaman 30 detik itu berisi pernyataan Ahok "Bapak ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongin pakai surat Al-Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak apa-apa. Karena ini kan hak pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu enggak usah merasa engga enak. Dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok".

Menurutnya, kalimat Ahok cukup jelas bahwa yang dituju adalah orang-orang yang menggunakan ayat untuk pentingan politik. Bukan menyebut bahwa yang berbohong adalah surat Al-Maidah 51.

"Namun, dalam politik tak menutup kemungkinan ada orang yang menjadikan ayat-ayat hanya sebagai alat politik. Memperlakukan ayat-ayat sebagai alat politik. Justru inilah yang berbahaya, karena berpotensi mengaburkan fakta politik yang sebenarnya," katanya.

Dia menilai sebaiknya unsur SARA benar-benar dihindari dalam politik karena akan selalu melahirkan kontroversi yang tak berujung. Menurut Taufik, lebih baik masyarakat diajak untuk berpikir kritis terhadap calon pemimpin yang ada, baik di Jakarta atau di daerah lain.

"Pilkada kan bukan hanya di Jakarta, tapi juga ada di daerah lain. Sikap kritis dan obyektif harus dikedepankan dalam melihat proses Pilkada ini," tukasnya.(merdeka.com)

Monday, October 3, 2016

Santri Zaman Ini Harus Belajar dari Teladan Kiai Sahal





alirantransparan.blogspot.co.id - Peringatan Haul dan 1000 hari wafatnya Kiai Sahal menjadi momentum bagi santri-santri beliau untuk melanjutkan perjuangan. Hal ini, disampaikan KH. Malik Madani (Dosen UIN Yogyakarta, Katib 'Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2010-2015) di Pesantren Maslakul Huda, Ahad (2 Oktober 2016), jam 20.00 WB.

Dalam tahlil umum, sebagai puncak agenda Haul, dihadiri oleh KH. Kafabihi Mahrus (Pesantren Lirboyo), KH. Nafi Abdillah, KH. Zaky Abdillah (Kajen), KH. Moh Khoiruzzad (Kencong, Jawa Timur), KH. Aniq Muhammadun, Bupati Pati H. Haryanto, MM, jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah, Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah dan ribuan santri. KH. Abdul Ghoffar Rozien, pengasuh Pesantren Maslakul Huda, mengucapkan terima kasih kepada para kiai, santri dan warga yang hadir untuk mendoakan Kiai Sahal. 

"Terima kasih atas semua yang rawuh. Semoga menjadi kebaikan untuk kita semua," ungkap Gus Rozien, yang kini sebagai Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) Nahdlatul Ulama. Dalam ceramahnya, Kiai Malik Madani mengungkapkan bahwa sosok Kiai Sahal adalah orang yang langka. 

"Kiai Sahal harus menjadi teladan bagi kita semua, beliau orang 'alim yang langka. Kiai Sahal lahir dari keluarga kiai besar, namun tidak terjebak pada bayang-bayang kebesaran masa lalu. Justru, Kiai Sahal mampu tegak berdiri untuk membangun kesuksesan," terang Kiai Malik. 



Ketika menjadi Katib 'Am Kiai Sahal, Kiai Malik Madani mendapatkan banyak pelajaran berharga.

Di antaranya dalam hal kedisiplinan, visi, niat pengabdian, dan konsistensi. "Dalam segala hal, saya sebenarnya tidak pantas memberi ceramah pada agenda penting ini.

Tapi, saya beranikan demi kecintaan dan pengabdian saya kepada Kiai Sahal" terang Kiai Malik. Dalam kisah yang disampaikan, Kiai Malik Madani sangat kagum dengan sosok Kiai Sahal. "Saya menjadi sekretaris Kiai Sahal, di jajaran Syuriah PBNU, sebagai Katib 'Am. Pada waktu itu, Kiai Sahal menjadi Rais 'Am. Saya belajar banyak dari Kiai Sahal, beliau itu guru saya. 

Santri-santri harus belajar dari teladan dan keilmuan Kiai Sahal" ungkap Kiai Malik Madani. Dalam informasi yang disampaikan panitia, Tahlil Umum menjadi puncak agenda dari rangkaian acara yang diselenggarakan Panitia 1000 Hari wafatnya Kiai Sahal. Sebelumnya, diselenggarakan Seminar & Call Paper Fiqh Sosial (Pusat FISI/IPMAFA), Temu Alumni, serta peresmian Ma'had Aly Pesantren Maslakul Huda. Menteri Agama, H. Lukman Hakim Saifuddin meresmikan berdirinya Ma'had Aly ini. Ma'had Aly Maslakul Huda, menjadi percontohan untuk belajar Ushul Fiqh dan ilmu Fiqh, yang menjadi basis ilmu yang dikembangkan Kiai Sahal untuk para santrinya (*Munawir).

Wednesday, September 14, 2016

NU: Stop Isu SARA, Saatnya Berpikir Perkuat Kehidupan yang Beradab dan Berbudaya




alirantransparan.blogspot.co.id - Maraknya isu SARA jelang pilkada Jakarta cukup membuat risau sebagian kalangan. Isu SARA dianggap tidak relevan dan dianggap ketinggalan zaman.

"Kita ini hidup di abad yang sangat modern. Ini abad 21. Isu SARA itu produk masyarakat abad lampau. Kini saatnya kita berpikir untuk memperkuat kehidupan yang beradab dan berbudaya. Kita harus mampu berpikir obyektif dalam segala hal," ujar Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta Taufik Damas dalam keterangannya, Selasa (13/5/2016).

Menurutnya, momen pemilihan pemimpin seharusnya dilihat sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.

"Masyarakat harus diajak untuk berpikir obyektif dan kritis. Dengan demikian, akan lahir pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kesejahteraan hidup orang banyak. Pemimpin yang bertanggungjawab pada masyarakat, bukan pemimpin yang culas dan penuh kebohongan," tegas Taufik

Seorang pemimpin itu tergantung kemampuan untuk memberikan dan menjamin kemashlahatan atau kesejahteraan warga. "Gubernur di negara Indonesia beda tanggung jawabnya seperti auliya atau wali yang dimaksud dalam negara-negara Islam. Ini negara Pancasila. Ada kesetaraan dalam hukum publik," ujarnya.

Tidak hanya itu, pemilu atau pilkada jangan sekadar dijadikan ajang untuk menang-kalah, tapi harus dijadikan kesempatan untuk menegakkan pola hidup yang sesuai dengan akal sehat.

"Karena kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akal sehat akan bermuara pada kesejahteraan jiwa dan raga kita semua. Dan itu cita-cita para pendiri negeri ini," tutupnya.(detik.com)