Jokowi dan Jusuf Kalla terlihat santai sebelum jumpa pers diadakan, Kamis (3/11) |
alirantransparan.blogspot.com - Presiden Joko Widodo tidak terlalu reaktif menanggapi pidato berapi-api pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menuduh ada upaya menghalangi rencana demonstrasi massal Jumat (4/11) besok dan bahwa pemerintah mendasarkan diri pada data intelijen yang "error".
"Yang namanya manusia bisa bener bisa enggak bener, bisa error bisa enggak error," kata Presiden sambil tertawa ketika ditanya soal itu di Istana Negara, Kamis (3/11).
Dalam jumpa pers yang disiarkan secara langsung lewat televisi tersebut, presiden duduk di sofa berdampingan dengan wakilnya, Jusuf Kalla.
Cukup jarang dua pejabat negara tertinggi di Indonesia itu duduk berdua menghadapi media seperti ini, sehingga makin mengindikasikan keseriusan pemerintah untuk mengantisipasi demonstrasi besok.
Presiden menegaskan akan tetap berada di Jakarta Jumat besok.
Kalla, yang juga pernah menjadi wakil SBY periode 2004-2009, ikut menanggapi pernyataan mantan bosnya itu.
"Kalau negara tak punya intelijen, maka kita tak punya mata dan telinga," ujar Kalla.
Dalam pidatonya di Cikeas, Rabu kemarin, SBY yang menjabat Ketua Umum Partai Demokrat meminta aparat intelijen "tidak ngawur" dalam memberikan informasi, terutama kepada Presiden Jokowi.
"Kalau ada intelijen seperti itu berbahaya. Menuduh kelompok, seseorang, atau parpol tertentu, seperti Demokrat adalah fitnah. Fitnah sangat keji. Memfinah, menuduh orang atau parpol atas dasar intelijen, sangat keji dan menghina," kata SBY.
"Saudara-saudara, berbahaya jika di sebuah negara ada intelijen ?failure, intelijen error."(beritasatu.com)
No comments:
Post a Comment