Latest News

Wednesday, November 9, 2016

Respon Netizen Jika Donald Trump Jadi Presiden AS: 'Fadli Zon Dijadikan Menteri Disana Kita Rela Kok'




alirantransparan.blogspot.com - Ini adalah jam-jam yang menegangkan bagi seluruh dunia: menanti siapa pemimpin baru Amerika Serikat. 

Walau berada jauh di sana, kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS menjadi perhatian banyak pengguna media sosial di Indonesia. 

"Kok serem sendiri ya liat pemilu AS," kata @avinugr di Twitter. Lainnya mengatakan, "bikin deg-degan!"


Menjelang menit-menit kemenangan Donald Trump, keresahan mulai terasa di linimasa. "Bayangkan andai di RI ada tokoh rasis, intoleran, suka ngafir-ngafirin nyalonin jadi presiden. Terus menang. Alangkah suramnya. AS kayak begitu sekarang," kata Akhmad Sahal cendikiawan Muslim yang kini tinggal di Amerika Serikat. 

Kekhawatiran ini cukup beralasan karena berbagai komentar-komentar Trump yang dianggap cenderung memojokkan Muslim. Akhir tahun lalu misalnya Donald Trump meminta langkah penghentian yang 'total dan komplet' agar kaum muslim tidak memasuki Amerika Serikat. 

Pernyataan ini merujuk jajak pendapat Center for Security Policy yang menunjukkan 'kebencian' kaum Muslim terhadap warga Amerika bisa membahayakan negara, walau dalam beberapa bulan kemudian Trump tampak melunak dengan mengatakan bahwa gagasan mencekal orang Islam yang mau berkunjung ke AS hanya sekedar saran saja.

Namun sebagian orang merasa kekhawatiran itu berlebihan. "Masa sih separah itu" tanya satu pengguna. Lainnya mengungkap sisi positif Trump dengan mengatakan, "Lagi pula Trump janji menurunkan pajak 50%, itu meringankan pengusaha dan kelas menengah. Hillary malah mau nambah pajak," kata @zevanya.






'Emosi, bukan logika'

Bagi yang lain, kemenangan Trump berarti sesuatu yang lebih besar. Ini mencerminkan perilaku pemilih yang emosional, kata Yenny Wahid, Direktur Wahid Institute.
Dalam akun Twitternya mengatakan "Trump menang salah satunya karena gencar serang Islam. Muslim dijadikan momok bersama untuk takuti pemilih US. Pemilih tidak rasional percaya dia."


 

"Brexit, Trump dan dalam konteks Indonesia, 411, menunjukan bahwa orang memilih berdasarkan emosi bukan secara rasional. Lalu mereka menyesal kemudian," katanya.
Melihat tren ini, akun @ayaelectro berkomentar, "Habib Rizieq habis ini mungkin terinspirasi nyalon pilpres karena se-gak suka apapun orang sama dia, kesempatan menang tetap ada."

  Lainnya berandai-andai...




Selain kekhawatiran soal Muslim, pengguna media sosial juga menyoroti nasib pelajar atau calon pelajar Indonesia yang ingin menempuh pendidikan di AS. "Bahkan Pemilu US mempengaruhi rencana masa depan anak-anak Indonesia. Wuih," kata @ainunchomsun.
Fadli Zon dan Setya Novanto

Dan, pengguna Twitter tampaknya tak pernah lupa atas kegaduhan ketika politikus Indonesia Fadli Zon dan Setya Novanto muncul dalam kampanye Trump. Beberapa mulai membuat lelucon.

"Bro @fadlizon dan mas @setnov_dpr_ri, Selamat atas kemenangan sahabatnya," kata Akbar Faisal. 

"Pengaruh Fadli Zon dan Setya Novanto pada elektabilitas Trump ternyata sangat besar. Pastikkk!!! Pastikkk!!! ((Kaleeuuummm))," kata @maman1965.

"#Trump menang dan @fadlizon will make America great again... Huehehehehe," kata @YohanesEko.

Tapi apakah kemenangan Trump betul-betul begitu mengkhawatirkan? Beberapa pengguna berpendapat beda. Dari Facebook BBC Indonesia, Jermia Manu menulis, "itu pilihan AS dengan semua risikonya. Muslim moderat harus rapatkan barisan untuk miliki sikap jelas dan tegas terhadap segelintir radikal ekstrim."

Lainnya berpendapat, "Trump akan memperkuat perdamaian dunia karena dia lebih bijak, dalam pidatonya berkata pahit supaya hasilnya manis. Jarang-jarang ada yang begitu rata rata berkata manis tapi apa?" kata Zenifer Liem. 

Terlepas dari itu, satu sisi positif yang mungkin dirasa Indonesia adalah ini: "kalau Trump terpilih jadi Presiden AS, ada berkah, karena dolar melemah. Semoga Rupiah menguat atas dolar," kata Ulin Yusron di Twitter.(bbcindonesia.com)

No comments:

Post a Comment