Latest News

Thursday, November 3, 2016

Bikin Haru! Film Finding Nemo Menjadi Filosofi yang Selalu Diterapkan Ahok, Alasannya Begitu Mengejutkan



alirantransparan.blogspot.com - Siapa sangka jika film animasi dari Walt Disney Finding Nemo memberi filosofi tersendiri bagi Calon Gubernur DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama.

Basuki yang akrab disapa Ahok ini mendapat sorotan banyak karena berbagai kontroversinya, termasuk kontroversi yang menyebutkan bahwa sedianya seorang calon kepala daerah tidak seharusnya menciptakan konflik. Hal ini terkait masalah dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki beberapa waktu lalu.

Dari film Finding Nemo, Basuki menemukan jawaban atas pertanyaan dari anak-anak sekolah yang pernah ditemuinya beberapa waktu lalu, yakni pertanyaan mengapa dirinya kerap mencari ribut dengan orang lain. Dari tokoh ikan bernama Nemo, Basuki menjabarkan jawaban atas pertanyaan tersebut.

�Si Nemo memaksa orang untuk berenang ke bawah, tapi semua ikan maunya berenang ke atas, karena semuanya secara naluri berenangnya ke atas. Saya tanya sama anak-anak, boleh tidak Nemo tidak mau masuk? Lebay amat, orang lagi dikejar ikan. Tapi gara-gara Si Dori mau menyelamatkan (Nemo), dia masuk, Bapaknya tidak bisa masuk, tapi si Nemo punya peluang masuk, dia masuk,� cerita Basuki saat berbincang dengan Redaksi Suara Pembaruan di Beritasatu Plaza, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (3/11).

�Lalu dijepit-jepit, dia (Nemo) paksa ke bawah. Itu ikan-ikan (lain) keki tidak sama Nemo? Keki sebenarnya. Mereka lari ke atas teriak-teriak, lu kecil, siapa sih lu? Belagu amat. (Jawaban lewat film ini) anak kecil langsung nangkap, Si Nemo waktu turun semua ikut selamat. Waktu selamat Si Nemo terkapar pingsan, ada tidak orang yang dia selamatkan itu ingat Si Nemo? Hanya Si Bapak-nya yang panik,� lanjutnya.

Dari pandangannya, hal tersebutlah yang telah Basuki lakukan. Ia mengibaratkan dirinya sebagai Nemo yang telah melakukan banyak hal demi perbaikan Jakarta tetapi hanya sedikit orang yang menghargai hasil pekerjaannya.

�Mungkin yang saya lakukan tidak ada yang terima kasih sama saya. Saya mati pun tidak ada yang peduli, paling sebentar. Saya boleh tidak, tidak mau masuk ke politik Indonesia? Boleh. Saya juga tidak miskin-miskin amat. Jadi komisaris dua perusahaan juga bisa (jika tidak masuk politik). Saya pikir, saya punya teman gitu banyak, saya bisa kerja dimana saja. Untuk apa cari gara-gara membahayakan saya dan keluarga saya,� pungkasnya.(beritasatu.com)

No comments:

Post a Comment