Latest News

Saturday, November 12, 2016

AHOK : Saya Belum Kalah Sebelum Bunyi 4 Paku Di Atas Peti Mati, Jadi Jangan Klaim Kamu Hebat

AHOK : Saya Belum Kalah Sebelum Bunyi 4 Paku Di Atas Peti Mati, Jadi Jangan Klaim Kamu Hebat


 “Waktu saya kalah, saya satu kalimat gini, tidak usah terlalu senang sebelum ada bunyi empat paku di atas peti mati, kamu jangan mengklaim kamu hebat,” ujar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Pepatah Tiongkok ini yang digunakan Ahok untuk menanggapi hasil elektabilitas yang dikatakan Lingkaran Survei Indonesia bahawa pasangan Ahok – Djarot Saiful Hidayat elektabilitas terus menurun.
Bunyi empat paku di peti mati menandakan kalau peti mati tersebut sudah ditutup, disegel rapat dan menjadi kepastian kalau jenazah segera dikubur.
Ahok seolah ingin mengatakan kalau survei elektabilitas bukan segalanya karena hal yang pasti adalah hasil Pilkada Jakarta setelah selesai penghitungan suara pemilih.
Berdasarkan Lingkaran Survei Indonesia elektabilitas pasangan petahana Ahok dan Djarot Saiful Hidayat terus menurun. S
urvei yang dilakukan sejak 31 Oktober hingga 5 November itu, menunjukan elektabilitas Ahok hanya 24,6 persen.
Elektabilitas petahana semakin ditempel ketat pasangan lain, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni 20,9 persen, serta pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno dengan 20 persen.
Ahok menyebut LSI tak pernah memberikan survei yang positif sejak penyalonannya di Pilkada Bangka Belitung 2007 lalu.
Saat itu, Ahok mundur sebagai Bupati Belitung Timur untuk ikut Pilkada Babel.
Ujungnya, Ahok harus takluk dari kontestan lainnya, yaitu Almarhum Eko Maulana Ali yang saat itu Ahok mundur pula dari jabatannya sebagai Bupati Bangka.
“Turun di survei, ya tidak apa-apa, itu kan’ memang LSI dari sejak Pilkada Babel membela Eko Maulana Ali. Dari dulu dia (LSI) begitu,” ucap Ahok di kediamannya, Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Jumat (11/11/2016).
Menanggapi elektabilitasnya yang terus merosot, Ahok malah menyinggung pepatah tiongkok.
Yang maknanya, serupa dengan lebih baik menunggu hasil akhir pada Pilkada Ibu Kota yang berlangsung 15 Februari 2017.
Hal itu juga yang pernah diutarakannya saat kalah di Pilkada Babel.
Ahok juga menyinggung pendiri LSI, Denny Januar Ali, yang hasil surveinya kerap memenangkan elektabilitas Eko Maulana Ali dibandingkan Ahok.
Kondisinya, sama seperti saat ini, di mana elektabilitas Ahok menurut LSI terus merosot.
“Waktu saya kalah, saya satu kalimat gini, tidak usah terlalu senang sebelum ada bunyi empat paku di atas peti mati, kamu jangan mengklaim kamu hebat. Akhirnya apa? Yang dibela Denny JA, Eko Maulana Ali itu sudah almarhum sekarang. Saya masih Gubernur DKI,” imbuh Ahok.
Hiraukan hasil survei, Ahok memilih untuk fokus menjalankan roda pemerintahannya di Jakarta, setelah Pilkada selesai, apapun hasilnya, kalah atau menang.
“Saya sudah bilang kan’ saya ini sampai Oktober 2017 kok berakhir,” tutup Ahok. (*)
 http://kabarhoki.com/ahok-saya-belum-kalah-sebelum-bunyi-4-paku-di-atas-peti-mati-jadi-jangan-klaim-kamu-hebat/

Friday, November 11, 2016

Di Markas Marinir, Jokowi Naik Tank dan Digendong Prajurit




alirantransparan.blogspot.com - Presiden Joko Widodo hari ini memberi pengarahan kepada pasukan Marinir. Dalam kesempatan itu, Jokowi mengecek kesiapan Pasukan marinir dari atas tank.

Jokowi tiba di Markas Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, sekitar pukul 09.55 WIB, Jumat (11/11/2016). Jokowi kemudian didaulat menjadi inspektur upacara.

Saat upacara, Jokowi naik dan berdiri di atas tank. Dari atas kendaraan taktis itu, Jokowi memberikan pengarahan kepada ribuan pasukan Marinir.
 



"Saya dan seluruh rakyat Indonesia selalu bangga kepada prajurit Korps Marinir. Karena parjurit-prajurit Marinir saya tahu, dekat dengan rakyat, selalu mendengar rakyat dan melekat di hati rakyat di manapun prajurit Korps Marinir berada dan bertugas," kata Jokowi dari atas tank BMP3F berpelat Indonesia 1.

"Prajurit Korps Marinir adalah prajurit TNI yang disegani, yang selalu akan hadir di setiap ladang pertempuran di seluruh pelosok nusantara demi keutuhan NKRI," tambahnya.

Usai memberi pengarahan, mesin tank dinyalakan. Jokowi kemudian melakukan pengecekan kesiapan Pasukan dari atas tank didampingi oleh Komanda Korps Marinir Mayjen TNI Raden Mas Trusono.

Setelah mengecek pasukan, Jokowi kemudian turun dari tank. Jokowi kembali menuju ke arah prajurit Marinir yang berbaris dengan berjalan kaki. Jokowi menyalami satu persatu prajurit Marinir yang berada di baris paling depan.




Tiba di barisan ujung, Jokowi kemudian digendong oleh beberapa pasukan Marinir. Jokowi yang tampak mengenakan kemeja batik warna cokelat itu terlihat tersenyum saat digendong sambil diarak.

Ribuan pasukan Marinir mengiringi Jokowi dengan menyanyikan mars-mars Marinir sambil bertepuk tangan. Jokowi yang digendong itu juga bertepuk tangan.

Setelah itu, turun, Jokowi melakukan foto bersama dengan para prajurit Marinir.(detik.com)

YESS!! Hasil Audit 34 Proyek Listrik Mangkrak Era SBY Akan Diserahkan Pihak Istana ke KPK




alirantransparan.blogspot.com - Juru bicara Presiden Joko Widodo, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sudah diminta mengaudit dugaan korupsi 34 proyek listrik mangkrak. Hasil audit itu, menurut Johan, bisa jadi akan diserahkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kalau memang ada unsur korupsi nantinya bisa saja diserahkan kepada KPK," kata Johan di gedung KPK, Jumat, 11 November 2016. "Tapi saat ini kami sedang menunggu hasil evaluasi atau audit itu."

Johan menjelaskan, 34 proyek listrik itu berawal dari wacana membangun pembangkit listrik 35 ribu megawatt. Sebagian proyek itu sudah dimulai sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ketika itu dievaluasi ternyata ada beberapa proyek itu yang tidak berjalan," ujar mantan pelaksana tugas Wakil Ketua KPK itu.

Dugaan korupsi itu menguak setelah Jokowi meminta audit terhadap proyek-proyek mangkrak itu. Belakangan, KPK menyatakan sedang menelaah kasus tersebut.

"Kalau radar KPK sudah nangkap beberapa proyek, ya. Tapi kan kalau menurut mereka 34, nah itu kami belum nerima," kata Agus di gedung KPK, Kamis, 10 November 2016.
Agus mengatakan di antara 34 proyek tersebut, ada banyak proyek pembangkit listrik tenaga uap yang terindikasi korupsi. Menurut Agus, KPK juga menunggu audit BPKP.(tempo.co)

Boni Hargens Ungkap Dana Aksi Demo 4 November Berasal Dari Hasil Korupsi SBY



alirantransparan.blogspot.com - Pengamat politik dan intelijen Boni Hargens menuduh ada aliran dana dalam aksi demo 4 November pekan lalu yang berasal dari hasil korupsi selama dua periode Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden.

Dia mendesak polisi dan PPATK untuk mengusut dugaan aliran dana di balik aksi 4 November.

"Gerakan itu besar. Sekali lagi tolong diusut apakah ada dana pengumpulan korupsi terkait penggalangan dana. Demo katanya sampai lebaran kuda seperti kata SBY," ujar Boni usai berbicara di acara diskusi "Siapa Aktor di Balik Gerakan 411?" di Jakarta, Jumat (11/11).

 


"Kalau ada yang tersinggung dengan ucapan saya, silakan laporkan saja, kan ada penegak hukum," ujar Boni.

Menurutnya, mengapa ia berani menyatakan bahwa SBY adalah aktor politik di balik aksi 411 karena menyangkut persoalan bangsa, agar peradaban bangsa Indonesia tetap terjaga.

"Ini bukan soal takut, ini soal republik. Bagaimana menjaga dan menjamin peradaban republik supaya bener," tuturnya.

 



Boni mengatakan, kerusuhan 1998 jangan sampai terulang, oleh karena itu orang-orang yang ingin mengulang peristiwa tersebut harus dikutuk dan juga harus berhadapan dengan hukum.

"Siapa pun yang ingin mengulang peristiwa 1998, itu adalah orang-orang terkutuk. Orang tersebut harus berhadapan dengan hukum," tutup Boni.

Selain menuduh dana aksi demo 4 November berasal dari hasil korupsi SBY, Boni juga meminta SBY bertanggung jawab atas pernyataannya bahwa Badan Intelijen Negara tidak memberikan data akurat.

Menurut dia, bila intelijen error, maka itu adalah kesalahan pengelolaan intelijen pada saat SBY berkuasa.

"Sepanjang 10 tahun berkuasa BIN juga diintervensi, kalau error maka pengelolaanya 10 tahun error," kata dia.(rimanews/jitunews)

Soal Ahok, Gus Mus Ungkap Agama Dicatut untuk Kepentingan Politik



alirantransparan.blogspot.com - Mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) KH Mustofa Bisri berpesan agar umat Islam berhati-hati dalam menyikapi kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Menurut Mustofa yang dikenal dengan panggilan Gus Mus, hujatan dan kecaman atas nama umat Islam terkait dengan perebutan kekuasaan dalam Pilkada DKI Jakarta. Kasus Ahok �digoreng� dengan mencatut agama untuk kepentingan politik.

"Umat harusnya melihat, ini pemimpin, bupati, gubernur, presiden sampai kapan. Apakah sampai kiamat, atau selamamya. Ini kan ada periodenya lima tahun,� ujar Gus Mus, sebagaimana dilansir CNNIndonesia.com, Kamis, 10 November 2016.

Gus Mus menilai beberapa kelompok Islam sudah mengarah pada kebencian dalam menyikapi perkataan Ahok tentang Surat Al Maidah yang berujung pada laporan dugaan penistaan agama.

Menurut Gus Mus, ekspresi kebencian itu terlihat dari banyaknya hujatan dan makian. Namun, sikap ini hanya dilakukan oleh segelintir dan sekelompok orang yang mengatasnamakan umat Islam.

"Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jangan kita memuji orang tapi dengan menjatuhkan atau menghujat orang lain. Emosi di hati jangan sampai menciptakan kebencian yang berlebihan, itu pasti akan memunculkan masalah, seperti yang terjadi sekarang ini di mana umat sudah terpancing membenci Ahok yang berlebihan," ungkap Gus Mus.

Gus Mus menyatakan untuk menjadi manusia obyektif dan jujur memang tidaklah mudah. Emosi dan hawa nafsu yang tidak terkendali akan dapat membuat manusia goyah dalam menentukan sikap, hingga akhirnya bisa menghalalkan segala cara.

"Menjadi jejeg (tegak) itu memang tidaklah mudah. Kalau hati ini tidak kuat, akan bisa goyah ke kiri maupun ke kanan. Maka, janganlah mudah terhasut atau terpancing,� kata Gus Mus.

Seperti halnya Gus Mus, mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif berupaya menenangkan massa Islam yang anti-Ahok.

Syafii malah menilai Ahok tidak melakukan penistaan agama saat menyebut surat Al Maidah ayat 51. Ahok, ujar Syafii, hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih Ahok.

"Walaupun saya dihujat karena melawan arus, saya santai saja. Anggap enteng dan mengalir saja," ujar Syafii seperti dilaporkan Detik.com, Rabu (9/11).

Syafii juga mengkritik Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa terkait kontroversi pernyataan Ahok. Semestinya sebagai lembaga yang kredibel, MUI harus mempertimbangkan fatwa-fatwa demi menjaga keutuhan bangsa.

Meski demikian, dia meminta perbedaan pendapat dirinya dengan MUI jangan terlalu dipermasalahkan.

"Ya nggak apa-apa (perbedaan pendapat) kan ada kutub utara dan kutub selatan, biasa itu. Kita saling melengkapi," ucap Syafii. (ml/CNNIndonesia.com)

Din Syamsuddin : Masalah Utamanya Bukan Ahok, Tapi Ada Naga Raksasa yang Mencengkram Indonesia





alirantransparan.blogspot.com - Polemik kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur Nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil ahok makin kesini makin jadi pembicaraan banyak orang. Bahkan menurut media, kasus ini juga banyak dibicarakan di dunia luar.

Ahok dianggap telah menistakan agama Islam karena telah mengutip ayat Al-Quran dalam pidato politiknya. Penyataan �Dibohongi pake surat Al-Maidah ayat 51� memang menuai kecaman yang sangat keras terutama dari kalangan ulama dan habib. Akibat pernyataan ini, demo 4 november kemarin pun tidak bisa dihindarkan. Karena itu adalah panggilan Allah SWT untuk membela agama Islam yang suci dan agung.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menilai bahwa masalah utama dari ini semua ini bukan ahok Tapi Ada Naga Raksasa yang Mencengkram Indonesia.

Dikutip dari pojoksatu.id, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menilai ada ancaman besar dibalik polemik Ahok.

Din menekankan, Ahok jelas telah memberi penilaian (judgement) terhadap pemahaman orang lain dengan kata pejoratif. Tapi karena dia sudah minta maaf, menurut Din selayaknya dimaafkan asal tidak mengulangi lagi. Namun permasalahan yang ada lebih besar dari kejadian di pulau kecil itu.

�Permasalahannya, bahkan ancaman nyata, adalah fakta adanya kekuatan uang (the power of money) yang tengah menguasai Indonesia,� kata Din, Minggu (6/11).

Din pun menganalogikan kekuatan uang itu bagaikan cengkeraman naga raksasa yang sedang melilit NKRI yang kaya raya, dan satu persatu kekuatan penghalangnya dilumpuhkan bahkan dimatikan dengan uang. 

Proses ini dicermatinya tidak terlepas dari perkembangan geo-politik dan geo-ekonomi global dan regional.

�Sayangnya, Indonesia tidak memiliki mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism) karena infrastruktur nasional rapuh, sejak dari pemerintah, partai politik, ormas, sampai kepada pers, yang banyak terdiri dari orang-orang lemah baik iman, akal pikiran, dan komitmen kerakyatan,� ujarnya, miris.

Kondisi ini, menurutnya, akan membawa Indonesia mengalami malapetaka dan terjatuh dalam nestapa.
Sebelumnya mantan ketua MUI tersebut pernah meminta kepada umat supaya angan mudah terhasut apalagi anrkis.

�Saya minta, sampaikan pendapat dalam alam demokrasi.? Cuma tidak boleh anarkis. Jangan. Saya juga meminta masyarakat jangan terprovokasi. Jangan mudah dihasut. Hati-hati bisa jadi ada pelaku provokator. Sebaiknya persoalan ini jangan dikaitkan dengan pilkada apalagi kasus Ahok. Jangan dipolitisasi,� tandas Din.?(pojoksatu.com)