Latest News

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Saturday, November 5, 2016

Tulisan Denny Siregar yang Membuka Topeng Para Lawan Politik Jokowi, 'SINYAL PERANG JOKOWI'




SINYAL PERANG JOKOWI

Jadi sudah jelas..

Pidato Jokowi menutup aksi demo yang akhirnya menjadi anarki itu membuka semua tabir bahwa sebenarnya tuntutan kepada Ahok hanyalah modus saja.

Ada atau tidak �penistaan agama� mereka tetap akan berdemo dgn dalih Al Maidah 51, bahwa Ahok tidak layak menjadi pemimpin umat Islam.

Sejak awal intelijen sudah mengantongi data bahwa demo 4 November ini ingin digiring ke arah seperti �98, dan berakhir pada dilengserkannya Jokowi. Karena itu Jokowi langsung bergerak menemui para pimpinan politik dan ormas Islam besar, untuk mundur dari demo ini karena sudah tidak sehat.

Hanya satu orang yang tidak ditemuinya dan kita semua sudah tahu apa alasannya�

Intelijen sudah mengantungi darimana sumber dana mengucur dan kepada siapa saja dikucurkan. Meski begitu, pemerintah tidak gegabah untuk langsung menangkapnya hanya berdasarkan laporan saja.

Menganalisa cara perang Jokowi, kita akan dibawa ke model perang orang Solo yang mengambil jalan memutar untuk menyelesaikan masalah.

Dan jalan memutar itu sudah pasti konstitusional, melalui jalur hukum. KPK, PPATK dan lembaga hukum lainnya disiapkan untuk mulai mendalami bukti2 pelanggaran hukumnya.

Proses hukum ini penting, supaya tidak ada yang bermain sebagai korban dan memanfaatkannya untuk menjadi pahlawan. Jokowi terus memutar sambil membuka topeng lawan satu persatu sehingga lawannya sendiri yang grogi. Ia berusaha memutus sumber aliran uang yang berpotensi mendanai kerusuhan berikutnya.

Dan kita akan melihat permainan catur yang cantik sesudah ini antara tukang kayu melawan mantan Jenderal..

Benar kata Ahok, �Jokowi ini lebih sadis dari gua. Kalau gua jengkel ama kodok, langsung gua tembak kepalanya. Kalau Jokowi, dia elus dulu kodoknya, dia taruh di panci berisi air dingin biar nyaman, trus dia nyalakan api kecil kompor di bawahnya. Si kodok mati tanpa sadar kalau dia dibunuh perlahan..�

Pidato malam tadi adalah sinyal perang Jokowi. �Lu atau gua yang berakhir sesudah ini..�

Perang Jokowi akan dimulai ketika membebaskan Antasari Azhar pada 10 November, simbol hari pahlawan�

Kopi mana kopiii�

by denny siregar

Monday, October 31, 2016

Inti Persoalannya Bukan Lagi Membela Islam tapi Ingin Ahok tidak Jadi Gubernur Lagi, Dan....




alirantransparan.blogspot.com - Gaduh "Al-Maidah 51" sudah bukan soal seorang Ahok lagi, bukan juga soal penistaan agama, tapi urusan KURSI DKI 1, murni politik.

Tidak perlu orang jenius untuk membaca ini.. sang pengunggah video inisial BY sudah mengakui ia sengaja menghilangkan kata "PAKAI" sehingga seolah-olah Ahok menghina Al-Quran.

Ahok pun sudah berikan klarifikasi bahwa yang dimaksud adalah orang-orang yang jual murah ayat demi menang Pilkada, BUKAN Al-Quran nya.

Tapi mereka tutup telinga..

Ketika berbagai elemen Islam membela Ahok, menyatakan bahwa Ahok TIDAK menistakan Al-Quran, mereka tetap menutup telinga..

Bahkan saat Ahok sudah minta MAAF, menyatakan bahwa ia tidak bermaksud untuk menistakan Al-Quran,

Mereka tetap tidak terima..

Ulama-ulama besar juga banyak yang menyarankan agar Ahok dimaafkan & tidak memperpanjang persoalan..

Ulama pun tak didengar..

Hari Senin kemarin Ahok menghadap ke Bareskrim Mabes POLRI untuk memenuhi kewajiban sehubungan dengan pelaporan dugaan penistaan agama..

Tapi mereka tidak peduli..

Mereka akan tetap mengerahkan massa pada tanggal 4 november nanti.. tidak mempedulikan proses hukum yang berjalan.

Ngakunya ingin Ahok diproses hukum, tapi saat Mabes Polri sedang memproses, mereka anggap seolah tidak ada, mengapa?

KARENA BUKAN SOAL AHOK LAGI

Terlalu mudah untuk membaca aroma politik yang kental dari gaduh "Al-Maidah 51" ini.. karena memang BUKAN ISLAM yang mereka perjuangkan..

1. Ahok harus gagal nyagub

Target mereka adalah Ahok ditetapkan sebagai "Tersangka" agar terpaksa mundur dari Pilgub sehingga paslon lain punya peluang.

Namun mereka sudah mulai tidak yakin karena bocoran nya Mabes Polri baru akan tingkatkan status ke penyidikan SETELAH Pilgub.

2. Memang ingin bikin rusuh

Selain itu gaduh Ahok ini juga punya KOMPLIKASI MASALAH karena ditunggangi kelompok Radikal yang ingin provokasi konflik antar etnis antar agama.

Dapat mudah ditebak dari setiap postingan media sosial anti Ahok pasti bawa2 etnis & agama nya juga.
Kelompok Radikal intoleran ini memang sudah lama menanti adanya gesekan, kini mereka mendompleng gaduh ini demi agenda bikin Suriah kedua.(fb)

Surat Terbuka untuk Habib Rizieq, Maaf Kami Menolak untuk Demo 4 November 2016






alirantransparan.blogspot.com - Maafkan kami yang mulia Habib Rizieq Shihab karena menolak mengikuti demo pada tanggal 4 November 2016. Ulama kami dari NU dan Muhammadiyah sudah bersepakat tidak akan turut andil dalam demo tersebut. Karena kami yakin semua masalah bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik, santun dan elegan. 

Maafkan kami yang mulia, karena demo ini bisa memecah persatuan anak bangsa, sarat kepentingan politis, bisa memicu konflik SARA di berbagai daerah di luar DKI Jakarta dan bisa menjadi cikal bakal intervensi kelompok-kelompok radikal. 

Maafkan kami yang mulia, sebaiknya yang mulia tidak lagi mencomot logo NU dan Muhammadiyah dalam acara tersebut. Karena keduanya sudah terkenal sebagai ormas moderat, ramah dan toleran. Jangan sampai citranya jadi buruk atas hal yang sama sekali tidak mereka lakukan. 

Maafkan kami yang mulia, tapi inilah cara kami memuliakan ajaran Islam. Yaitu dengan Amar ma'ruf bil ma'ruf, nahi munkar bil ma'ruf. Maafkan kami yang mulia, biarkan Indonesia damai seperti sedia kala. 

Mari kita maafkan kesalahan-kesalahan yang dibuat saudara kita. Tidakkah yang mulia lihat di Timur Tengah sana, banyak negara yang porak poranda karena perang berkepanjangan? Termasuk Yaman, negara asal leluhur yang mulia.


penulis
Muhammad Dliyauddin

KMNU

baca juga: - Bikin Kagum, Nasehat Bijak Mbah Mun Terkait Ahok dan Almaidah 51 Ini Menampar Keras FPI.. !!

4 Falsafah Jawa yang Tak Pernah Ditinggalkan Jokowi, Salah Satunya Adalah Pendekatan dari Hati ke Hati

Menolak Pemimpin Kafir Jangan Setengah-Setengah

-  Jadi Viral! Malaysia Bikin Meme Sindir Pemimpinnya yang Tidak Berhasil Seperti Jokowi dalam Menumpas Korupsi

Sunday, October 30, 2016

Surat Terbuka Mantan Dosen UI, Terungkap Fakta Mengejutkan Tentang Nusron Wahid. Ternyata Seperti Ini...




alirantransparan.blogspot.co.id - Telah beredar surat terbuka dari seorang mantan Dosen UI yang memberikan opini tentang Nusron Wahid. Berikut isi surat terbuka yang mengejutkan banyak orang...

Saya sejujurnya iri berat dengan orang satu ini. Dia sedikit jauh lebih muda. Kelahiran Kudus 1973, sama-sama dari UI, tapi berbeda dengan beberapa tokoh politik praktis dari UI, khususnya Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

Ia lebih pandai menempatkan diri, dan jauh lebih berani mengambil sikap secara independen.

Sebagai angkatan muda NU, ketika orang-orang alergi terhadap Golkar, dan memilih bergabung dengan partai-partai baru, Ia justru memilih bergabung dengan partai warisan Orde Baru itu.

Namun ketika Partai Golkar, menjadi motor utama Koalisi Merah Putih, ia berani mbalelo memilih bergabung sebagai pendukung Jokowi.

Hingga akhirnya justru Partai Golkar yang megap-megap, lalu mau bergabung sebagai pendukung pemerintah, tanpa berharap syarat dan konsesi apapun. Ia minimal punya karakter dan berintegritas.

Anak ini, memang menjadi antitesis dan sering dijadikan ajang fitnah. Bahkan dari sisi nama-pun, ia dianggap memanipulasi agar mirip dengan KH Abdurrachman Wahid (Gus Dur).

Padahal ia memang sama sekali tak berhubungan darah, ia hanya ngefans dan berhubungan baik.

Menjadi wajar, bila ia bersikap nyleneh seperti Gus Dur: shalat di Gereja, menjadi garda depan penentang FPI, bahkan bersikap keras terhadap Fahri Hamzah yang merepresentasikan dirinya sebagai benteng PKS (sebelum ia tersingkir karena justru dianggap bikin malu).

Jadi bila dalam hari-hari ini, ia menjadi pembela Ahok dalam kasus viral surat Al Maidah ayat 51, itu bukan ujug-ujug atau mencari momentum popularitas.

Bahwa ia kemudian justru dibelokkan dianggap menghina para ulama, saya pikir itu, juga bukan tanpa perhitungan, karena ia berani membenturkan dirinya dengan MUI.

Lembaga yang makin hari justru merosot pamor, kemanfaatan, dan kredibilitasnya itu.

Realitasnya, di hari-hari ini, di saat yang nyaris bersamaan ketika Arab Saudi makin merosot kondisi politik, ekonomi, dan sosialnya.

Setelah mengganti kalender Hijriah ke Masehi, lalu diikuti penjualan saham perusahaan minyak Aramco ke bursa efek New York, dan sikap bengis militernya menindas tetangganya Yaman, si negara miskin dan dhuafa secara militer itu.

Pamor Saudi nyaris habis, dan tentu saja para Wahabiers pendukungnya di Indonesia tak ingin segera kehilangan pamor.

Mereka sadar bahwa penguatan peran Wahabies di Indonesia bisa kehilangan momentum, maka dimainkanlah berbagai isu dengan menyitir berbagai ayat di sosial media atau pergaulan riil masyarakat.

Dan disinilah, Nusron Wahid hadir sebagai salah satu yang ngerti betul situasinya.
Sebenarnya sama sekali ia tidak sedang pasang badan untuk Ahok, ia sedang membela NKRI dan Pancasila yang sedang dirongrong habis oleh sebagian kalangan dengan mengatasnamakan keyakinan agama.

Bagi saya, untung masih ada Nusron, yang bagaimanapun juga mewakili sebagian hati nurani dan aspirasi yang tulus dari warga negara ini demi tegak terusnya bangsa ini!
 
 
Penulis : 
Andi Setiono Mangoenprasodjo 
( Mantan Dosen UI)

Thursday, October 27, 2016

FPI, HTI adalah Islam Kemarin Sore yang Tidak Layak Ada Di Indonesia




alirantransparan.blogspot.co.id - Harap diingat dan dicatat bahwa semenjak Walisanga berdakwah di Nusantara pada abad ke 14 atau sejak Nahdlatul Ulama didirikan tahun 1926 tidak ada satupun ajaran yang mengajarkan untuk membenci dan memaki umat agama lain. 
Tidak ada ajaran yang mudah menyesatkan dan mengkafirkan saudara seagama yang berbeda pemahaman dengan kita. Tidak ada ajaran yang gampang melabeli orang lain sebagai �musuh Islam�.

Tidak ada ajaran yang sedikit-sedikit mengatakan "halal darahnya". 

Tidak ada ajaran yang menyuruh menyebarkan fitnah, hoax dan kabar bohong.

Tidak ada sama sekali ajaran untuk menjadi pelaku kekerasan dan teroris yang menebarkan rasa takut dan rasa tidak aman. Juga tidak ada ajaran untuk menghasut serta menghancurkan pemerintahan yang sah.
Semua ajaran aneh penebar kebencian itu kebanyakan berasal dari aliran Islam kemarin sore yang banyak bermunculan dan diimport secara ilegal sejak jatuhnya Orde Baru dan munculnya era Reformasi tahun 1998. FPI, HTI, MMI, FUI dan ormas2 kemarin sore lainnya memang tidak layak ada di Nusantara. 
Lebih baik mereka pindah dan kembali ke asalnya sana saja yang tandus dan gersang. Jangan bawa ideologi dan hobi perang kalian ke negeri yang damai, ramah dan indah ini.....!!!Kami agama damai, jika tidak percaya saya pentung kamu.....!!! (logika gagal paham)

Oleh : Muhammad Zazuli 
via nkrijayanews.blogspot.com

Entah Kapan Daerah Saya, Riau, Punya Pemimpin Seperti Ahok? Bersyukurlah Warga Jakarta





alirantransparan.blogspot.co.id - Gara-gara Ahok, Anak Tidak Mampu Bisa Kuliah di 26 Universitas Ini Bisakah kita bayangkan apa jadinya jika Pilkada DKI 2012 warga DKI tidak memilih Jokowi � Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernurnya?? 

Tidak akan pernah ada namanya kejadian ini. Tidak akan ada yang namanya sungai mulai dibersihkan dan bantaran sungai dipulihkan. Tidak ada namanya pelayanan publik yang lebih baik. Semua hanya angan dan mimpi saja bagi kita melihat Indonesia bisa menyamai negeri lain. Kini, semua itu seperti dimungkinkan karena memilih pemimpin yang tepat. 

Mantan Menteri Anies Bawedan � Pengusaha Sandiaga Uno belum tentu bisa melakukan ini karena tersandera gerombolan mafia yang mengusung mereka, pensiunan Mayor Agus Harimurti dan Mantan Pejabat pemprov Sylviana Murni akan sangat sulit karena pengalaman memimpin Agus masih rendah dan tidak siap secara mental memimpin DKI. Ahok tidak tersandera kepentingan apapun dan sudah sangat matang memimpin sebagai Bupati, menjadi anggota DPR, Wakil Gubernur dan kini sebagai seorang gubernur. 

Bukan itu saja, mental Ahok menghadapi para mafia sudah teruji. Saya hanya mau katakan bahwa perubahan besar di daerah kita hanya akan mungkin terjadi jika memilih pemimpin yang tepat. Memilih bukan karena kedekatan SARA tentunya. Melainkan memilih dengan melihat integritas dan kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin dan manusia seutuhnya. 

Kalau anda memilih pemimpin yang tersandera kepentingan dan punya pengusung mafia, maka lihatlah 5 tahun ke depan APBD besar tetapi rakyat tetap miskin dan daerah tetap kumuh dan bahkan bisa saja bertambah. Entahlah mungkin karena kemiskinan bukan masalah data tetapi rasa. 

Karena itu bersyukurlah wahai warga jakarta karena engkau memiliki pemimpin bernama Ahok yang tidak mementingkan diri sendiri dan golongan, melainkan memikirkan rakyatnya tanpa melihat SARA. Walau dia dianggap gila, kasar, bengis, dll dia tetap saja memberikan jatah yang sama asal punya KTP DKI. 

Dia ngotot hanya ingin menyelamatkan uang rakyat dari gerombolan mafia supaya bisa disalurkan secara adil kepada masyarakat. Karena itulah Ahok dipilih dan dia pun melaksanakan amanah tersebut. 

Entah kapan daerah saya Pekanbaru Riau punya Walikota atau Gubernur seperti Ahok. 

Semoga saja dengan terus menolong Ahok kembali menjadi Gubernur DKI jakarta akan menjadi gaung hebat kepada daerah lain khususnya juga di daerah saya. Tetap optimis bahwa daerah lain bisa punya program sebagus ini supaya yang tidak mampu diberikan pendidikan yang adalah modal utama bangkit dari kemiskinan. Salam KJMU. (fb)