Latest News

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Thursday, October 6, 2016

Mengapa Ahok Harus Menjadi Gubernur DKI? Simak Pendapat Tokoh-tokoh Ini



alirantransparan.blogspot.co.id - Mari kita simak pendapat orang-orang terkenal berikut ini tentang sosok Ahok;

BUYA SYAFII MAARIF (Mantan Ketua umum Muhammadiyah) : " Saya ikuti sepak terjang Ahok selama ini, meskipun belum kenal secara pribadi, Dia sosok pemimpin petarung yang mungkin sudah putus urat takutnya. Urusan MEMBELA DUIT RAKYAT DIA TAK KEPALANG TANGGUNG PASANG BADAN MESKI DI KEROYOK PARTAI-PARTAI DI DPRD. Saya tidak pernah meragukan ke-Indonesiaan Ahok. Terobosan dia bukan hanya soal korupsi saja, tapi ada nilai-nilai yang lain" 

ADDIE MS : "Mencari orang pintar itu banyak, tapi cari orang pintar, jujur, berani, sekaligus tegas itu, sekarang ini saya rasa cuma pak Ahok" 

GIRING NIDJI: "Karena kita sudah melihat begitu banyak hasil konkrit dari keputusan keputusan beliau. Kami ingin Jakarta menjadi kota yang terbaik untuk anak-anak kita. In Ahok we trust" 




AFGAN SYAH REZA : "Dia bukan pemimpin yang cuma ngasih janji, dia berhasil bikin gue pengin ikut turun tangan buat memperbaiki indonesia" 

ALWI SHIHAB "Lebih baik Indonesia dipimpin bukan orang muslim tapi adil, daripada dipimpin orang islam tapi zalim" 

ARSWENDO ATMOWILOTO : "Tuhan menempatkan Ahok sekarang ini, untuk contoh siapa yang harus diikuti, siapa yang anti korupsi. Jangan sia-siakan anugerah-Nya" 

BIMBIM SLANK : "Bukan karena gue ngefans ya, tapi karena logika politik, enggak ada yang bisa melawan track recordnya. Kecuali ada orang yang bisa punya track record lebih panjang. Dia (Ahok) the best, dia masuk revolusinya Slank. Nggak ada lagi yang bisa gantiin. Gue ngefans sama Ahok, Ahok justru revolusioner ya. Selama ini, kita kalau ngelihat dia marah-marah ke pejabat, kita malah syukur-syukur". 

DARWIS TRIADI : "Sudah ratusan ribu wajah saya foto, dan saya tahu betul membaca wajah dari pengalaman saya. Dan wajah Ahok itu jujur, tegas dan komitmen" 

DONI BASTIAN : "Bila Ahok sampai gagal menjadi Gubenur DKI, maka seharusnya yang menyesal bukan Ahok, tapi seluruh warga DKI jakarta. Jika ada yang mengusulkan Ahok menjadi Pahlawan Anti Korupsi, maka saya yang pertama kali mendukungnya" 

IWAN FALS : "Semalam saya nonton Ahok di Kick Andy, sampai mau nangis lihat Ahok bela rakyat. Dia orangnya tegas, apa adanya. Dia seperti Oase. Saya senang lihat Ahok ceplas ceplos dan tanpa beban. Semoga bisa mimpin Jakarta dengan baik sehat terus. Saya kagum karena Ahok pemimpin yang berani, nyalinya gede dan bicara apa adanya." 

RANO KARNO : "Kesiapan Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi banjir perlu mendapat apresiasi. Cepat surutnya genangan air menandakan perbaikan drainase telah membuahkan hasil." 

RIDWAN KAMIL : "Yang menolak Ahok karena ia Tionghoa adalah orang bodoh." 

SUSI PUDJIASTUTI : "Mencari figur seperti Ahok tidak mudah di negeri ini, saya salah satu yang mengaguminya." 

TITO KARNAVIAN (KAPOLRI) : "Saya ucapkan terima kasih, terima kasih, terima kasih, kamsiya. Beliau ini Gubenur yang konsisten antara ucapan dan perbuatan. Cepat sekali mengambil keputusan. Ucapannya tidak sekedar janji surga." 

YENNY WAHID : "Hanya orang yang berhati kotor yang tidak bisa menilai kebaikan Ahok." 

ZAZKIA ADYA MECCA : "Sikap terbuka Ahok telah membuat Jakarta menjadi lebih transparan. Kerja Ahok juga lebih konkret dan cepat dalam bertindak." 

HAYONO ISMAN : "Saya melihat ketiga calon ini, yang tidak dadakan hanya pak Ahok dan pak Jarot. 

DKI Jakarta, rakyat Jakarta membutuhkan Gubernur yang siap bekerja, yang sudah terbukti, yang sudah paham dengan kondisi Jakarta, dan yang paling penting bisa dekat dengan rakyat dan berani melawan pembegal uang rakyat. Siapa lagi kalau bukan Ahok? (Qisha Fadira)

Wednesday, October 5, 2016

Orang Miskin Jaman Sekarang Lebih Enak Dibanding Jaman Dulu?

 


alirantransparan.blogspot.co.id - APA YANG AHOK LAKUKAN BIKIN GUE IRI BANGET SEBAB PEMERINTAH SAAT ITU PERNAH BERLAKU TIDAK ADIL TERHADAP GUE DAN ORANG2 MISKIN LAINNYA. 

Jadi orang miskin jaman sekarang enak ya. Tinggal bangun rumah di tanah negara, tunggu gusuran lalu direlokasi ke rusunawa sekualitas apartment, fully furnished pula. Tidak perlu menabung, tiba2 dapat rusunawa mewah. Bandingkan aja harga apartment sekarang. 

Bandingkan dengan rumah pertama yang gue beli tahun 1990, berupa RSS (Rumah Sangat Sederhana) Cipondoh Makmur, Tangerang, Tipe 21, cicilan sebesar Rp 21 ribu/bulan selama 20 tahun, uang muka (DP) sebesar Rp 2,5 juta. Jadi kagak gratis ya. Cuma kentut doang yang gratis. 

Kalian mau tahu kondisi RSS tersebut?? 

Kualitas bangunannya amit-amit pake banget. Kusen mengsong, pintu mengsong, dinding batako dengan plesteran super irit semen sehingga bila disentuh jari aja tuh plesterannya gompel. Tidak ada kamar jadi ya blong aja begitu. Ada halaman kecil di depan tapi tidak ada pagarnya. Sempat ditipu sama orang pemasarannya pula. Bilangnya ada air PAM, gak tahunya cuma pompa dragon (pompa tangan) yang waktu dipasang kagak keluar air. Jadi harus panggil tukang gali sumur/tukang bor alias keluar biaya lagi karena ternyata lubangnya cetek banget cuma 3 meter jadi harus dibor lagi hingga 12 meter sampe keluar air. Bangsat banget pengembangnya :(

 
Gue hidup irit banget biar bisa nabung buat renovasi rumah. Setahun terkumpul tabungan gue pake buat renovasi bagian depannya dulu biar tuh rumah kagak kelihatan jelek banget. Ganti pintu, kusen, dan jendela karena kayunya rusak dimakan rayap. Tembok depan terpaksa dibobol abis/dibuang. Pasang bata biar kuat. Demikian seterusnya proses renovasi gue lakukan secara bertahap dan selesai selama lima tahun. Bayangkan aja buat renovasi rumah sekecil itu aja gue butuh lima tahun menabung dengan hidup irit seirit-iritnya. 

Soal lokasi??? 

Aduhhhhhh perasaan jauh banget. Ada kereta rute Jakarta - Tangerang tapi kondisinya persis kayak kandang ayam, jorok dan dekil. Jadwalnya juga tidak menentu. Kadang ada, kadang tidak ada, sampe2 gue illfeel banget sama yang namanya PT KAI. Itulah sebabnya gue sempat norak banget bikin rekaman video kereta api sekarang. Kualitasnya superb dah dibandingkan di era gue dulu, tuh kereta persis kayak gerobak sampah. Jadi gue lebih memilih naik angkot dan bis sementara lokasi gue kerja di lima wilayah Kota Jakarta sebagai guru les. Kerjaaan gue dulu muterin Jakarta. Bener2 gue tua di jalan. 


Sedih banget kalo gue ceritain kondisi tahun tahun awal gue berumah tangga. Semua gue lakukan demi anak istri, keluarga kecil gue karena gue mau hidup mandiri, ogah ngontrak apalagi bangun gubuk di tanah negara atau bantaran kali. Selain menyalahi aturan, kalo dibongkar bikin sakit hati. Gue ogah sakit hati. Di era gue dulu, sudah sering terjadi pembongkaran rumah2 liar. Memang warganya aja yang pada bandel. Mereka balik lagi dan lagi.(Sandrak L Bintang via Ary Prasetyo Fb)

Thursday, September 29, 2016

Membongkar Kedok Said Iqbal, Presiden KSPI Mantan Caleg PKS, yang Ajak Buruh Demo Tuntut Cabut UU Tax Amnesty dan Tolak Ahok



Indoheadinenews.com - Seperti diketahui Said Iqbal adalah mantan Caleg PKS untuk DPR RI dari Dapil Kepri nomor urut 2 yang gagal total.

Rupanya kegagalannya melenggang ke Senayan membuat SI merubah kendaraan politiknya dari PKS ke KSPI (
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia). Pilihan yang wajar karena isu buruh adalah isu sensitive yang tentu banyak diliput oleh media. Dengan liputan media maka nama SI pun berkibar di jagad politik nasional terutama terkait isu-isu buruh.

Tentu kita masih ingat, dua tahun lalu SI memobilisasi massa buruh untuk melakukan demo di Jakarta. Dalam demonya, SI menolak Jokowi jadi capres dan menuduh bahwa kebijakan Foke dan Sutiyoso terhadap buruh lebih baik dibandingkan Jokowi.

Tentu saja pendapat SI mendapat kritikan tajam di media social karena asal njeplak dan tidak sesuai dengan fakta. Sekedar informasi, pada masa Foke rata-rata kenaikan UMP masih dibawah 10%, sedangkan pada masa Jokowi mencapai 44%. Dari data tersebut dapat dilihat, pada era Jokowi kenaikan UMP nya tertinggi sepanjang sejarah DKI. Jadi darimana klaim SI sehingga berani mengatakan bahwa Foke lebih baik dari Jokowi? 




Selain asal njeplak, SI juga lebih memilih jalur demo, mogok kerja dan kadang melakukan sweeping dibandingkan jalur diplomasi. Tuntutan SI juga sering tidak masuk akal yang memberatkan pengusaha. Tentu saja langkah politik SI mendapat kritikan dari sesama organisasi buruh. Bandingkan dengan organisasi buruh KSPSI pimpinan Andi Gani dan KSBSI pimpinan Mudhofir yang memilih mendeklarasikan Gerakan Buruh Anti Kekerasan (Gebrak) bersama 23 organisasi buruh lainnya.

Dalam pernyataannya Gebrak berikrar mengutuk keras tindakan kekerasan dan intimidasi dalam unjuk rasa buruh. Setiap aksi buruh harus santun, bebas dari tunggangan politik, bebas dari kekerasan dan intimidasi, tertib dan dilarang untuk memaksa buruh melakukan aksi demo.

Pernyataan Gebrak tersebut tentu saja ditujukan pada KSPI nya SI. Apalagi SI adalah mantan Caleg PKS untuk DPR RI dari Dapil Kepri nomor urut 2 yang gagal total. Jadi wajar bukan jika PKS berkoalisi dengan Gerindra maka SI pun harus membawa gerbong KSPI nya mengikuti gerbong PKS ke Gerindra.

Jadi masihkah anda percaya pada SI yang jelas-jelas menggunakan buruh sebagai kendaraan politiknya? (sumber: kompasiana/sang pujangga)


Hari ini Kamis, (29/9/2016) sejumlah kelompok buruh berencana untuk menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta.

Dalam unjuk rasa itu, mereka akan menyuarakan beberapa tuntutan, antara lain meminta pemerintah mencabut Undang-Undang Tax Amnesty dan menolak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok

Ironis! Dua hari setelah Presiden Jokowi dan Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) mengumumkan, deklarasi harta program pengampunan pajak (tax amnesty) yang saat ini tercatat sudah mencapai Rp2.514 triliun, merupakan yang tertinggi di dunia. Lalu tiba-tiba ada demo hari ini yaitu buruh menolak tax amnesty. Lucu!

Seakan-akan tidak suka dengan keberhasilan Jokowi dalam program pengampunan pajak (tax amnesty), sehingga dirasa sangat perlu untuk "diganggu". Mengatasnamakan buruh keberhasilan Jokowi didemo dan minta pemerintah mencabut UU Tax Amnesty yang jelas-jelas sangat bermanfaat bagi masyarakat ke depannya.

Dan yang lebih lucu lagi mengapa demo tolak Ahok? apa hubungannya dengan buruh-buruh yang ikut demo berasal dari Bekasi, Tangerang, Karawang?

Jadi patut diduga, Said Iqbal memiliki kepentingan politik dalam memperjuangkan hak-hak buruh.(Qisha Fadira)

baca juga: -  Indonesia Hebat! Deklarasi Harta Tax Amnesty Indonesia Tertinggi di Dunia, Lihat Daftar Perbandingannya Di Sini  

Bravo Presiden Jokowi! Gagasan Tax Amnesty Jokowi Melesat Terus, Pelaporan Harta "Tax Amnesty" Dekati Rp 2.000 Triliun  

Tommy Soeharto Akhirnya Putuskan Ikut Program Tax Amnesty, Tommy: Ini Sangat Bermanfaat Bagi Negara

Sunday, September 25, 2016

Puisi Balasan untuk Puisinya Fadli Zon Ini Ngena Banget! Rasain Loh Zon!



TUKANG KABUR

( Jawaban puisi Tukang Gusur )



Tukang kabur tukang kabur

Mengaburkan fakta apa yang sebenarnya ada


Bahwa rakyat miskin hanyalah alat propaganda


Mereka di pelihara bahkan dibina


Untuk mendulang banyak suara


Tukang kabur tukang kabur

Benarkah rusun rawa bebek menyedihkan ?


Tentu saja jika dilihat dari kacamata orang kaya


Yang hidupnya dari kaca ke kaca


Bukan dari mata mereka yang tiap hari rentan terserang malaria


Karena hidup berteman dengan eek yang mengambang dimana-mana.


Tukang kabur, wahai tukang kabur

Bicaralah secara fakta


Bukan karena ambisi politik semata


Anda teriak ketika banjir melanda


Tapi ketika ada yang mencoba memperbaiki sekuat tenaga


Memperbaiki kerusakan yang selama ini dibina..


Anda teriak juga..


Tanyalah diri anda, wahai tukang kabur


Anda itu teriak untuk apa ?


Tukang kabur, duhai tukang kabur

Sebelum menilai orang lain


Lihat di dalam rumah sendiri


Tidakkah anda lihat banyak kader anda yang korupsi ?


Belum lagi yang keluar negeri minta fasilitasi..


Malu dong sama Mukidi..


Oh tukang kabur..

Memang sakitnya tuh disini


Ketika ada kader terbaik yang terpaksa lari


Karena tidak mau disetir dan dipaksa korupsi


Enak dong, anda bahagia dia gigit jari..


Duhai tukang kabur

Bernimpilah yang panjang


Untuk bisa menguasai negeri ini


Tapi fakta berbicara


Alih2 jadi macan asia


Ternyata hanya sibuk naik kuda


Salam tukang kabur

Lidahnu adalah harimaumu


Berkacalah yang baik


Tidak akan pernah menang


Orang yang sibuk mencela orang


Tapi dirinya sendiri belepotan..



Salam,

23 September 2016

MUKIDI (*)

Bikin Ngakak! Beredar Foto Cagub dan Cawagub Bersama Jonru, Netizen: Bakal Kena Sial Semua

 
Para Cagub dan Cawagub DKI. Jakarta dan Jonru

alirantransparan.blogspot.co.id � Sebuah foto yang diposting oleh akun facebook Jonriah Jonru Ukur membuat para netizen menjadi tergelitik.

Hal tersebut lantaran foto tersebut menggambarkan sosok seorang Jonru bersama dengan Ahok, Anies, Sandiaga Uno, Agus Harimurti, dan Djarot Saiful Hidayat.

Seharusnya, di dalam foto itu ada juga Sylviana Murni yang notabene adalah calon wakil gubernur yang dipasangkan dengan Agus Harimutri.
Tetapi, foto itu sudah diedit dan Sylviana diganti dengan foto Jonru yang sedang mengenakan kaca mata.

Sontak saja, postingan tersebut langsung dibanjiri komentar dari netizen dengan nada yang agak negatif.

Komentar Netizen

Berikut adalah komentar dari netizen yang berhasil OkTerus.com dapatkan:

Shusaku Reincarnated kalau gini cara bekerja kutukannya gimana dong?

Aldo Gandara Alamat sial semua, nanti gubernur siapa jon ?

Faisal Adlan gawat kalo begini semua bisa gagal jadi gubernur ini

Abdul Arifin anehnya semua calon yg jadi maju gk prnh foto bareng jonru

Johan Permana Babig lu Jon bikin sial semua cagub pake foto bareng elu segala. Terus nanti siapa yg jadi Gubernur kalo semua udah foto (sial) sama elu.


Penulis: Budi (okterus.com)

Saturday, September 24, 2016

Semangat dan Kekuatan Santri dalam Perubahan Sosial, Santri Harus Jadi Penggerak Masyarakat




alirantransparan.blogspot.co.id - Kalau kita kaya wawasan, tidak akan gumunan atau kagetan. Itulah salah satu ciri santri yang diutarakan oleh Nur Said, M. Ag dalam bedah buku Santri Membaca Zaman yang diselenggarakan oleh PC IPNU Pati di aula Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA), Pati, Sabtu (24/09/2016) pagi.

Diskusi bedah buku dalam rangka memperingati 1000 hari wafatnya KH Sahal Mahfudz tersebut menghadirkan KH Abdul Ghoffar Rozin (Rektor IPMAFA), H. Nur Said, M.Ag (Penulis buku), Hasan Habibie, S.T, MSi (Pustekkom Kemendikbud RI) dan A. Dimyati, M. Ag.

Dalam diskusi ihwal konten buku, Nur Said sebagai penulis menjelaskan singkat latar belakang terbitnya buku yang ditulis keroyokan 25 penulis alumni Madarasah Tsyawiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus  itu.  �Hanya lewat whatsapp, dalam waktu sekitar 2 minggu terkumpul 25 tulisan, langsung edit, layout dan terbit,� terang Said.

Ia juga menyebut bahwa hadirnya buku yang dibidani oleh SantriMenara.Com tersebut memberikan efek akademis dan intelektual bagi kalangan pesantren karena dengan buku, akan hadir dunia pembaca, ruang diskusi dan dinamika pemikiran. �Adanya buku, melahirkan ruang diskusi bahkan sampai kapanpun,� katanya.

Intinya, dalam buku yang dilaunching berberengan dengan Ngaji Bareng Masyayikh Madrasah TBS beberapa waktu lalu itu berisi kegelisahan para penulis santri atas apa yang mereka lihat pasca mondok dan boyong dari pesantren.

Diungkapan oleh Said, buku Santri Membaca Zaman adalah ruang para santri melakukan counter culture kepada paham-paham ideologis Islam puritan dan radikal yang selama ini sering mengganggu muslimin ahlus sunnah wal jama�ah.

�Teman-teman yang menulis ternyata sudah mulai prihatin batas gerakan wahabi yang puritan dan radikal,� ungkap Said. Buku yang dibedah itu, lanjutnya, adalah bagian cara para santri memperteguh semangat dan kekuatan santri.

�Tidak ada motivasi apa-apa, hanya ungkapan cinta kepada masyayikh dan semangat iqra� dalam momentum harlah madrasah kemarin,� tambah Said. Nampak dalam buku ini, ujarnya, ciri-ciri santri, antara lain �santri itu teguh memegang akidah aswaja, toleran, dan kaya sudut pandang,� tandasnya di forum.

Keterangan tentang sejarah terbitnya buku tersebut ditanggapai positif oleh reviewer buku pertama, yakni Hasan Chabibie. Mantan Ketua IPNU Jawa Tengah ini berharap buku terbitan para Santri Menara ini paling tidak bisa menyumbang peningkatan literasi masyarakat kita yang masih lemah, peringkat ke 60 dari negara-negara yang disurvei. �Masyarakat kita sering tidak lengkap membaca konflik,� jelas Hasan.

Ia juga mengingatkan kalau literasi teknologi komunikasi dan informasi dunia santri dan pesantren saat ini sudah bergerak luar biasa sejak 10 tahun. �Orang mulai bangga memposting foto-foto di pesantren. Orang mulai bangga mempublikasi nadzom-nadzom yang dibaca di bilik-bilik kecil di pesantren,� terang Hasan berharap buku Santri Membaca Zaman bisa meneguhkan kebanggaan identitas santri seperti bangganya pemilik akun instagram santri memposting kegiatan mereka di pondok pesantren.

Meski begitu, A Dimyati, M.Ag, Rektor 1 IPMAFA yang menjadi pengulas kedua menyebut bahwa judul buku yang lebih pas adalah �Santri di Pusaran Zaman.� Alasannya, para santri di buku tersebut gelisah atas apa yang ia baca dan ditafsirkan setelah jadi alumni pondok. Itu kritik pertama dari Dimyati.

Menurut Dimyati, santri selama ini mengalami kesenjangan dengan realitas. Seakan-akan santri terpisah dari dunia nyata. Ia juga mengkritik cara berpikir santri yang mudah menerima tanpa kritis karena kagetan dan mudah kagum.

Selain itu, kesenjangan ekonomi ternyata tidak membuat santri gelisah dan bergerak secara makro dan tersistem. Sistem ekonomi yang menindas pada kenyataannya memang tidak membuat para santri merasa terancam.

Ini karena di kalangan para santri masih belum ada kesadaran massif untuk melakukan perubahan sosial. Padahal, dalam sejarahnya, santri zaman dulu adalah penggerak masyarakat sehingga menjadi berdaya.

�Santri itu tidak cukup hanya pintar, sholih dan jadug. Santri juga harus ada yang punya kemampuan untuk mengorganisir, mengonsolidasi untuk menggerakkan masyarakat,� kata Dimyati.

�Terus santri itu tugasnya apa sih sebetulnya, kok semuanya kayaknya dibebankan kepada santri semua seperti di buku ini?� tanya Gus Rozin, reviewer terakhir dari buku yang disebut Dimyati sebagai otokritik dari alumni kepada santri, pesantren  dan sistem pendidikan di dalamnya itu. Duh. Berat juga jadi santri. (smc)