Latest News

Showing posts with label Politik. Show all posts
Showing posts with label Politik. Show all posts

Friday, November 11, 2016

Din Syamsuddin : Masalah Utamanya Bukan Ahok, Tapi Ada Naga Raksasa yang Mencengkram Indonesia





alirantransparan.blogspot.com - Polemik kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur Nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil ahok makin kesini makin jadi pembicaraan banyak orang. Bahkan menurut media, kasus ini juga banyak dibicarakan di dunia luar.

Ahok dianggap telah menistakan agama Islam karena telah mengutip ayat Al-Quran dalam pidato politiknya. Penyataan �Dibohongi pake surat Al-Maidah ayat 51� memang menuai kecaman yang sangat keras terutama dari kalangan ulama dan habib. Akibat pernyataan ini, demo 4 november kemarin pun tidak bisa dihindarkan. Karena itu adalah panggilan Allah SWT untuk membela agama Islam yang suci dan agung.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menilai bahwa masalah utama dari ini semua ini bukan ahok Tapi Ada Naga Raksasa yang Mencengkram Indonesia.

Dikutip dari pojoksatu.id, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menilai ada ancaman besar dibalik polemik Ahok.

Din menekankan, Ahok jelas telah memberi penilaian (judgement) terhadap pemahaman orang lain dengan kata pejoratif. Tapi karena dia sudah minta maaf, menurut Din selayaknya dimaafkan asal tidak mengulangi lagi. Namun permasalahan yang ada lebih besar dari kejadian di pulau kecil itu.

�Permasalahannya, bahkan ancaman nyata, adalah fakta adanya kekuatan uang (the power of money) yang tengah menguasai Indonesia,� kata Din, Minggu (6/11).

Din pun menganalogikan kekuatan uang itu bagaikan cengkeraman naga raksasa yang sedang melilit NKRI yang kaya raya, dan satu persatu kekuatan penghalangnya dilumpuhkan bahkan dimatikan dengan uang. 

Proses ini dicermatinya tidak terlepas dari perkembangan geo-politik dan geo-ekonomi global dan regional.

�Sayangnya, Indonesia tidak memiliki mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism) karena infrastruktur nasional rapuh, sejak dari pemerintah, partai politik, ormas, sampai kepada pers, yang banyak terdiri dari orang-orang lemah baik iman, akal pikiran, dan komitmen kerakyatan,� ujarnya, miris.

Kondisi ini, menurutnya, akan membawa Indonesia mengalami malapetaka dan terjatuh dalam nestapa.
Sebelumnya mantan ketua MUI tersebut pernah meminta kepada umat supaya angan mudah terhasut apalagi anrkis.

�Saya minta, sampaikan pendapat dalam alam demokrasi.? Cuma tidak boleh anarkis. Jangan. Saya juga meminta masyarakat jangan terprovokasi. Jangan mudah dihasut. Hati-hati bisa jadi ada pelaku provokator. Sebaiknya persoalan ini jangan dikaitkan dengan pilkada apalagi kasus Ahok. Jangan dipolitisasi,� tandas Din.?(pojoksatu.com)

Thursday, November 10, 2016

Jika Terpilih, Sandiaga Janji Serap Aspirasi Warga Tiap Jumat. Berbeda dengan Ahok Setiap Hari Dengarkan Aspirasi dan Keluh Kesah Warga di Balai Kota




alirantransparan.blogspot.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno berjanji akan mengundang warga ke Balai Kota secara rutin apabila terpilih memimpin Jakarta. Undangan itu agar aspirasi warga bisa disampaikan.

"Iya akan dijadwalkan, minimal seminggu sekali pas hari Jumat. Karena kebetulan saya ingin mengunjungi masjid-masjid di seluruh pelosok Jakarta. Dan kita akan gantian dengan Mas Anies," kata Sandiaga di Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara, Rabu (9/11/2016).

Dia menjanjikan agenda rutin itu setiap Jumat. Bila ada hal yang mendesak, Sandiaga mengatakan akan turun langsung.

"Buka setiap hari Jumat ya. Rencananya kita ngumpul begitu ya ada makanan juga, di situ nanti sambil dengerin masukan warga," ungkapnya.

Menurut Sandiaga, selama ini warga merindukan tatap muka dari pemimpinnya. Dengan demikian, dia akan lebih sering turun ke masyarakat untuk menangkap aspirasi.

"Ini yang dirasa hilang selama 2 tahun terahir karena selama kita turun yang terakhir melakukan adalah Pak Jokowi. Jadi Insya Allah Anies-Sandi komit meneruskan program blusukan ini untuk mendengar masukan dari masyarakat. Dan kita tidak pernah merekayasa, masukan mereka sangat orisinil, betul-betul keluar dari lubuk hati mereka, ada yang curcol, dan memang betul-betul senang ketemu pemimpinnya," papar cawagub yang diusung PKS dan Gerindra ini.

"Sayangnya dua tahun terakhir tidak ada program dari Pemprov untuk menangkap aspirasi warganya. Makanya selama satu tahun ini saya lakukan," lanjut Sandiaga.


Setiap Hari, Warga Selalu Mengadu Kepada Ahok di Balai Kota


Setiap hari warga selalu mengadu berbagai keluhan kepada Ahok di Pendopo Balai Kota, tapi hal itu semua pasti Ahok akan meladeninya setiap hari. 

Setiap pagi, sebelum ahok datang di Balai Kota, sudah terlihat banyak warga yang menunggu kedatangan Ahok untuk mengadu suatu keluhan. Warga biasanya menggunakan alat map atau berkas untuk megadu kepada Gubernur DKI Jakarta ,


Dan Sebenarnya apa alasan Basuki Tjahaja Purnama selalu meladeni berbagai keluhan yang di adukan oleh warga ?
Basuki berujar namanya juga pejabat, pelayan. Ya begitu, mau gimana lagi.

� Kalau kamu tidak mau di temui dia, dia kan tetap nunggu kamu. Meskipun kamu tutup. Masalh mereka gak akan kelar, jadi mendingan ketemu,� imbuh Ahok.

Basuki Tjahaja Purnama juga mengutarakan, semua aduan warga sebenarnya bisa saja untuk tidak di ladeni jika saja berkirim surat ke pihak lain. Sementara itu, Basuki mengaku bahwa dirinya lebih suka bertemu langsung dang mendengar semua keluhan dari warga. Di bandingkan dengan harus membaca surat aduan ataupun keluhan yang di kirim melalui SMS.

�Kalu face to face dengan orang nya langsung kan, bisa tahu di bohong apa enggak. Dari mata nya ketahuan, laporan dia benar apa tidaknya nya kan juga ketahuan,� ucap Basuki.


(detik.com &lensaremaja.com)

Wednesday, November 9, 2016

Jokowi Ungkap Ciri-ciri Aktor Politik yang Tunggangi Demo Ahok, Begini Ciri-cirinya





alirantransparan.blogspot.com - Pernyataan Presiden Jokowi soal adanya aktor politik yang menunggangi demonstrasi 4 November yang berujung ricuh hingga kini masih menjadi misteri. Siapa aktor politik yang dimaksud belum diungkap Jokowi.

Namun, sedikit demi sedikit ciri-ciri siapa aktor politik yang dimaksud mulai terbuka. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, aktor politik itu tidak perlu dispekulasi, sebab sudah terlihat jelas saat aksi berlangsung pada Jumat lalu.

"Ya enggak usah ditanya (siapa aktor politik yang dimaksud). Itu dilihatkan, Anda lihat bahwa ada tokoh-tokoh politik yang masuk dalam arena demonstrasi. Itu kan muncul," ujar Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/11).

Wiranto menuturkan, aksi unjuk rasa yang berujung ricuh itu seharusnya tidak terjadi jika masyarakat percaya kepada pemerintah. Apalagi sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menginstruksikan kepada Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian untuk memproses hukum perkara dugaan penistaan agama Islam secara tegas dan cepat.

"Pemerintah tidak akan intervensi, tidak campur tangan. Berarti proses hukum itu adil, sesuai dengan proporsi hukum yang berlaku. Pas Jaminan itu muncul, kita harapkan masyarakat tenang dan menunggu dari proses hasil itu," jelas Wiranto.

Seperti diketahui, dalam demonstrasi 4 November lalu dua anggota DPR yang juga kader partai politik turut hadir yakni Fahri Hamzah dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Fadli Zon dari Partai Gerindra. Selain itu, Amien Rais yang juga Ketua Dewan Kehormatan PAN ikut hadir.

Sementara itu, politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan aktor politik yang disebut Jokowi berasal dari pimpinan salah satu partai. Namun demikian, Ruhut enggan menyebut sosok yang dimaksud.

"Bukan hanya itu. Yang lain-lain banyak kalau kau lihat di dalam. Kita ada rekamannya semua. Kita tahu dia pimpinan partai. Jangan lah ku bilang enggak enak lah bos," kata Ruhut saat dihubungi, Selasa (8/11).

"Ya ketua-ketua partai macam-macam, kan kita lihat bos. Tapi biarin saja mereka, kalau enggak merasa jangan kebakaran jenggot," sambungnya.

Jubir tim pemenangan Ahok- Djarot ini setuju dengan Jokowi soal adanya keterlibatan aktor politik yang memicu kerusuhan demo kasus penistaan agama yang diduga dilakukan Ahok.

"Apa yang dikatakan Bapak Jokowi 100 persen betul. Begini deh, di lapangan kan terang benderang direkam semua. Siapa-siapa orang di lapangan itu benang merahnya kan ada partai politik itu kan. Ada dong, betul enggak bos," katanya.

Ruhut mengatakan elite parpol yang dimaksud mulai 'kebakaran jenggot' dan naik pitam atas temuan Jokowi. Hal itu terlihat dari pernyataan sejumlah elite parpol yang mengecam pernyataan Jokowi pada Sabtu (5/11) dini hari di Istana Negara.

"Kau lihat statement. Banyak kan yang marah-marah, mengecam Pak Jokowi. Kenapa mesti mengecam Pak Jokowi. Pak Jokowi 100 persen pernyataannya benar kata Ruhut sitompul. Aku kasih nilai 100 kalau tidak merasa jangan marah-marah, jangan kebakaran jenggot," katanya.(merdeka.com)


Monday, November 7, 2016

Antasari Bebas, Gurita Mafia Cikeas Bakal Terbongkar, SBY Was Was




alirantransparan.blogspot.com - Mantan Ketua KPK Antasari Azhari akan bebas setelah menjalani masa tahanan di Tangerang.

Loyalis Mantan Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrus, Gede Masak ikut berkomentar tentang bebasnya Antasari Azhar di akun Twitter ?@G_paseksuardika. "Selamat. Sepertinya akan ada yang panas dingin," kicaunya.

Banyak followernya yang mempertanyakan maksud dari kalimat tersebut.

"Siapa bli @G_paseksuardika ? Mantan bos bli kah? ???????????? @edwardlekawael".

Tentu saja yang dimaksud Gede Maksud itu Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

Selama ini ada opini publik yang beredar banyak Antasari masuk penjara merupakan konspirasi jahat pihak Istana saat SBY berkuasa. Pada saat Antasari Ketua KPK berkeinginan untuk membongkar dugaan kasus kecurangan Pemilu 2014.

Selama ini kasus Antasari penuh misteri dan ada dugaan keterlibatan Istana yang menyebabkan mantan orang nomor satu di lembaga antirasuah masuk penjara.

Publik pun masih ingat sosok wanita bernama Rani Juliani yang berprofesi sebagai cady golf. Sampai sekarang sosok Rani pun telah menghilang, kemungkinan diselamatkan orang-orang tertentu.

Dalam kasus Antasari, Rani ini dikabarkan selingkuh dan berada di kamar hotel bersama mantan Ketua KPK.

Sedangkan Antasari sendiri mengakui siap untuk membagi pengalamannya saat pernah menjabat sebagai ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Diakuinya, banyak pengajar yang tumbuh dari teori saja. Namun, dirinya memiliki pengalaman dalam bidang hukum serta ditompang teori. 


Antasari dipecat Susilo Bambang Yudhoyono

Harta dan jabatan seketika terenggut dari Antasari Azhar selepas kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnen mencuat.

Dia dicopot oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari jabatannya sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Antasari juga harus mendekam di penjara karena divonis 18 tahun penjara. Hakim menganggap dialah otak di balik pembunuhan itu.

Semenjak tidak lagi bekerja dan disibukkan dengan kasus hukum, keluarga Antasari terpaksa menjual mobil dan berbagai perhiasan untuk bertahan hidup.

Cobaan itu dihadapi Antasari dengan santai. Dia mengaku, karena tak lagi mempunyai kendaraan, selepas bebas nanti, dia ingin pulang ke rumah menggunakan angkot.

"Sekarang nggak punya mobil. Sudah dijual. Gampanglah (setelah bebas), nanti saya naik angkot," kata Antasari dalam wawancara dalam program Aiman di Kompas TV yang tayang pada Sabtu (16/1/2016).

Antasari rupanya juga sudah mulai menyurvei angkot yang harus dinaikinya nanti ketika bebas. "Ada itu angkot jurusan BSD," seloroh mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan itu. 



baca juga : - FULL DI SINI!! Membongkar Rekayasa Kasus Antasari Azhar

- Bikin Nangis! Kisah Haru Antasari Azhar, Semuanya Terjual, Bahkan Sekarang Naik Angkot!

sumber: hatree.net

Sunday, November 6, 2016

Dibahas Di Sini.. FULL!! 12 Kejanggalan Pidato SBY tentang Demonstrasi




alirantransparan.blogspot.com - Tulisan ini menggunakan analisis retorika untuk melihat bagaimana SBY menyampaikan pidatonya di Puri Cikeas. Caranya adalah membedah kalimat dalam isi pidato dan membahas bagaimana overall arguments, pengaturan ide, dan istilah penting yang selalu diulang.

Tetapi, saya tekankan, it doesn�t need to take a genius untuk memahami banyaknya keganjilan di pidato SBY.

Jangan pula membaca kata �retorika� ini menjadi sekedar lips service, sebab retorika merupakan sebuah seni untuk menyampaikan pesan. Begitu pula dengan SBY, pidatonya memang memiliki makna yang dalam untuk berbagai publik yang terbagi dalam tiga kubu. Mereka yang pro dengan demontrasi, mereka yang netral, dan mereka yang kontra pada demonstrasi karena melihat berbagai macam indikasi.

Hampir 50% isi pidatonya, yakni selama 35 menit, SBY berusaha menjelaskan mengenai demonstrasi 4 November dan kasus Ahok. Oleh karena itu, inilah poin yang akan dibahas dalam analisis ini.

Blunder SBY mengenai Demonstrasi 4 November

1. SBY mengulang sebanyak dua kali bahwa �Unjuk rasa bukan kejahatan politik.� Kemudian, ia menekankan bahwa unjuk rasa pada masa pemerintahannya selalu ada dan SBY selalu meminta ajudannya untuk mencatat permohonan dalam tema unjuk rasa.
 
Pada kesempatan ini, SBY seolah menunjukkan persetujuannya pada demonstrasi, apa pun bentuknya. Demonstrasi bukan kejahatan politik. Ini sebenarnya adalah pernyataan yang cukup utopis atau terlalu idealis. Demonstrasi boleh dilakukan, tetapi yang menjadi permasalah sebenarnnya adalah content atau isi demo-nya.

SBY mengatakan bahwa pada masa pemerintahannya, ajudannya akan mencatat tema dan isu demo untuk dijadikan pertimbangan pengambilan kebijakan. Tidak dijelaskan, mana yang akhirnya dijadikan kebijakan, mana yang demo-nya tidak perlu digubris, mana yang demo-nya dijadikan indikasi ada sesuatu yang lebih besar agendanya. Di sini, SBY gagal melakukan karakterisasi bentuk demonstrasi yang bermacam-macam.

Sebaliknya, statement pendek Jokowi, justru berhasil membuka tabir, bahwa content dari demo adalah masalahnya. Jokowi mengidentifikasi bahwa demonstrasi boleh, tetapi demonstrasi bukanlah hak untuk memaksakan kehendak maupun hak untuk merusak.

2. Pada kesempatan berikutnya, SBY pun menyebut JK untuk mengingatkan bahwa polisi jangan main tembak agar tidak terjadi hal yang sama dengan tahun 66 dan 98 yang mengubah sejarah.

Kalimat ini cukup unik. SBY mungkin mendengar bahwa ada upaya tembak di tempat sebagai usaha terakhir jika demonstrasi berakhir rusuh dan tidak terkendali. Bukankah ini prosedur yang sudah ia ketahui selama 10 tahun? Mengapa tiba-tiba ia khawatir polisi akan asal tembak?

SBY gagal menangkap bahwa ini adalah sebuah rumor. Seperti yang disampaikan oleh Polri, "Di Polri tidak ada perintah untuk menembak di tempat dalam pelaksanaan pengamanan demo," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/10).

Bisa juga, statement itu dikeluarkan untuk membawa rasa aman bagi demonstran agar tidak perlu takut maju karena SBY pun sudah memperingatkan polri.

Anehnya, SBY mengaitkan demonstrasi ini dengan tahun 66 dan 98, yang mana pesan dan pelaku demo-nya pun berbeda. Apalagi, pemerintahannya juga berbeda. Pada saat itu, demo dilakukan oleh para mahasiswa untuk melepaskan diri dari tirani pemerintah. Tetapi kini, siapa dan apa pesan demonstran?

Pertama, demo kali ini dilakukan oleh ormas Islam yang cukup radikal, bersama dengan mereka yang mendukungnya. Kedua, kata-kata berbahaya dalam demo seperti, �Bunuh, Bakar, Pancung, Penggal, dan lain-lain� seolah dilupakan atau dinihilkan oleh SBY.

Ketiga demo kali ini juga seolah menekan penegak hukum untuk manut dengan keinginan mereka, alih-alih membiarkan proses berjalan seperti apa adanya. Demo ini seperti sekedar pemuas nafsu dan amarah mereka-mereka yang berkepentingan. Entah SBY is missing the point atau is trying to miss the point.

3. Ketiga, SBY juga kembali membahas intelejen yang tidak boleh sembarang menuduh, karena itu sama saja dengan fitnah. SBY juga menjelaskan bahwa jika urusannya adalah masalah nurani, tidak perlu menggunakan uang. Apalagi, akidah, yang banyak orang di dunia ini bersedia mati untuk itu.

Zaman SBY, ia selalu mengagungkan informasi intelejen. Bahkan dalam pidatonya usai Bom Mariott, SBY menyatakan bahwa ia menjadi target teroris. �Ini data intelejen!� Seolah-olah itu adalah data paling sahih. Pada waktu itu, kritik menyampaikan bagaimana SBY blunder karena tidak bersimpati terhadap korban, malah meminta simpati berdasarkan data intelejen. Kini, ia membredel kekuatan dan kemampuan intelejen, bahwa mereka asal tuduh.

Selain itu, kalimat berikutnya seolah meyakini bahwa bisa saja demonstrasi tanggal 4 November itu tidak menggunakan uang, tetapi karena akidah. Disini SBY gagal membaca demo lebih jauh atau bisa juga SBY sedang berusaha keras untuk berdalih.

Pada beberapa kesempatan terbuka yang diliput oleh media, informasi dana demonstrasinya jelas. Misalnya menurut Bachtiar, dari GNPF_MUI, total dana untuk demonstrasi kasus penistaan agama Ahok, Jumat (4/11/2016), mencapai Rp 100 miliar. "Bukan hanya Rp 10 miliar, nyatanya, mungkin lebih Rp 100 miliar. 

Kami disubsidi lebih dari Rp 100 miliar," ungkap Bachtiar di hadapan awak media. Disinilah kejanggalan yang disinyalir oleh pemerintah bahwa ada penyandang dana demonstrasi ini. SBY pun menihilkan rekaman ini di media massa.

4. Lalu, statement yang lebih kontroversial lagi adalah SBY membahas Arab Spring. SBY menyebut bahwa itu adalah sebuah leaderless revolution. �Jadi jangan menyimpulkan ini yang menggerakkan, ini yang mendanai.�

Pada poin tersebut SBY berperan seperti anak yang polos. Ia menganalisis bahwa Arab Spring terjadi tanpa pemimpin tetapi karena kekuatan media sosial. Ia juga melarang penyimpulan penggerakan demo dan pendanaan demo. Ada dua poin yang ganjil sekaligus sangat berbahaya disini.

Pertama, SBY lupa atau mungkin sengaja mengarahkan informasi mengenai Arab Spring sebagai bentuk protes yang generic dan natural. Padahal latar belakang Arab Spring adalah pemberontakan by designed yang mengandung kekerasan massal pada pemerintah otoriter selama puluhan tahun dan ditunggai oleh kelompok Ikhwanul Muslimin, salah satunya di Mesir.

Mereka menggunakan simbol rabia atau empat jari, yang saat ini juga sudah beredar terang-terangan di seputar demonstrasi tanggal 4. Ini sangat berbahaya karena menunjukkan bagaimana demonstrasi ini punya ancaman seperti Arab Spring yang sangat berbeda konteksnya dengan Indonesia.

Kedua, SBY justru seolah melegitimasi jika sampai demonstrasi ini nantinya akan berujung seperti Arab Spring, dengan menyatakan bahwa ini adalah leaderless revolution. Pelarangan untuk menyimpulkan bahwa demo ini digerakkan dan didanai justru adalah pernyataan tumpul seorang mantan Presiden yang tidak mampu melihat resiko besar dari sebuah agenda demonstrasi.

5. Dalam membahas semua hal di atas, SBY tidak sekedar bicara. Ia mencari informasi dari pengemban negara. Baru ia bicara. Dari sini, SBY memulai dengan membahas tentang intellegent failure dan intelligent error. SBY terlihat mengangkat rumor dan desas-desus keterlibatannya dalam demonstrasi tanggal 4 November ini  dengan mengkritisi intelligent, agar tidak ngawur dan tidak asal tuduh. Menurutnya, ini sangat berbahaya dalam kehidupan bernegara.

Pada poin tersebut, SBY berusaha mengidentifikasi dan menyimpulkan bagaimana informasi ini ia peroleh. Lucunya, tidak pernah ada data intelejen yang bocor. Tidak pernah ada statement ke public yang muncul dan menggatakan SBY terlibat.

Yang muncul adalah simbol-simbol politis yang muncul dan membuat orang berpikir mengenai keterlibatan SBY. Paling banter yang viral adalah prediksi para ahli bukan-bukan seperti Denny Siregar, Aliffurahman, dan Kang Hasan. Siapa mereka? Bukan BIN. Hanya penulis populer yang suka berpikir liar. Justru dengan kalimat ini, SBY sedang menyatakan diri bahwa ia memang dicurigai intelejen.

Bisa saja, SBY mengelak dengan menunjukkan kegagalan intelejen. Tetapi, intel juga tidak akan gegabah. Pemikiran intel adalah pemikiran yang memuat possibilities atau hypothesis. Apakah itu salah? Menurut SBY itu error jika menyangkut dirinya.

Lebih lucu lagi, justru disini SBY blak-blakan bahwa ia dicurigai intel. Padahal intel tentu punya banyak teori, mengapa harus takut? Mengapa harus sampai memandulkan kemampuan perangkat negara dengan menganggap mereka ngawur?

Rekomendasi Melankolis Ala SBY

6. Rekomendasi menyikapi Demonstrasi 4 November ala SBY-SBY-nan adalah lebih baik lagi jika demonstrasi tidak perlu dilakukan jika masalahnya diselesaikan. Lalu apa masalahnya versi SBY? Barangkali menurutnya, karena mereka merasa tuntutannya tidak didengar. SBY menekankan �sama sekali tidak didengar dan diabaikan.� Lalu baru muncul, bahkan sampai lebaran kuda pun unjuk rasa masih ada.

Lagi-lagi, disini SBY menutup mata pada data yang menyebutkan bahwa polisi sudah meminta keterangan banyak saksi, Ahok sendiri menghadap ke kepolisian, dan justru FPI sebagai saksi yang memperlama prosesnya. FPI minta ditunda untuk bersaksi di kepolisian.

Kata �sama sekali tidak didengar dan diabaikan� menjadi sangat tendensius untuk melegitimasi demonstrasi. Kata-kata ini sangat menyolot api untuk mendukung kelompok bacok senggol, yang gampang emosi. Ini untuk menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi tidak melakukan apa-apa. Padahal terang di media massa, proses sedang berlangsung.

Lebaran kuda pun disinggung untuk memecah suasana yang tegang. Tentu ini sangat politis, karena sedang menyinggung pertemuan �tumben� antara lawan politik Jokowi dan Prabowo. Justru, ini menunjukkan kecemburuan dan ketidaknyamanan SBY pada pertemuan mereka.

Lebih lagi, ini mendorong asumsi yang menyebutkan bahwa Prabowo tidak terlibat. Dengan kata lain, SBY seolah mengancam, �Bahkan Jokowi dan Prabowo maaf-maafan seperti lebaran pun, demonstrasi ini akan tetap ada.� Kenapa SBY bisa yakin demonstrasi ini akan terus ada? Tahu darimana? Jangan-jangan� Get it?

7. �Mari kita bikin mudah urusan ini, jangan dipersulit. Sekali lagi, mari kita bikin mudah.� SBY melanjutkan reasoning-nya. Pak Ahok dianggap menistakan agama. Lalu masuk ke poin bahwa menistakan agama tidak boleh secara hukum. Jadi, kalau ingin negara ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan, maka pak Ahok mesti diproses secara hukum.

Ini adalah wacana yang berkembang di kalangan pendukung demonstran. Cerita yang diulang-ulang sebagai dalih demonstrasi. Persis sama. Sebuah ancaman. Kalau tidak begini ya, jangan salahkan kalau nantinya begitu. Melegitimasi amarah, agar keinginannya terkabul. Ini dilakukan oleh seorang mantan Presiden. Tidak heran, para pendukung demo memiliki wacana yang sama.

Ini juga adalah pernyataan kompor njleduk yang sama bobotnya dengan mengancam pemerintah. Jangan heran kalau Indonesia pecah oleh amarah jika Ahok tidak diproses hukum. Padahal Ahok SEDANG diproses hukum. Lalu proses yang mana lagi yang dia inginkan?

8. �Jangan sampai dianggap beliau kebal hukum. Ingat equality before the law. Kalau beliau diproses, tidak perlu ada tudingan beliau tidak boleh disentuh. Bayangkan, do not touch Pak Ahok. Bayangkan! Setelah pak Ahok diproses secara hukum, semua pihak menghormati. Ibaratnya, jangan gaduh.�

Kalimat ini sangat blunder, tendensius, dan justru mengobarkan semangat demonstran bahwa mereka benar. �Kebal hukum,� begitukah tuduhan SBY pada Ahok maupun Jokowi?

Bahkan, ia memanas-manasi dengan mengangkat kata, �Bayangkan, do not touch Pak Ahok.� Ini adalah luar biasa blunder. SBY seolah sedang menyulut terus korek api yang sedang menyala hebat yang digaungkan oleh Habib Riziq dan kawan-kawannya.

Dengan kata-kata yang seolah bijak, yakni Ahok diproses secara hukum, ia mengatakan jangan gaduh. Tapi ini sangat membingungkan, proses apa lagi yang diinginkan SBY, wong proses jelas-jelas sudah berjalan?

9. �Tekanan yang mengatakan pokoknya Ahok harus bebas atau tekanan yang mengatakan, Agus, ulangi, Gubernur Ahok dinyatakan bersalah. Tidak boleh. Serahkan pada penegak hukum. Apakah pak Ahok tidak bersalah nantinya, bebas. Jangan ditekan. Biarkan penegak hukum kita bekerja� Bola sekarang di tangan penegak hukum. Jutaan mata orang memandang, mengikuti.�

Sampai pada kalimat ini, saya rasa SBY berusaha menunjukkan kenetralannya. Meski sebenarnya tidak, karena dengan kata �Jangan ditekan,� SBY lupa atau memang nglali, siapa sebenarnya yang selalu menekan aparat selama ini dengan demonstrasi-demonstrasi menuntut keinginannya dipenuhi. Tanpa peduli, apa itu justice system.

10. �Setelah pengadilan, mungkin ada yang puas, ada yang tidak puas... Ada aturannya... Itulah justice system.�

Pada pembelokan kalimat, �Setelah pengadilan�� ini yang unik. Apakah SBY tidak tahu, jika ada yang melaporkan, maka polisi tidak bisa serta merta menangkap seseorang dan mengadili tanpa bukti yang cukup dan kuat?  Apalagi sampai pada level pengadilan, yang secara eksplisit disampaikan oleh SBY.

Sampai saat ini, saya masih ambigu dengan berbagai pernyataan SBY. Tetapi tampaknya, taktik SBY adalah tetapkanlah Ahok sebagai tersangka. Tidak masalah Ahok menjalani pengadilan, ia tetap bisa punya hak sebagai calon gubernur yang kampanye. �Jika menjalani proses hukum, pak Ahok tidak akan kehilangan statusnya dalam Pilkada.� Jika pengadilan mengatakan Ahok bebas, maka bisa saja ia bebas. Jika tidak terima, maka bisa saja naik banding.

Taktik menjadikan Ahok tersangka dan tersandera dengan kasus sampai ke pengadilan, akan menguras energi dan suara pemilih. Tentu kita tahu, siapa yang diuntungkan. Oleh sebab itu itu, tampak sekali bahwa muatan politisnya tinggi, Polisi sangat wajar jika cukup berhati-hati dalam kasus ini. Kalimat berikutnya lebih janggal.

11. �Biar ketiganya berkompetisi secara fair dan demokratis� TNI, Polri, BIN, dan birokrasi harus benar-benar netral. Harus benar-benar netral. Harus benar-benar netral. Serahkan kepada rakyat. Saya kira pasangan Agus-Silvy,  pasangan Anis-Sandi tidak bangga kalau Pak Ahok tidak bersaing karena WO.�

Tentu, yang dimaksud adalah skenario, Ahok tersangka, hingga ia membuktikan ke pengadilan. Lalu, Djarot sendiri tetap berkampanye menggusung nama Ahok-Djarot. Kalah menangnya Ahok tidak masalah, karena by the time, ia telah kehilangan momentum dan suara sudah dikeruk kelompok sebelah.

Inilah maksud dari fair dan demokratisnya SBY. Kata �harus benar-benar netral� yang diulang tiga kali, seolah menunjukkan penekanan yang tidak yakin pada kenetralan perangkat negara ini. Kalimat ini sekaligus menyinggung bahwa jika mereka tampak tidak �benar netral, benar netral, benar netral� maka titik-titik. Isilah sendiri.  

12. �Jangan sampai, Saudara-saudara, nasib 250 juta orang Indonesia, disandera oleh urusan satu orang. Saya kira tidak benar negara ini, macet, jika karena urusan satu orang ini yang masalahnya tidak bisa kita selesaikan secara benar, tepat, dan bijak.� 

Sekali lagi, tendesi SBY sangat terlihat. Ia sedang mengumandangkan bahwa ini adalah kesalahan satu orang. Siapa lagi kalau bukan Ahok. Ia menutup mata dan telinga mengenai rangkaian peristiwa bahwa awalnya saat pidato terjadi, tidak ada yang mempermasalahkan. Sekitar 9 hari sesudah itu, Buni Yani mengedit video dan melakukan pemotongan transkrip di sosial media, beredarlah isu SARA ini.

SBY menutup mata, bahwa kelompok-kelompok massa menggoreng isu ini dengan kepercayaan bahwa Ahok menistakan agama. Tanpa lebih dahulu klarifikasi kepada Ahok. Saat Ahok klarifikasi dan minta maaf pun, MUI tidak tabbayun dahulu dengan Ahok lalu langsung membuat pernyataan. Rangkaian peristiwa yang dimotori oleh berbagai pihak berkepentingan ini ditutupi oleh SBY.

Ia menutup mata pada fakta bahwa Ahok hanya bermain dua kali disini, yakni melakukan pidato secara keseluruhan dan meminta maaf. Sisanya adalah aktor-aktor lain. SBY menutup muka, mata, dan telinga untuk kemungkinan bahwa Ahok bisa jadi adalah korban dari peristiwa ini. Ia malah menuduh Ahok-lah biang keladi kegaduhan ini dengan bunga kalimat �tersandera karena satu orang.�

Oh come on pak SBY! Saya adalah salah satu konstituen setia anda dengan memilih anda dua periode. You can do better than this, Pak.

Sayang, kasih Anda kepada Anak Anda membutakan Anda sehingga meng-ganjil-i sendiri pidato Anda. Saya berharap sekali penyandang dana dan penggerak dana demonstrasi adalah Unidentified Foreign Object atau UFO. Bukan Anda! Semoga UFO-lah yang menggerakkan mereka. Semoga!  

(qureta.com, penulis: Desideria Cempaka Wijaya Murti)

Saturday, November 5, 2016

Dianggap Provokator, Ratna Sarumpaet Diamankan Polisi Pada Demo 4 November

 


alirantransparan.blogspot.com - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Ratna Sarumpaet diamankan oleh pihak kepolisian dari kerumunan massa yang sedang melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, pada Jumat (4/11). 

Berdasarkan infomasi yang dihimpun, Ratna Sarumpaet diamankan karena dianggap melakukan provokasi terhadap para peserta pengunjuk rasa. 

Dengan menggunakan kerudung putih dan baju berwarna putih, Ratna tampak dirangkul oleh empat orang aparat kepolisian untuk masuk ke dalam Istana Negara. 

Selain Ratna, aparat kepolsian dengan berpakaian preman juga mengamankan satu orang provokator. Dengan mengunakan kaus cokelat, dia tampat dirangkul dengan tangan dipuntir oleh tiga orang aparat kepolisian. 

Seorang provokator tersebut saat ini sudah diamankan ke dalam truk mobil polisi. 

Sampai saat ini massa pengunjuk rasa semakin tidak kondusif. Mereka terus melemparkan aparat kepolisian dengan menggunakan botol air mineral.(jawapos.com)

baca juga: - Benarkah Ustadz yang Bikin Sayembara Bunuh Ahok dan Berhadiah 1 Milyar adalah Kader Demokrat?? Lihat Fotonya dan Baca Di Sini 

Fahry Berorasi, tapi Malah Lebih Mirip Seorang Provokator 

SETUJU! KPK Didesak Usut Keterlibatan Ibas Yudhoyono dalam Proyek Hambalang