Latest News

Showing posts with label DKI. Jakarta. Show all posts
Showing posts with label DKI. Jakarta. Show all posts

Friday, September 16, 2016

Kereeen!! Ahok Sukses Atasi Sampah di Sungai Jakarta. Ini Foto Dulu dan Kondisi Sekarang

 
Tumpukan sampah di tepi Waduk Pluit pada November 2012 dan wajah Waduk Pluit di awal September 2016.


alirantransparan.blogspot.co.id - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memperlihatkan perubahan signifikan kebersihan sungai-sungai di Jakarta melalui akun media sosialnya.

Perubahan itu dimuat dalam Harian Kompas dengan judul "Surutnya Sampah di Sungai Jakarta", Minggu (11/9/2016).

Dalam berita itu, terlihat wajah sungai di Jakarta dulu dan kini.



Ahok memosting harian Kompas yang memuat edisi surutnya sampah di sungai Jakarta
Pada saat ini, sejumlah sungai di Jakarta tampak lebih bersih dari sampah. Posting-an Ahok itupun mendapat tanggapan beragam. Dalam akun Basuki Tjahaja Purnama di Facebook, misalnya, terdapat banyak pujian, dan saran terkait normalisasi dan kebersihan sungai di Jakarta.

Akun Facebook Amanda Lee, mengungkapkan sangat terkesan karena upaya membersihkan sungai di Jakarta mulai menampakkan hasil.

Tumpukan sampah di tepi Waduk Pluit pada November 2012 dan wajah Waduk Pluit di awal September 2016.
 "Bisa jadi, nantinya di Jakarta juga punya kali yang bersih dijadikan tempat wisata seperti Cheonggyecheon Stream di Korsel," tulis Amanda, Minggu (11/9/2016).


Adapun Cheonggyecheon merupakan sungai yang terletak di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Tempat ini juga salah satu lokasi wisata populer karena menampilkan keindahan dan sejumlah karya seni.

Kali Sunter yang penuh sampah di bulan November 2012 dan Kali Sunter pada awal September 2016.


Melalui Facebook, Anton Prasojo juga mendukung Ahok untuk terus bekerja agar sungai Jakarta terbebas dari sampah. Ia juga mengkritik warga yang tak menjaga kebersihan, membuang sampah sembarangan ke sungai sehingga menimbulkan banjir.

Kondisi Pintu Air Manggarai yang tersumbat sampah pada Juli 2013 dan situasi Pintu Air Manggarai awal September 2016.
 "Kalau mereka tidak buang sampah sembarangan, Jakarta akan bebas banjir, bukan pemerintahnya yg harus sadar, tapi masyarakatnya yg harus sadar," tulis Prasojo.


Komentar lainnya dari Rizal Mahendra. Meskipun bukan dari warga Jakarta, ia menilai Ahok tetap bekerja dengan baik.

Potret sampah yang memenuhi Kali Besar pada Januari 2013 dan kondisi Kali Besar awal September 2016


"Perubahan untuk jadi lebih baik memang memerlukan pengorbanan," tulis Rizal.

Selain pujian, Ahok juga mendapat sejumlah saran. Akun Titha Etha Nelwan, misalnya, yang meminta Ahok turut melihat kali lain di Jakarta.

"Pak kemarin saya melewati sungai di Sunter dekat ITC Cempaka Mas dan itu masih kotor skali banyak sampah. Mungkin bisa dilakukan pembersihan pak," tulis Titha.


Tumpukan sampah yang terbakar di Kanal Barat pada Desember 2013 dan aktivitas pembersihan sampah oleh petugas di awal September 2016
Akun lainnya, Iis Listionawati juga turut memberikan saran. Ia meminta Ahok memperhatikan kali di Jalan Irigasi, Jakarta Timur. Pasalnya, sejumlah aliran di kali itu disebut tak mengalir ke arah kanal banjir timur.

"Mungkin karena aliran kali yang lama dan gorong-gorong di masyarakat pada disemen, jadi air tidak mengalir lancar. Tolong lurah, camat sidak turun ke RT-RT," tulis Iis.(tribunnews.com)

Thursday, September 15, 2016

Forkabi: Jakarta Darurat! Di Bawah Kepemimpinan Ahok Tidak Ada Perubahan Sama Sekali




alirantransparan.blogspot.co.id - Ketua Umum Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) Nachrowi Ramli menegaskan saat ini Jakarta sedang dalam keadaan darurat. Sejak jaman kemerdekaan, Jakarta tidak ada perubahan yang berarti apalagi di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

Selain itu Nachrowi juga menyebut baru Ahok yang berani menyerang warga betawi. Untuk itu menurut dirinya masyarakat betawi harus bersatu juga untuk melawan.

"Hari ini, saat ini di Gedung Juang 45, kita bersama-sama. Saya setuju kalau temanya menggugat. Memang kita bersama-sama harus menggugat keadaan Jakarta saat ini. Jakarta saat ini dalam keadaan darurat," kata Nachrowi Ramli dalam acara diskusi 'Indonesia Menggugat, Jakarta Menggugat!!!' di Gedung Juang 45, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).

"Keadaan darurat di Jakarta ini harus kita hadapi dengan extraordinary. Saya juga menyampaikan baru kali ini ada yang berani ngelawan masyarakat betawi. Untuk itu mari bersatu pada untuk melawan Ahok," lanjutnya.

Nachrowi juga menyampaikan bahwa masyarakat Jakarta harus cerdas dalam memilih pemimpinnya mendatang. Untuk itu ia mengajak masyarakat Jakarta khususnya betawi untuk tidak memilih Ahok di Pilkada DKI mendatang.

"Kita harus sama-sama melawan kezaliman. Masyarakat betawi harus bersatu padu untuk Jakarta lebih baik lagi ke depannya. Kalau mau Ahok lengser jangan pilih dia lagi tahun depan," ucap Nachrowi.(detik.com)

Wednesday, September 14, 2016

Warga Bukit Duri Mulai Huni Rusun Rawa Bebek, Warga: Saya Betah Di Sini

Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur.


alirantransparan.blogspot.co.id - Warga Bukit Duri, Jakarta Selatan yang terkena relokasi untuk normalisasi Kali Ciliwung, kini mulai pindah ke Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur.

Tercatat ada 213 Kepala Keluarga (KK) yang sudah menempati rusun yang berada pinggir Kanal Banjir Timur tersebut.

Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Rawa Bebek, Darnawati mengatakan, ratusan KK tersebut pindah secara bertahap. Pada pekan ini sudah ada 12 KK yang pindah ke rusun.

"Total warga Bukit Duri yang saat ini sudah pindah sebanyak 213 KK," ujar Darnawati dikutip dari detikcom, Rabu (14/9/2016).

Warga di Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur

Salah satu warga Bukit Duri yang pindah ke rusun yakni Ramlan (35) mengatakan dirinya memilih pindah lebih awal karena tak lagi ada pilihan.

Ramlan menyebut jika jarak dari lokasi tempat lokasi kerja yang lebih jauh, namun dia mengaku betah dengan kondisi rusun saat ini.

"Saya sejak lahir sudah di Bukit Duri, pindah ke sini ya karena gak ada pilihan lain. Semenjak dikasih SP 2 saya langsung pindah saja. Karena sudah ada tempat juga, jadi langsung pindah," ujar Ramlan di Rusun Rawa Bebek.

Warga di Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur
Saat ini ratusan warga Bukit Duri sebagian besarnya sudah menempati Tower Cendrawasih Rusun Rawa Bebek. Sisanya warga masih bertahan di rumahnya meski surat peringatan ketiga sudah dilayangkan Pemprov DKI.

Beberapa warga terkesan dan puas dengan kondisi rusun yang baru dibangun ini.

Seperti yang diungkapkan Bagis (40) warga RT 10 RW 12 Bukit Duri ini. Secara pribadi, Bagis mengaku puas setelah meninjau Rusun Rawa Bebek.

�Kalau saya pribadi ya, alhamdulilah sih puas. Ternyata beda dengan yang saya bayangkan,� kata Bagis, yang meninjau sendiri Rusun Rawa Bebek sepulang kerja, di Cakung, Jakarta Timur, Rabu.

Dalam pikirannya, rusun yang bakal jadi tempat relokasi modelnya sama dengan Rusun Jatinegara Barat yang diperuntukan bagi warga Kampung Pulo. Ternyata berbeda.

Menurut Bagis, Rusun Jatinegara Barat ukuran luasnya lebih kecil. Padahal, warga Kampung Pulo yang direlokasi ke sana ada yang menempati satu unitnya untuk tiga kepala keluarga.

Desain dapur dan ruang tamu yang menyatu di Rusun Jatinegara Barat juga kurang berkenan baginya.

�Di sana kan juga tinggi ngeri, 21 lantai. Saya ada keluarga di Kampung Pulo yang pindah ke sana jadi tahu betul,� ujar Bagis.

Sedangkan di Rusun Rawa Bebek, kata dia, kondisinya lebih bagus. Ia mengatakan, dengan model tipe 36, rusun ini dinilai lebih luas.

�Cukup luas buat saya dan tiga anak saya. Dibanding di Kampung Pulo, lebih memadai di sini, lebih rapih dan bagus. Cuma masih berantakan di bawahnya belum ada taman,� ujar Bagis.


Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur.

Bagis mendapatkan unit di lantai lima nomor 507 Rusun Rawa Bebek. Hanya ia menyayangkan kalau rusun ini tidak dilengkapi fasilitas lift. Sebab, ia mesti naik turun dari lantai lima dengan tangga.

Asmad Suaib (49), warga RT 10 RW 12 Bukit Duri lainnya juga mengungkapkan hal yang sama.

Kondisi rusun baru ini lebih bersih dan bagus. Dirinya juga bersyukur dengan relokasi ini tidak lagi bakal mengalami kebanjiran.

�Kalau di sinikan kita sudah tenang, tidur juga sudah tenang, sudah tidak kebanjiran lagi, tempatnya bersih lagi,� ujar Asmad.

(detik.com & rakyat.win)

4.025 Pasukan Oranye Siap Menjaga Kebersihan Sungai di Jakarta

 

alirantransparan.blogspot.co.id - Bersihnya sungai di Jakarta tak lepas dari peran pekerja harian lepas (PHL) Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Mereka yang kerap membersihkan tumpukan sampah di sungai mengenakan seragam oranye dan dikenal dengan sebutan "pasukan oranye".

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji menjelaskan ada 4.025 pasukan oranye yang tersebar di seluruh Jakarta.

Mereka terbagi menjadi pengawas kebersihan, operator alat berat, juru mudi kapal, pengemudi (trailer), pengemudi (tronton), pengemudi (typer besar dan kecil), pengemudi (armroll besar dan kecil), pengemudi (mobil lintas), petugas sampah kali, dan petugas saringan sampah. 





"Untuk yang di bawah UPK Badan Air, ada 3.612 pasukan oranye di 42 kecamatan," kata Isnawa kepada Kompas.com, Selasa (13/9/2016).

Dia menjelaskan, ada pengawas di setiap kecamatan. Khusus pasukan oranye yang membersihkan sampah di saluran air tersebar di tiap ruas kali, waduk, situ, dan lain-lain di seluruh ibu kota.

Mereka bekerja selama delapan jam tiap harinya, mulai pukul 07.00-16.00 WIB. Pukul 07.00-07.30 WIB, mereka apel pagi dan melakukan pembagian tugas. Kemudian pada pukul 15.00-16.00 WIB, pasukan oranye kembali mengikuti apel.

Untuk petugas yang menjaga saringan sampah pintu air, mereka berjaga selama 24 jam. Waktu kerja mereka dibagi menjadi dua shift.

"Kerja mereka dievaluasi di setiap kecamatan dengan pengawasnya masing-masing. Pengawasnya ada yang PNS tenaga fungsional umum, ada juga yang PHL," kata Isnawa.

Mereka mendapatkan gaji sebesar nilai upah minimum provinsi (UMP) 2016 atau Rp 3,1 juta tiap bulannya. Selain mendapat gaji, mereka juga mendapat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Di samping itu, mereka juga mendapat tunjangan hari raya (THR).

"Tiap kali dan saluran air akan ada truk dan alat beratnya. Sampahnya dibuang ke TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) Bantargebang," kata mantan Camat Tambora itu.



Perlahan tetapi pasti, wajah sungai di Jakarta yang identik dengan sampah dan bau kini berubah. Saat ini, sungai-sungai di Jakarta mulai dibebaskan dari tumpukan sampah dan lumpur. Bahkan, ada yang bisa digunakan oleh anak-anak untuk bermain air.

Bersihnya sungai di Jakarta tak lepas dari peran para petugas yang terus memungut sampah di sana. Warga memanggil mereka "Pasukan Oranye". Namun, siapakah "Pasukan Oranye" ini?

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, "Pasukan Oranye" itu adalah pekerja harian lepas (PHL) Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Banyak yang mengira para "Pasukan Oranye" ini adalah petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU).

"(Petugas) yang bersihin sampah di dalam sungai itu PHL kebersihan dari UPK Badan Air. Kalau PPSU bagian membersihkan got," kata Isnawa kepada Kompas.com, Selasa malam.

Mereka sama-sama disebut "Pasukan Oranye" karena mengenakan seragam berwarna oranye. Namun, Isnawa menyebut para petugasnya jauh lebih lama menggunakan seragam oranye dibanding PPSU.

"PPSU nyontoh PHL. Warna oranye itu trademark Dinas Kebersihan dari tahun 60-an, lihat saja warna truknya, he-he-he. Tetapi, bagi saya, (seragam) PPSU oranye juga enggak apa-apa," kata mantan Camat Tambora ini.

Kebersihan sungai di Jakarta baru ditangani Dinas Kebersihan pada tahun 2012. Sebelumnya, kebersihan sungai merupakan tupoksi Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta. Kini, kinerja "Pasukan Oranye"-lah yang jadi andalan pembersihan sungai di Jakarta.

"Mereka wajib report harian via media sosial Twitter @kebersihandki. Ada Facebook tiap kecamatan, Path, dan Instagram. Mereka wajib tindak lanjuti pengaduan masyarakat. Alhamdulillah Dinas Kebersihan jadi SKPD paling responsif di Qlue," kata Isnawa sambil tertawa.

Sementara itu, PPSU yang berperan membersihkan got juga berperan membebaskan Jakarta dari banjir karena air di gorong-gorong yang meluap saat hujan. Mereka membersihkan semua gorong-gorong dari benda-benda yang cukup "ajaib", seperti kulit kabel hingga kano. Saat hujan tiba, genangan pun jadi cepat surut.(kompas.com, foto: brilio.net))

Tuesday, September 13, 2016

Warga Luar Batang Tolak Sapi dari Ahok, Ratna pun Senang





alirantransparan.blogspot.co.id - Aktivis hak asasi manusia (HAM) Ratna Sarumpaet menyebut penolakan pengurus Masjid Keramat Luar Batang, Jakarta Utara terhadap sapi kurban sumbangan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan langkah tepat. 

Menurut dia, cara Ahok menggusur warga yang tinggal di Luar Batang memang tidak manusiawi sehingga wajar memicu kekecewaan.

"Itu menurut saya sudah sangat tepat banget. Dan itu adalah sikap, kalau diterima ya sedih banget," ujar Ratna seperti diberitakan JawaPos.com, Senin (12/9).

Perempuan kelahiran Tarutung, Sumatera Utara itu meyakini peenolakan dari pengurus Masjid Luar Batan atas dua sapi sumbangan bukan karena Ahok non-muslim. Ratna mengatakan, penolakan itu pasti karena warga menganggap Ahok tidak pro-rakyat miskin.

"Jadi ini enggak ada hubungannya dengan SARA (suku, agama, ras dan antar-golongan, red). Penolakan itu sudah tepat sekali," katanya.

Sebelumnya, pengurus Masjid Keramat Luar Batang, Mansur Amin mengatakan, pihaknya telah menolak dua sapi kurban sumbangan dari Ahok. Alasannya,  penolakan itu demi harga diri warga dan umat Islam di sana yang sebagian menjadi korban penggusuran karena kebijakan Ahok.(jpnn.com)