Latest News

Monday, November 7, 2016

Akun FB Penyebar Kameramen Kompas TV Sebagai Provokator Akhirnya Minta Maaf




alirantransparan.blogspot.com -  Akun facebook Azzam Mujahid Izzulhaq yang menyebarkan kameramen Kompas TV Muhammad Guntur sebagai provokator dalam demo 4 November, mengklarifikasi pernyataannya, Minggu (6/11/2016).
 


Melalui akun facebooknya, Azzam Mujahid Izzulhaq meminta maaf kepada saudara Muhammad Guntur secara pribadi dan kepada Kompas secara company.

Berikut pernyataan lengkap  Azzam Mujahid Izzulhaq:

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan ini saya, Azzam Mujahid Izzulhaq, bertempat tinggal di Distrik An Nuzhah Street 60 No. 11 Makkah Al Mukarramah mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR. Din Syamsuddin yg telah menyampaikan klarifikasinya terhadap postingan saya pada tanggal 5 November 2016 pukul 17.35 LT

Bahwa sesuai atas klarifikasi dari Prof. Din Syamsuddin tersebut, menyatakan bahwa saudara Muhammad Guntur, yg fotonya pertama diposting oleh Ustadz Muhammad Faizin Hasby pada tanggal 5 November 2016 pukul 03.55 LT, adalah benar-benar wartawan Kompas dan BUKAN provokator.

Atas ketergesaan dan kekeliruan yg saya lakukan, saya memohon maaf yg sebesar-besarnya kepada saudara Muhammad Guntur secara pribadi dan kepada Kompas secara company.

Selanjutnya, postingan saya yg terkait hal ini akan saya rubah menjadi 'only me' untuk mencegah kembali 'dibagikan' oleh pengguna yg lainnya.
Kepada Allah saya mohon ampun.

Sebelumnya pada Sabtu, (5/11/2016), ia menulis;

"Provaktor kericuhan ini, sebelumnya ditangkap aparat kepolisian setelah melakukan aksi provokasi dengan melempar botol minuman dari arah demonstran ke arah petugas keamanan. Ia mengaku wartawan salah satu media (Kompas).

Tetiba, sosok wajah dan tubuhnya hadir di Kompas TV dan telah berubah status menjadi korban kericuhan."

Hingga berita ini dibuat, informasi tidak benar tersebut telah di-share 8.147 kali.(tribunnews.com)

Sunday, November 6, 2016

Hina Presiden dengan Kata-kata yang Sangat tidak Pantas, Ahmad Dhani Dilaporkan ke Bareskrim

alirantransparan.blogspot.com - Laskar Rakyat Joko Widodo (LRJ) dan Pro Jokowi (Projo) berencana melaporkan musisi Ahmad Dhani ke Badan Reserse dan Kriminal Polri, atas tuduhan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo. Kedua organisasi masyarakat itu rencananya datang ke kantor Bareskrim di Gambir, Jakarta Pusat, pukul 23.00 WIB malam ini. 

"Ini desakan pengurus (LRJ dan Projo), agar dilaporkan segera. Malah ada yang ingin mengejar (Dhani) atau semacamnya, kalau organisasi tak ambil sikap," ujar Ketua Umum LRJ Riano Oscha saat dihubungi Tempo, Ahad, 6 November 2016. Menurut Riano, pelaporan tersebut terkait dengan sejumlah ucapan kebencian oleh Dhani, yang ditujukan pada Jokowi. 


Laporan itu, kata dia, tak berkaitan dengan demo 4 November pada Jumat lalu, yang juga ditujukan pada pemerintah. Dhani memang meramaikan demo yang terkait dengan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

Saat itu Dhani ditemani istrinya, Mulan Jameela, hadir di demo dan berorasi di Taman Pandang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat. "Ini hal terpisah. Ini soal hate speech dia, yang mengandung penghasutan dan lainnya," ujar Riano. 

Bahan bukti pelaporan yang akan LRJ dan Projo sodorkan ke Polri, antara lain berupa video dan sejumlah bukti visual lain. "Nanti pukul 23.00 kami ke Polri, akan beri keterangan lagi. Yang berangkat belum pasti berapa, tapi ini kami dari Pancoran, sudah ada 40-an orang." 

Hingga berita ini diturunkan, Tempo belum berhasil menghubungi Ahmad Dhani.(*)

Lihat videonya di sini, amat sangat tidak pantas perkataan Ahmad Dhani ini:

Dibahas Di Sini.. FULL!! 12 Kejanggalan Pidato SBY tentang Demonstrasi




alirantransparan.blogspot.com - Tulisan ini menggunakan analisis retorika untuk melihat bagaimana SBY menyampaikan pidatonya di Puri Cikeas. Caranya adalah membedah kalimat dalam isi pidato dan membahas bagaimana overall arguments, pengaturan ide, dan istilah penting yang selalu diulang.

Tetapi, saya tekankan, it doesn�t need to take a genius untuk memahami banyaknya keganjilan di pidato SBY.

Jangan pula membaca kata �retorika� ini menjadi sekedar lips service, sebab retorika merupakan sebuah seni untuk menyampaikan pesan. Begitu pula dengan SBY, pidatonya memang memiliki makna yang dalam untuk berbagai publik yang terbagi dalam tiga kubu. Mereka yang pro dengan demontrasi, mereka yang netral, dan mereka yang kontra pada demonstrasi karena melihat berbagai macam indikasi.

Hampir 50% isi pidatonya, yakni selama 35 menit, SBY berusaha menjelaskan mengenai demonstrasi 4 November dan kasus Ahok. Oleh karena itu, inilah poin yang akan dibahas dalam analisis ini.

Blunder SBY mengenai Demonstrasi 4 November

1. SBY mengulang sebanyak dua kali bahwa �Unjuk rasa bukan kejahatan politik.� Kemudian, ia menekankan bahwa unjuk rasa pada masa pemerintahannya selalu ada dan SBY selalu meminta ajudannya untuk mencatat permohonan dalam tema unjuk rasa.
 
Pada kesempatan ini, SBY seolah menunjukkan persetujuannya pada demonstrasi, apa pun bentuknya. Demonstrasi bukan kejahatan politik. Ini sebenarnya adalah pernyataan yang cukup utopis atau terlalu idealis. Demonstrasi boleh dilakukan, tetapi yang menjadi permasalah sebenarnnya adalah content atau isi demo-nya.

SBY mengatakan bahwa pada masa pemerintahannya, ajudannya akan mencatat tema dan isu demo untuk dijadikan pertimbangan pengambilan kebijakan. Tidak dijelaskan, mana yang akhirnya dijadikan kebijakan, mana yang demo-nya tidak perlu digubris, mana yang demo-nya dijadikan indikasi ada sesuatu yang lebih besar agendanya. Di sini, SBY gagal melakukan karakterisasi bentuk demonstrasi yang bermacam-macam.

Sebaliknya, statement pendek Jokowi, justru berhasil membuka tabir, bahwa content dari demo adalah masalahnya. Jokowi mengidentifikasi bahwa demonstrasi boleh, tetapi demonstrasi bukanlah hak untuk memaksakan kehendak maupun hak untuk merusak.

2. Pada kesempatan berikutnya, SBY pun menyebut JK untuk mengingatkan bahwa polisi jangan main tembak agar tidak terjadi hal yang sama dengan tahun 66 dan 98 yang mengubah sejarah.

Kalimat ini cukup unik. SBY mungkin mendengar bahwa ada upaya tembak di tempat sebagai usaha terakhir jika demonstrasi berakhir rusuh dan tidak terkendali. Bukankah ini prosedur yang sudah ia ketahui selama 10 tahun? Mengapa tiba-tiba ia khawatir polisi akan asal tembak?

SBY gagal menangkap bahwa ini adalah sebuah rumor. Seperti yang disampaikan oleh Polri, "Di Polri tidak ada perintah untuk menembak di tempat dalam pelaksanaan pengamanan demo," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/10).

Bisa juga, statement itu dikeluarkan untuk membawa rasa aman bagi demonstran agar tidak perlu takut maju karena SBY pun sudah memperingatkan polri.

Anehnya, SBY mengaitkan demonstrasi ini dengan tahun 66 dan 98, yang mana pesan dan pelaku demo-nya pun berbeda. Apalagi, pemerintahannya juga berbeda. Pada saat itu, demo dilakukan oleh para mahasiswa untuk melepaskan diri dari tirani pemerintah. Tetapi kini, siapa dan apa pesan demonstran?

Pertama, demo kali ini dilakukan oleh ormas Islam yang cukup radikal, bersama dengan mereka yang mendukungnya. Kedua, kata-kata berbahaya dalam demo seperti, �Bunuh, Bakar, Pancung, Penggal, dan lain-lain� seolah dilupakan atau dinihilkan oleh SBY.

Ketiga demo kali ini juga seolah menekan penegak hukum untuk manut dengan keinginan mereka, alih-alih membiarkan proses berjalan seperti apa adanya. Demo ini seperti sekedar pemuas nafsu dan amarah mereka-mereka yang berkepentingan. Entah SBY is missing the point atau is trying to miss the point.

3. Ketiga, SBY juga kembali membahas intelejen yang tidak boleh sembarang menuduh, karena itu sama saja dengan fitnah. SBY juga menjelaskan bahwa jika urusannya adalah masalah nurani, tidak perlu menggunakan uang. Apalagi, akidah, yang banyak orang di dunia ini bersedia mati untuk itu.

Zaman SBY, ia selalu mengagungkan informasi intelejen. Bahkan dalam pidatonya usai Bom Mariott, SBY menyatakan bahwa ia menjadi target teroris. �Ini data intelejen!� Seolah-olah itu adalah data paling sahih. Pada waktu itu, kritik menyampaikan bagaimana SBY blunder karena tidak bersimpati terhadap korban, malah meminta simpati berdasarkan data intelejen. Kini, ia membredel kekuatan dan kemampuan intelejen, bahwa mereka asal tuduh.

Selain itu, kalimat berikutnya seolah meyakini bahwa bisa saja demonstrasi tanggal 4 November itu tidak menggunakan uang, tetapi karena akidah. Disini SBY gagal membaca demo lebih jauh atau bisa juga SBY sedang berusaha keras untuk berdalih.

Pada beberapa kesempatan terbuka yang diliput oleh media, informasi dana demonstrasinya jelas. Misalnya menurut Bachtiar, dari GNPF_MUI, total dana untuk demonstrasi kasus penistaan agama Ahok, Jumat (4/11/2016), mencapai Rp 100 miliar. "Bukan hanya Rp 10 miliar, nyatanya, mungkin lebih Rp 100 miliar. 

Kami disubsidi lebih dari Rp 100 miliar," ungkap Bachtiar di hadapan awak media. Disinilah kejanggalan yang disinyalir oleh pemerintah bahwa ada penyandang dana demonstrasi ini. SBY pun menihilkan rekaman ini di media massa.

4. Lalu, statement yang lebih kontroversial lagi adalah SBY membahas Arab Spring. SBY menyebut bahwa itu adalah sebuah leaderless revolution. �Jadi jangan menyimpulkan ini yang menggerakkan, ini yang mendanai.�

Pada poin tersebut SBY berperan seperti anak yang polos. Ia menganalisis bahwa Arab Spring terjadi tanpa pemimpin tetapi karena kekuatan media sosial. Ia juga melarang penyimpulan penggerakan demo dan pendanaan demo. Ada dua poin yang ganjil sekaligus sangat berbahaya disini.

Pertama, SBY lupa atau mungkin sengaja mengarahkan informasi mengenai Arab Spring sebagai bentuk protes yang generic dan natural. Padahal latar belakang Arab Spring adalah pemberontakan by designed yang mengandung kekerasan massal pada pemerintah otoriter selama puluhan tahun dan ditunggai oleh kelompok Ikhwanul Muslimin, salah satunya di Mesir.

Mereka menggunakan simbol rabia atau empat jari, yang saat ini juga sudah beredar terang-terangan di seputar demonstrasi tanggal 4. Ini sangat berbahaya karena menunjukkan bagaimana demonstrasi ini punya ancaman seperti Arab Spring yang sangat berbeda konteksnya dengan Indonesia.

Kedua, SBY justru seolah melegitimasi jika sampai demonstrasi ini nantinya akan berujung seperti Arab Spring, dengan menyatakan bahwa ini adalah leaderless revolution. Pelarangan untuk menyimpulkan bahwa demo ini digerakkan dan didanai justru adalah pernyataan tumpul seorang mantan Presiden yang tidak mampu melihat resiko besar dari sebuah agenda demonstrasi.

5. Dalam membahas semua hal di atas, SBY tidak sekedar bicara. Ia mencari informasi dari pengemban negara. Baru ia bicara. Dari sini, SBY memulai dengan membahas tentang intellegent failure dan intelligent error. SBY terlihat mengangkat rumor dan desas-desus keterlibatannya dalam demonstrasi tanggal 4 November ini  dengan mengkritisi intelligent, agar tidak ngawur dan tidak asal tuduh. Menurutnya, ini sangat berbahaya dalam kehidupan bernegara.

Pada poin tersebut, SBY berusaha mengidentifikasi dan menyimpulkan bagaimana informasi ini ia peroleh. Lucunya, tidak pernah ada data intelejen yang bocor. Tidak pernah ada statement ke public yang muncul dan menggatakan SBY terlibat.

Yang muncul adalah simbol-simbol politis yang muncul dan membuat orang berpikir mengenai keterlibatan SBY. Paling banter yang viral adalah prediksi para ahli bukan-bukan seperti Denny Siregar, Aliffurahman, dan Kang Hasan. Siapa mereka? Bukan BIN. Hanya penulis populer yang suka berpikir liar. Justru dengan kalimat ini, SBY sedang menyatakan diri bahwa ia memang dicurigai intelejen.

Bisa saja, SBY mengelak dengan menunjukkan kegagalan intelejen. Tetapi, intel juga tidak akan gegabah. Pemikiran intel adalah pemikiran yang memuat possibilities atau hypothesis. Apakah itu salah? Menurut SBY itu error jika menyangkut dirinya.

Lebih lucu lagi, justru disini SBY blak-blakan bahwa ia dicurigai intel. Padahal intel tentu punya banyak teori, mengapa harus takut? Mengapa harus sampai memandulkan kemampuan perangkat negara dengan menganggap mereka ngawur?

Rekomendasi Melankolis Ala SBY

6. Rekomendasi menyikapi Demonstrasi 4 November ala SBY-SBY-nan adalah lebih baik lagi jika demonstrasi tidak perlu dilakukan jika masalahnya diselesaikan. Lalu apa masalahnya versi SBY? Barangkali menurutnya, karena mereka merasa tuntutannya tidak didengar. SBY menekankan �sama sekali tidak didengar dan diabaikan.� Lalu baru muncul, bahkan sampai lebaran kuda pun unjuk rasa masih ada.

Lagi-lagi, disini SBY menutup mata pada data yang menyebutkan bahwa polisi sudah meminta keterangan banyak saksi, Ahok sendiri menghadap ke kepolisian, dan justru FPI sebagai saksi yang memperlama prosesnya. FPI minta ditunda untuk bersaksi di kepolisian.

Kata �sama sekali tidak didengar dan diabaikan� menjadi sangat tendensius untuk melegitimasi demonstrasi. Kata-kata ini sangat menyolot api untuk mendukung kelompok bacok senggol, yang gampang emosi. Ini untuk menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi tidak melakukan apa-apa. Padahal terang di media massa, proses sedang berlangsung.

Lebaran kuda pun disinggung untuk memecah suasana yang tegang. Tentu ini sangat politis, karena sedang menyinggung pertemuan �tumben� antara lawan politik Jokowi dan Prabowo. Justru, ini menunjukkan kecemburuan dan ketidaknyamanan SBY pada pertemuan mereka.

Lebih lagi, ini mendorong asumsi yang menyebutkan bahwa Prabowo tidak terlibat. Dengan kata lain, SBY seolah mengancam, �Bahkan Jokowi dan Prabowo maaf-maafan seperti lebaran pun, demonstrasi ini akan tetap ada.� Kenapa SBY bisa yakin demonstrasi ini akan terus ada? Tahu darimana? Jangan-jangan� Get it?

7. �Mari kita bikin mudah urusan ini, jangan dipersulit. Sekali lagi, mari kita bikin mudah.� SBY melanjutkan reasoning-nya. Pak Ahok dianggap menistakan agama. Lalu masuk ke poin bahwa menistakan agama tidak boleh secara hukum. Jadi, kalau ingin negara ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan, maka pak Ahok mesti diproses secara hukum.

Ini adalah wacana yang berkembang di kalangan pendukung demonstran. Cerita yang diulang-ulang sebagai dalih demonstrasi. Persis sama. Sebuah ancaman. Kalau tidak begini ya, jangan salahkan kalau nantinya begitu. Melegitimasi amarah, agar keinginannya terkabul. Ini dilakukan oleh seorang mantan Presiden. Tidak heran, para pendukung demo memiliki wacana yang sama.

Ini juga adalah pernyataan kompor njleduk yang sama bobotnya dengan mengancam pemerintah. Jangan heran kalau Indonesia pecah oleh amarah jika Ahok tidak diproses hukum. Padahal Ahok SEDANG diproses hukum. Lalu proses yang mana lagi yang dia inginkan?

8. �Jangan sampai dianggap beliau kebal hukum. Ingat equality before the law. Kalau beliau diproses, tidak perlu ada tudingan beliau tidak boleh disentuh. Bayangkan, do not touch Pak Ahok. Bayangkan! Setelah pak Ahok diproses secara hukum, semua pihak menghormati. Ibaratnya, jangan gaduh.�

Kalimat ini sangat blunder, tendensius, dan justru mengobarkan semangat demonstran bahwa mereka benar. �Kebal hukum,� begitukah tuduhan SBY pada Ahok maupun Jokowi?

Bahkan, ia memanas-manasi dengan mengangkat kata, �Bayangkan, do not touch Pak Ahok.� Ini adalah luar biasa blunder. SBY seolah sedang menyulut terus korek api yang sedang menyala hebat yang digaungkan oleh Habib Riziq dan kawan-kawannya.

Dengan kata-kata yang seolah bijak, yakni Ahok diproses secara hukum, ia mengatakan jangan gaduh. Tapi ini sangat membingungkan, proses apa lagi yang diinginkan SBY, wong proses jelas-jelas sudah berjalan?

9. �Tekanan yang mengatakan pokoknya Ahok harus bebas atau tekanan yang mengatakan, Agus, ulangi, Gubernur Ahok dinyatakan bersalah. Tidak boleh. Serahkan pada penegak hukum. Apakah pak Ahok tidak bersalah nantinya, bebas. Jangan ditekan. Biarkan penegak hukum kita bekerja� Bola sekarang di tangan penegak hukum. Jutaan mata orang memandang, mengikuti.�

Sampai pada kalimat ini, saya rasa SBY berusaha menunjukkan kenetralannya. Meski sebenarnya tidak, karena dengan kata �Jangan ditekan,� SBY lupa atau memang nglali, siapa sebenarnya yang selalu menekan aparat selama ini dengan demonstrasi-demonstrasi menuntut keinginannya dipenuhi. Tanpa peduli, apa itu justice system.

10. �Setelah pengadilan, mungkin ada yang puas, ada yang tidak puas... Ada aturannya... Itulah justice system.�

Pada pembelokan kalimat, �Setelah pengadilan�� ini yang unik. Apakah SBY tidak tahu, jika ada yang melaporkan, maka polisi tidak bisa serta merta menangkap seseorang dan mengadili tanpa bukti yang cukup dan kuat?  Apalagi sampai pada level pengadilan, yang secara eksplisit disampaikan oleh SBY.

Sampai saat ini, saya masih ambigu dengan berbagai pernyataan SBY. Tetapi tampaknya, taktik SBY adalah tetapkanlah Ahok sebagai tersangka. Tidak masalah Ahok menjalani pengadilan, ia tetap bisa punya hak sebagai calon gubernur yang kampanye. �Jika menjalani proses hukum, pak Ahok tidak akan kehilangan statusnya dalam Pilkada.� Jika pengadilan mengatakan Ahok bebas, maka bisa saja ia bebas. Jika tidak terima, maka bisa saja naik banding.

Taktik menjadikan Ahok tersangka dan tersandera dengan kasus sampai ke pengadilan, akan menguras energi dan suara pemilih. Tentu kita tahu, siapa yang diuntungkan. Oleh sebab itu itu, tampak sekali bahwa muatan politisnya tinggi, Polisi sangat wajar jika cukup berhati-hati dalam kasus ini. Kalimat berikutnya lebih janggal.

11. �Biar ketiganya berkompetisi secara fair dan demokratis� TNI, Polri, BIN, dan birokrasi harus benar-benar netral. Harus benar-benar netral. Harus benar-benar netral. Serahkan kepada rakyat. Saya kira pasangan Agus-Silvy,  pasangan Anis-Sandi tidak bangga kalau Pak Ahok tidak bersaing karena WO.�

Tentu, yang dimaksud adalah skenario, Ahok tersangka, hingga ia membuktikan ke pengadilan. Lalu, Djarot sendiri tetap berkampanye menggusung nama Ahok-Djarot. Kalah menangnya Ahok tidak masalah, karena by the time, ia telah kehilangan momentum dan suara sudah dikeruk kelompok sebelah.

Inilah maksud dari fair dan demokratisnya SBY. Kata �harus benar-benar netral� yang diulang tiga kali, seolah menunjukkan penekanan yang tidak yakin pada kenetralan perangkat negara ini. Kalimat ini sekaligus menyinggung bahwa jika mereka tampak tidak �benar netral, benar netral, benar netral� maka titik-titik. Isilah sendiri.  

12. �Jangan sampai, Saudara-saudara, nasib 250 juta orang Indonesia, disandera oleh urusan satu orang. Saya kira tidak benar negara ini, macet, jika karena urusan satu orang ini yang masalahnya tidak bisa kita selesaikan secara benar, tepat, dan bijak.� 

Sekali lagi, tendesi SBY sangat terlihat. Ia sedang mengumandangkan bahwa ini adalah kesalahan satu orang. Siapa lagi kalau bukan Ahok. Ia menutup mata dan telinga mengenai rangkaian peristiwa bahwa awalnya saat pidato terjadi, tidak ada yang mempermasalahkan. Sekitar 9 hari sesudah itu, Buni Yani mengedit video dan melakukan pemotongan transkrip di sosial media, beredarlah isu SARA ini.

SBY menutup mata, bahwa kelompok-kelompok massa menggoreng isu ini dengan kepercayaan bahwa Ahok menistakan agama. Tanpa lebih dahulu klarifikasi kepada Ahok. Saat Ahok klarifikasi dan minta maaf pun, MUI tidak tabbayun dahulu dengan Ahok lalu langsung membuat pernyataan. Rangkaian peristiwa yang dimotori oleh berbagai pihak berkepentingan ini ditutupi oleh SBY.

Ia menutup mata pada fakta bahwa Ahok hanya bermain dua kali disini, yakni melakukan pidato secara keseluruhan dan meminta maaf. Sisanya adalah aktor-aktor lain. SBY menutup muka, mata, dan telinga untuk kemungkinan bahwa Ahok bisa jadi adalah korban dari peristiwa ini. Ia malah menuduh Ahok-lah biang keladi kegaduhan ini dengan bunga kalimat �tersandera karena satu orang.�

Oh come on pak SBY! Saya adalah salah satu konstituen setia anda dengan memilih anda dua periode. You can do better than this, Pak.

Sayang, kasih Anda kepada Anak Anda membutakan Anda sehingga meng-ganjil-i sendiri pidato Anda. Saya berharap sekali penyandang dana dan penggerak dana demonstrasi adalah Unidentified Foreign Object atau UFO. Bukan Anda! Semoga UFO-lah yang menggerakkan mereka. Semoga!  

(qureta.com, penulis: Desideria Cempaka Wijaya Murti)

BIKIN ADEM..!! KH Maimun Zubair: Ahok Sudah Minta Maaf, Jangan Dibesar-besarkan. Jaga Persatuan




alirantransparan.blogspot.com - Kontroversi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang Surat Al Maidah ayat 51, membuat Pengasuh Pesantren Al Anwar Rembang, KH Maimoen Zubair Angkat Bicara. Mbah Maimoen meminta seluruh umat muslim untuk tenang dan meredam amarah.

Apalagi menurut ulama kharismatik tersebut, Ahok sudah meminta maaf secara terbuka di hadapan publik. Pihaknya pun meminta agar umat Islam tak lagi terpecah belah dan membesar-besarkan masalah ini.

�Dia (Ahok) itu kan sudah meminta maaf, maka jangan dibesar-besarkan. Sehingga bila amarah dapat diredam maka persatuan juga bisa dijaga,� katanya.


Menurut dia, terkait polemik Surat Al Maidah tersebut menurut dia, bahwa itu diserahkan ke pribadi masing-masing pemilih. Menurut dia, jika umat Islam di Jakarta tak ingin memilih Ahok karena alasan agama, tidak perlu dibesar-besarkan sehingga memicu isu SARA.


�Kalau menurut saya, bila mereka (Islam) tidak suka memilih ya tidak usah dipilih saja. Namun permasalahan itu jangan dibesar-besarkan,� ujarnya.


Menurut dia, Ahok merupakan warga keturunan Tionghoa dari Bangka Belitung. Di daerah itu menurut dia, juga banyak warga Tionghoa yang memeluk agama Islam. Dia itu orang China Bangka Belitung, di sana (Bangka Belitung) juga ada orang Islam China,� ujarnya seperti diberitakan koranmuria.com.


Di Jawa Tengah menurut dia, juga ada masjid yang bercorak Bangka Belitung. Satu-satunya masjid tersebut berada di wilayah Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.

�Di Sarang masjid saya itu satu-satunya masjid yang berkhaskan Belitung. Oleh sebab itu, perbedaan itu jangan dibesar-besarkan. Sehingga kita bisa hidup rukun. Yang penting kita umat Islam ituhabluminallah harus dikuatkan, dan habluminannas harus selalu dijaga dengan baik,� harapnya. (koranmuria.com)


FULL!! Kebohongan-kebohongan FPI yang Super Soal Demo 4 November Terbongkar Di Sini!!

 
Demo Bela Islam yang berakhir rusuh, 4 November 2016


alirantransparan.blogspot.com - FPI (Front Pembela Islam) yang sejak tahun 1999 sudah dikenal membuat keonaran dan kekerasan (lihat di sini untuk catatan kekerasan FPI sejak 1999? https://m.tempo.co/read/news/2012/02/14/078383964/rentetan-aksi-fpi-dari-masa-ke-masa ) melakukan konferensi pers dengan berkedok GNPF MUI terkait aksi 4 November. Karena mereka tahu memakai nama FPI akan membuat mereka tidak dipercaya rakyat.

Tapi mereka lupa kalau usaha mereka untuk mendompleng aksi 4 November untuk tindakan makar pada pemerintah yang konstitusional dan dipilih rakyat, terbukti menjadi aksi kudeta FPI yang gagal. Semuanya terekam di internet.

1. FPI berbohong dengan mengatakan tidak ada kesepakatan antara istana dengan peserta aksi. Faktanya bisa dilihat di YouTube bahwa Ustad Bachtiar Natsir memberikan keterangan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa sudah ada kesepakatan yang dicapai (Lihat di sini? https://www.youtube.com/watch?v=2RcGgzYPXzc ).

2. FPI berbohong dengan mengatakan Polisi melakukan aksi biadab. Faktanya mobil aparat keamanan dibakar, polisi dilempar batu dan dipukuli sehingga banyak dari polisi menjadi korban aksi brutal serta dirawat di rumah sakit (Lihat di sini? https://www.youtube.com/watch?v=VXuH0uZXSQI ). Semua pihak memberikan apresiasi pada Polri dan TNI yg mau menahan diri, menggunakan cara cara persuasif dan tidak meladeni provokasi. Walaupun banyak tindakan melanggar hukum, seperti melewati batas waktu yang diperbolehkan UU yang dilakukan para demonstran tapi Polisi memilih tetap toleran (Lihat di sini--> http://m.beritasatu.com/aktualitas/397350-pengamanan-polritni-diapresiasi.html ).

3. FPI berbohong dengan mengatakan peserta aksi ada sekitar 2 juta orang. Faktanya Ustad Bachtiar Nasir sendiri yang mengatakan jumlah massa hanya 100 ribu orang dan paling mentok 200 ribu orang. Dan mereka sendiri yang mengaku dibayar untuk berunjuk rasa dengan dana Rp100 miliar (Lihat di sini? http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/11/02/jumlah-pendemo-ahok-200-ribu-orang-dengan-dana-rp-100-miliar )

4. FPI berbohong dengan mengatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan pakar Hukum Tata Negara pak Margarito ikut dalam unjuk rasa. Faktanya Menteri Agama selesai Sholat Jumat di Istiqlal langsung masuk ke Istana Negara (Lihat di sini? http://news.detik.com/berita/d-3337483/sambil-sapa-pedemo-menteri-agama-jalan-kaki-dari-istiqlal-ke-istana). Dan Pak Margarito sama sekali tidak ikut unjuk rasa, hanya menghadiri diskusi di tanggal 5 November tentang aksi 4 November (Lihat di sini? http://nasional.kompas.com/read/2016/11/05/22171211/status.calon.gubernur.ahok.tak.hilang.kendati.jadi.tersangka ).

5. FPI berbohong dengan mengatakan Wakapolri membentak Ustad Bachtiar Nasir. Faktanya Ustad Natsir menghina serta berkata tidak sopan pada Wapres. Hal ini membuat Panglima TNI, Kapolri dan Wakapolri marah dan tidak terima atas perkataan yg menghina itu. Ini disaksikan oleh wakil dari Komisi 3 DPR yang hadir saat itu. Setelah itu Ustad Natsir minta maaf pada Wapres. Untung saja, Pak Wapres Jusuf Kalla berbesar hati memaafkan tindakan Ustad yg betul-betul tidak bisa menjadi panutan ummat. Akhirnya, Ustad Natsir terlihat baik-baik saja tersenyum setelah menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla (Lihat di sini? https://www.youtube.com/watch?v=2RcGgzYPXzc )

6. FPI berbohong dengan mengatakan ada korban jiwa dari gas air mata. Faktanya pemeriksaan Rumah Sakit jelas menunjukkan almarhum meninggal karena asma. Kebohongan ini dipaksakan FPI Karena mereka mencari sosok martir untuk memvalidasi kudeta mereka yang gagal (Bahkan media Islam pun sudah memberitakan yang meninggal 4 November adalah karena asma? http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/16/11/05/og4y00366-polda-metro-seorang-pendemo-meninggal-karena-asma ).


Sebarkan....(penulis: Rian Satya)

Akhirnya.. Akibat Perbuatannya Hina Ketum PBNU Cium Pa**** Ahok, Kader HMI Ini Dipolisikan


alirantransparan.blogspot.com � Para pendemo aksi damai (tapi rusuh) pada 4 November 2016 kemarin tidak menerima permintaan maaf Ahok karena dianggap telah menistakan Al-Qur�an dan meminta proses hukum terus berjalan, bagaimana jika salah satu kader organisasi yang ikut demo kemarin harus tetap diproses hukum karena menghina NU dan kiai nya, walau sudah meminta maaf?


Namanya Deny Iskandar, yang di Facebook menggunakan nama Dheny Goler Tea. Entah sebab apa, Sekum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghina dengan mulut kasarnya.



Dalam status Facebook ia menyebut Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang tidak punya kelamin hanya karena tidak ikut berpartisipasi dalam demonsntrasi politis yang mengatasnamakan �Bela Islam II� itu.





Lebih dari itu, Dheny juga membabi buta membela FPI sembari menyebut NU sebagai ormas pemecah belah. �Yang mecah belah ini adalah Nahdlatul Ulama. Ganti aja namanya, jangan Nahdlatul Ulama tapi Nahdlatul Udud,� tulisnya.

Tidak puas menertawakan NU, ia meminta pecat Ketum PBNU yang disebutnya penjilat. �Kau jilat-jilat itu pantatnya Ahok dan Jokowi wahai para ulama penjilat!,� sarkas mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama UIN Jakarta ini.


Berbeda dengan kasus penistaan Al-Quran yang masih multitafsir, kanda Dheny yang kader Nurkholis Majid ini (biasanya moderat sih), sudah terang benderang menghina secara sadis dan tidak berdasar kepada NU dan simbol tertingginya, yakni Ketua Umum.


Emosinya tidak tertahan sehingga harus membuat statemen yang menyakiti warga NU (nahdliyyin). Bukan hanya di Jakarta, tapi juga di seluruh dunia.


Kalau saja Dheny penghina NU itu ke Madura, kata warga sana, dikutip Duta Islam, ada yang siap memberi dia cicipan celurit emas untuk diminta klarifikasi.




Sudah menjadi biang kerusuhan demo 4 November 2016 kemarin (kata Kapolda ini), kader HMI Dhenny ini malah bikin rusuh lagi di media sosial. Kalau hanya mengkritik, tidak masalah. Tapi jika sudah menghina, permintaan maaf saja, sebagaimana logika Front Pembela Islam (FPI), tidak cukup.

Ketakutan, ia menghapus sendiri postingan yang membuat nya blunder tidak karuan itu. Dalam akun Facebook tersebut, ia kemudian mengklarifikasi dengan meminta maaf. Ini teks lengkapnya:


Assalamualaikum wr. wb.


Saya atas nama pribadi, Deni Iskandar, mengucapkan banyak-banyak minta maaf, atas status Facebook saya yang banyak menyinggung warga nahdiyyin.

 
Saya juga berterima kasih kepada guru-guru saya, senior-senior saya baik, senior pondok pesantren, maupun senior dan guru-guru saya di kampus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang sudah mengingatkan saya, mengkritik saya, dan mengingatkan saya.

 
Apa yang saya tulis dalam status facebook saya, itu merupakan kegelisahan saya dalam melihat realitas NU saat ini. Dan dalam penulisan status tersebut, tidak ada yang mendorong saya, menyuruh saya dalam menuliskan hal tersebut.

Ada pun statmen saya dianggap mempropokasi sekaligus dianggap menghina secara Institusi NU, maka saya mohon maaf, mungkin ini adalah ketidak tahuan saya, saat NU melakukan Ijtihad, selain itu kurangnya Informasi yang saya ketahui, tentang latar belakang kenapa Harus ada Surat Himbauan, dari NU sebagai organisasi Islam, yang konsisten mempertanankan NKRI.

 
Secara Pribadi, saya mohon maaf, sebesar-besarnya, bila ada yang tersinggung pada status facebook saya, salah, dan khilaf, sejatinya merupakan sifat dasar manusia sebagai "Insan" semoga dengan begini, saya secara pribadi bisa lebih bijak, sekaligus lebih banyak belajar lagi, sekaligus lebih banyak Silaturahmi lagi dengan warga Nahdiyyin, sekaligus kiai-kiai dan guru guru.

 
Status Facebook itu, datang dari diri saya secara pribadi. Tidak ada gading yang tak retak, manusia secara alamiah, tempatnya salah. Persoalan pernyataan Facebook saya, itu hasil dari pemikiran saya. !. Mohon dimaklumi dan di pahami.

 
Sekali lagi, saya secara pribadi, meminta maaf kepada semua warga Nahdhayyin dimana pun berada.



Billahi Taufiq Wal Hidayah 

 
Wassalamualaikum wr.wb.

 





Deni Iskandar. 



Pemilik akun Facebook
"Dheny Gholer Tea"



sumber: dutaislam.com