Latest News

Saturday, November 5, 2016

SKAK MATT untuk FPI & Anti Ahok! Buya Syafii Maarif: Ahok Tidak Menghina Al-Quran, Ahok Hanya Kritik Orang yang Gunakan Surat Al Maidah Ayat 51




alirantransparan.blogspot.com - Sekiranya saya telah membaca secara utuh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, yang menghebohkan itu, substansi tulisan ini semestinya sudah disampaikan saat Karni Ilyas, Presiden Lawyers Club, mengundang saya pada 11 Oktober 2016 melalui studio Yogyakarta.

Karena semula audio-visual TVONE dari Yogya beberapa saat tidak berfungsi, sehingga saya tidak sempat mengikuti fatwa MUI yang juga dibacakan dengan penuh emosi malam itu. Baru belakangan saya dapat membaca isi fatwa itu melalui internet. Dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina al-Qur�an dan menghina ulama dan harus diproses secara hukum. Tetapi malam itu, akal sehat saya mengatakan bahwa Ahok bukan orang jahat yang kemudian ditanggapi beragam oleh berbagai kalangan. 

Yang menghujat saya cukup banyak, yang membela pun tidak kurang. Semua berdasarkan fatwa MUI yang tidak teliti itu. Semestinya lembaga sebagai MUI mestilah menjaga martabatnya melalui fatwa-fatwa yang benar-benar dipertimbangkan secara jernih, cerdas, dan bertanggung jawab. Dari berbagai sumber yang dapat ditelusuri via internet, keterangan lengkap Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016 adalah sebagai berikut: �Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pakai surat al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya�� 

Perhatikan dengan seksama kutipan ini, apakah memang terdapat penghinaan terhadap al-Qur�an? Hanya otak sakit sajalah yang berkesimpulan demikian. Apalagi jika sampai menista Langit., jauh dari itu. Perkara dikesankan menghina ulama, saya tidak perlu bicarakan di sini, karena memang dalam sejarah Muslim sering bermunculan ulama jahat, penjilat penguasa dengan fatwa-fatwa murahannya. 

Pokok masalah di sini adalah pernyataan Ahok di depan publik di sana agar �jangan percaya sama orang�karena dibohongin pakai surat surat al-Maidah 51.� Ahok sama sekali tidak mengatakan bahwa surat al-Maidah 51 itu bohong. 

Yang dikritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih dirinya. Bung Zuhairi Misrawi dalam pembicaraan telepon dengan saya pada 3 Nopember 2016 mengatakan bahwa di beberapa masjid di Jakarta sudah lama dikobarkan semangat agar rakyat tidak memilih Ahok dalam pilkada 2017 karena dilarang oleh ayat di atas. 

Bagi saya, apakah Ahok terpilih atau tidak terpilih bukan urusan saya. Itu sepenuhnya urusan para pemilih DKI. Saya tidak akan memasuki perang penafsiran tentang ayat itu. Pusat perhatian tulisan ini adalah bahwa tidak benar Ahok telah menghina al-Qur�an berdasarkan kutipan lengkap keterangannya di Pulau Pramuka di atas. 

Fatwa gegabah MUI ini ternyata telah berbutut panjang. Demo 4 Nopember 2016 adalah bentuk kongkretnya. Semoga demo itu akan berlangsung tertib, aman, dan damai. Tetapi jika terjadi insiden yang tidak diinginkan, MUI harus bertanggung jawab, karena gara-gara fatwanya, demo itu digelar. Kelompok garis keras merasa dapat amunisi untuk tujuan duniawinya. 

Kekerasan telah jadi mata pencarian. Adapun beberapa politisi yang membonceng fatwa ini, itu bukan untuk mencari kebenaran, tetapi semata-mata untuk mendapatkan keuntungan politik kekuasaan dalam rangka pilkada DKI Feb. 2017. 

Apakah kita mau mengorbankan kepentingan bangsa dan negara itu akibat fatwa yang tidak cermat itu? Atau apakah seorang Ahok begitu ditakuti di negeri ini, sehingga harus dilawan dengan demo besar-besaran? 

Jangan jadi manusia dan bangsa kerdil! Tulisan yang senada dengan ini dapat dicari di internet, seperti ditulis oleh Ahmed Zainul Muttaqien di bawah judul: �Soal Kalimat Ahok,� dan tiga artikel Zuhairi Misrawi dengan beberapa judul yang saling berkaitan. Yogyakarta, 3 Nop. 2016 **saya sudah cek ke sumber yg bisa dipercaya, ini bener tulisan buya. konon koran2 gak berani muat.. ~mari bantu sebar.

Saksikan video berikut:



Kasus Video Ahok yang Diedit, Polisi: Buni Yani Berpotensi Jadi Tersangka




alirantransparan.blogspot.com - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan pemilik akun jejaring sosial Facebook, Buni Yani, berpotensi menjadi tersangka dalam dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Buni Yani dilaporkan sebagai terlapor, itu berpotensi menjadi tersangka juga karena mengunggah video dan penyebarluasan lewat Facebook dia. Itu bisa menjadi sesuatu yang viral dan kemudian menyulut kemarahan publik," kata Boy kepada wartawan di Jakarta, Sabtu, 5 November 2016.

Buni dilaporkan kelompok relawan pendukung Ahok, Komunitas Muda Ahok Djarot (Kotak Adja), karena dianggap secara sengaja mengedit rekaman video Ahok tentang petikan salah satu ayat suci Al-Quran, yang kemudian diartikan sebagai tindakan penghinaan terhadap Islam.

Dalam sebuah program talk show yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta, pengunggah pertama rekaman video Ahok itu mengakui ada kesalahan saat mentranskrip kata-kata Ahok dalam video tersebut. Kesalahan yang dimaksud adalah tidak adanya kata �pakai�.

Ahok sendiri telah memohon maaf kepada umat Islam soal perkataannya yang menyebut-nyebut Surat Al-Maidah ayat 51 di hadapan warga Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada 27 September 2016.

Ahok mengakui ucapannya terkait dengan Surat Al-Maidah ayat 51 menimbulkan kegaduhan yang menyinggung perasaan umat Islam. Meskipun begitu, Buni Yani tetap meminta Ahok diproses secara hukum.

Dugaan penistaan agama yang dialamatkan kepada Ahok sedang ditangani Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, sedangkan laporan polisi terhadap Buni Yani ditindaklanjuti Polda Metro Jaya.

"Kegiatan pemeriksaan Buni Yani, di mana kasusnya ditangani Polda Metro Jaya, nanti bisa didalami lagi. Yang jelas, prosesnya masih berjalan," tutur Boy.(tempo.co)


Sampah Menumpuk! Dinas Kebersihan DKI Berhasil Kumpulkan 75 Ton Sampah Sisa Demo 4 November




alirantransparan.blogspot.com - Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengumpulkan 75 ton sampah hasil dari pembersihan yang dilakukan seusai demonstrasi besar-besaran di kawasan silang Monas, Jakarta Pusat. Sampah sebagian besar berupa botol, plastik dan batu.

"Penumpukan sampah ada di beberapa titik, seperti Masjid Istiqlal, Balai Kota, Istana Negara, Stasiun Gambir, Bundaran HI, Tugu Tani, Senen dan Jalan Hayam Wuruk. Sampah yang terkumpul sebanyak 75 ton, didominasi botol, styrofoam, kayu, batu dan plastik," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Isnawa Adji dalam rilis yang diterima detikcom, Sabtu (5/11/2016).

"Semuanya dibuang ke TPA Bantar Gebang," lanjutnya.

Untuk membersihkan kawasan pusat Ibukota tersebut dari sampah, Dinas Kebersihan DKI menurunkan 500 Pekerja Harian Lepas (PHL), 31 roadsweeper, 7 truk compactor, 15 truk sampah, 8 kendaraan pikap, 11 bus toilet dan 4 toilet kontainer. Untuk sampah yang berada di kawasan Monas sendiri belum seluruhnya dapat dibereskan oleh petugas Dinas Kebersihan DKI. Alasannya karena kawasan tersebut menjadi otoritas pengurus Monas.

"Khusus kawasan Monas, belum sepenuhnya dibersihkan. Karena kawasan tersebut merupakan kewenangan otoritas Monas. Rencana akan dibersihkan kembali dibantu PHL Dinas Kebersihan," ujar Isnawa.

Kendala lain yang dihadapi oleh petugas dalam membersihkan sampah sisa aksi kemarin adalah petugas harus menunggu kendaraan taktis polisi dan TNI pindah terlebih dahulu. Namun, Dinas Kebersihan juga mengucapkan terima kasih kepada para pedemo yang memiliki insiatif untuk mengumpulkan sampah mereka sendiri.

"Kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan pembersihan baru bisa efektif setelah pedemo pulang dan personel serta kendaraan-kendaraan seperti truk, water canon, dan barracuda berangsur-angsur pindah," tutur Isnawa.

"Kami juga berterima kasih, karena di beberapa titik ditemukan karungan sampah yang berasal dari inisiatif koordinator aksi unjuk rasa," tutupnya.(detik.com)



baca juga: - Benarkah Ustadz yang Bikin Sayembara Bunuh Ahok dan Berhadiah 1 Milyar adalah Kader Demokrat?? Lihat Fotonya dan Baca Di Sini 

Fahry Berorasi, tapi Malah Lebih Mirip Seorang Provokator 

SETUJU! KPK Didesak Usut Keterlibatan Ibas Yudhoyono dalam Proyek Hambalang

Dianggap Provokator, Ratna Sarumpaet Diamankan Polisi Pada Demo 4 November

 


alirantransparan.blogspot.com - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Ratna Sarumpaet diamankan oleh pihak kepolisian dari kerumunan massa yang sedang melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, pada Jumat (4/11). 

Berdasarkan infomasi yang dihimpun, Ratna Sarumpaet diamankan karena dianggap melakukan provokasi terhadap para peserta pengunjuk rasa. 

Dengan menggunakan kerudung putih dan baju berwarna putih, Ratna tampak dirangkul oleh empat orang aparat kepolisian untuk masuk ke dalam Istana Negara. 

Selain Ratna, aparat kepolsian dengan berpakaian preman juga mengamankan satu orang provokator. Dengan mengunakan kaus cokelat, dia tampat dirangkul dengan tangan dipuntir oleh tiga orang aparat kepolisian. 

Seorang provokator tersebut saat ini sudah diamankan ke dalam truk mobil polisi. 

Sampai saat ini massa pengunjuk rasa semakin tidak kondusif. Mereka terus melemparkan aparat kepolisian dengan menggunakan botol air mineral.(jawapos.com)

baca juga: - Benarkah Ustadz yang Bikin Sayembara Bunuh Ahok dan Berhadiah 1 Milyar adalah Kader Demokrat?? Lihat Fotonya dan Baca Di Sini 

Fahry Berorasi, tapi Malah Lebih Mirip Seorang Provokator 

SETUJU! KPK Didesak Usut Keterlibatan Ibas Yudhoyono dalam Proyek Hambalang

Jokowi Sebut Ada Politikus Tunggangi Aksi Demo, Fadli Zon Ngamuk! Bilang Begini...!!


Fadli zon dalam diskusi Radio Sindo Trijaya bertajuk 'Politik dan Kebangsaan Kini' di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/11).
alirantransparan.blogspot.com - Pernyataan Presiden Joko Widodo tentang ada aktor politik yang menunggangi bentrokan yang terjadi di depan Istana Merdeka mengundang reaksi dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Wakil Ketua Umum DPP Gerindra, Fadli Zon.

Menurut Fadli, jika memang ada aktor politik yang menunggangi aksi damai kemarin, maka Jokowi harus sebutkan secara lantang siapa aktornya.

"Sebut saja siapa aktornya, supaya tidak ada yang berspekulasi," kata Fadli dalam diskusi Radio Sindo Trijaya bertajuk 'Politik dan Kebangsaan Kini' di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/11).

Fadli menyebut, apabila memang benar ada dalang yang menyalahi aturan dari aksi demo ini pemerintah harus menangkapnya.

"Ini era demokrasi. Apa yang kita lakukan sudah dijamin Undang Undang Dasar 1945," imbuh Fadli.

Fadli yang turut ikut memberikan orasinya dalam aksi demo kemarin menegaskan aksi tersebut murni karena masyarakat menuntut penegakan hukum atas Basuki T Purnama yang diduga telah melakukan penistaan agama.
 
"Tidak ada unsur sara. Bahkan kalangan nasrani dan tionghoa ikut datang. Mereka merasa ada ketidakadilan di negara ini."

Fadli juga menambahkan tidak ada pihak yang membiayai massa yang ikut dalam aksi damai kemarin. Mereka datang atas kesadaran sendiri.

"Kalau ada yang membiayai buka saja. Siapa yang membiayai? Kan ada bukti transfernya. Jika tidak terbukti maka ini artinya menghina rakyat yang datang dari berbagai daerah dengan biaya sendiri."(merdeka.com)

Tulisan Denny Siregar yang Membuka Topeng Para Lawan Politik Jokowi, 'SINYAL PERANG JOKOWI'




SINYAL PERANG JOKOWI

Jadi sudah jelas..

Pidato Jokowi menutup aksi demo yang akhirnya menjadi anarki itu membuka semua tabir bahwa sebenarnya tuntutan kepada Ahok hanyalah modus saja.

Ada atau tidak �penistaan agama� mereka tetap akan berdemo dgn dalih Al Maidah 51, bahwa Ahok tidak layak menjadi pemimpin umat Islam.

Sejak awal intelijen sudah mengantongi data bahwa demo 4 November ini ingin digiring ke arah seperti �98, dan berakhir pada dilengserkannya Jokowi. Karena itu Jokowi langsung bergerak menemui para pimpinan politik dan ormas Islam besar, untuk mundur dari demo ini karena sudah tidak sehat.

Hanya satu orang yang tidak ditemuinya dan kita semua sudah tahu apa alasannya�

Intelijen sudah mengantungi darimana sumber dana mengucur dan kepada siapa saja dikucurkan. Meski begitu, pemerintah tidak gegabah untuk langsung menangkapnya hanya berdasarkan laporan saja.

Menganalisa cara perang Jokowi, kita akan dibawa ke model perang orang Solo yang mengambil jalan memutar untuk menyelesaikan masalah.

Dan jalan memutar itu sudah pasti konstitusional, melalui jalur hukum. KPK, PPATK dan lembaga hukum lainnya disiapkan untuk mulai mendalami bukti2 pelanggaran hukumnya.

Proses hukum ini penting, supaya tidak ada yang bermain sebagai korban dan memanfaatkannya untuk menjadi pahlawan. Jokowi terus memutar sambil membuka topeng lawan satu persatu sehingga lawannya sendiri yang grogi. Ia berusaha memutus sumber aliran uang yang berpotensi mendanai kerusuhan berikutnya.

Dan kita akan melihat permainan catur yang cantik sesudah ini antara tukang kayu melawan mantan Jenderal..

Benar kata Ahok, �Jokowi ini lebih sadis dari gua. Kalau gua jengkel ama kodok, langsung gua tembak kepalanya. Kalau Jokowi, dia elus dulu kodoknya, dia taruh di panci berisi air dingin biar nyaman, trus dia nyalakan api kecil kompor di bawahnya. Si kodok mati tanpa sadar kalau dia dibunuh perlahan..�

Pidato malam tadi adalah sinyal perang Jokowi. �Lu atau gua yang berakhir sesudah ini..�

Perang Jokowi akan dimulai ketika membebaskan Antasari Azhar pada 10 November, simbol hari pahlawan�

Kopi mana kopiii�

by denny siregar