
PENGAKUAN TERBARU JOKOWI SOAL FREEPORT
Jokowi mengakui beberapa hal tentang kisruh Freeport itu :
“Ketika saya ngotot untuk mendapat kembali hak kita di Freeport, ada banyak orang menakut-nakuti saya”, aku Jokowi.
_“Kata orang-orang, jika saya keras kepala soal Freeport, saya bisa jatuh.
Bisa lengser saya.
Jika saya melawan Freeport, Amerika bisa marah.
Negara itu bisa membuat chaos di Indonesia.
Jika melawan Amerika, maka siapapun presidennya akan jatuh.
Jadi supaya aman, saya harus ikut maunya Freeport”,_ tutur Jokowi.
_“Tetapi saya tidak takut.
Mengapa ...?
Karena saya paham soal Freeport, yang tidak ada urusannya dengan negara lain, maka saya harus ngotot-ngototan.
Berpuluh-puluh tahun, kita hanya mendapat royalti 1 persen.
Padahal di bumi Papua itu, berton-ton emas ditambang dan dibawa keluar.
Ini logika dari mana ...?
Saya memerintahkan menteri saya.
Kita harus mendapat royalty 10 persen.
Sahamnya kita juga harus mendapat 51 persen.
Apapun caranya, kita harus merebut hak kita”,_ tegas Jokowi.
_“Lalu selama dua tahun terakhir, kita sudah ngotot-ngototan bernegoisasi dengan Freport.
Mereka juga ngotot, kita juga ngotot.
Tetapi kita harus terus maju.
Selangkah pun kita tidak boleh mundur.
Kita harus mendapat hak kita.
Saya memberi waktu kepada Menteri dan pihak Freeport sampai Agustus tahun 2018 ini.
Jika tidak rampung dan masih berbelit-belit, saya akan memakai cara lain”,_ ungkap Jokowi.
_“Soal ditakut-takuti, saya sudah tiga kali makan bareng dengan Obama saat dia masih Presiden Amerika.
Namun tak sekalipun dia mengungkit-ungkit soal Freeport.
Pun sudah dua kali bertemu dengan Donald Trump.
Sama juga, Trump tidak pernah menyinggung soal Freeport.
Ternyata kita sendiri yang ribut soal Freeport.
Obama dan Trump tenang-tenang saja.
Mereka sama sekali tak pernah menyinggungnya.
Jadi ini sebenarnya business to business.
Tidak hubungannya dengan negara.
Ini urusan bisnis”,_ beber Jokowi.
_“Lalu siapa yang menakut-nakuti saya itu ...?
Ya mereka para mafia.
Orang-orang kita sendiri yang menakut-nakuti kita.
Mereka ciptakan ketakutan agar saya tidak mengganggu lahan basah mereka.
Baca Juga : Indonesia Bakal Jadi Pemilik Tambang Emas Terbesar Sejagat
http://politikbaik.blogspot.com/2018/07/indonesia-bakal-jadi-pemilik-tambang.html
Dan itu harus dihentikan.
Kita harus memakmurkan rakyat Papua dan Indonesia.
Pemda Papua harus mendapat 10 persen saham.
Biar Papua maju.
Jadi kita harus menguasai saham Freeport 51 persen.
Minimal 51%. Kalau bisa lebih”,_ kata Jokowi.
Dari pengakuan ngotot Jokowi di atas, saya semakin yakin bahwa Jokowi adalah sosok langka di republik ini.
Dialah pemimpin Indonesia yang bernyali besar melawan ketidak-adilan.
Ia benar-benar seorang pemberani demi rakyatnya.
Ia rela ngotot dan berdarah-darah merebut kembali hak rakyat Indonesia yang telah digadaikan oleh pemerintah sebelumnya.
Jokowi mengaku bahwa dia mempunyai impian besar.
Indonesia harus terus bekerja keras.
Di tahun 2045, Indonesia akan masuk 4-5 besar sebagai negara terbesar perekonomiannya.
Pendapatan perkapita 29.000 US Dollar atau Rp. 400 juta per tahun.
Dan itu harus dicapai.
_“Untuk mencapai impian itu, saya harus menyingkirkan segala rintangan.
Saya harus memberi etos kerja yang baik bagi rakyat.
Jadi saya harus turun langsung. Bekerja, bekerja dan bekerja.
Seiring dengan itu, saya harus berperang menghancurkan para mafia dan para koruptor.
Lawan saya juga ada dimana-mana,”_ tegas Jokowi.
_“Sebenarnya setelah membubarkan HTI, saya masih ingin membubarkan ormas radikal lainnya.
Mereka adalah penghalang kemajuan negara.
Tetapi para menteri saya mengatakan : pelan-pelan Pak Presiden.
Satu-satu Pak Presiden.
Jadi bukan saya yang takut, tetapi orang-orang di sekitar saya”,_ tambah Jokowi.
Jokowi memang harus diakui sebagai pemberani.
Nyalinya tinggi, Namun ia mengakui bahwa bernyali besar saja tidak cukup.
“Setiap keputusan yang diambil, selalu ada hitung-hitungannya”, katanya.
Ungkapan Jokowi ini menggambarkan bahwa dia seorang pecatur yang handal.
Dia selalu menghitung langkah-langkah yang diambilnya.
_“Ketika saya membuat keputusan mendadak, kita memang belum siap.
Tetapi di sana juga belum siap. Jadi sama-sama tidak siap.
Jika demikian kitalah yang mendapat keuntungan”,_ aku Jokowi sambil ketawa.
Selain berani, Jokowi juga dikenal dengan kesederhanaannya. Ia sangat merakyat, berjabat tangan dengan banyak orang.
Ia juga bersedia selfi dengan siapa saja.
Bukti kesederhanaan Jokowi bisa dilihat dari pengakuan para pelayan makanan baik saat dia menjadi gubernur DKI Jakarta maupun saat dia sekarang menjadi Presiden.
Saat sibuk di tempat kerjanya di saat makan siang atau malam, Jokowi sering menelepon para pelayan makanan.
Dia meminta agar makanannya diantar saja dalam satu piring.
“Kasih nasi dan beberap lauk pauk di satu piring.
Jangan terlalu banyak”, pinta Jokowi.
Makanan pun diantar di dalam ruang kerjanya.
Lalu para pelayan kembali ke tempatnya seraya menunggu panggilan dari Jokowi.
Para pelayan pun menunggu.
Pasti Pak Presiden akan menelopon lagi.
Mungkin kurang ini, kurang itu, tambah ini, tambah itu.
Tetapi apa yang terjadi ...?
Jokowi sama sekali tidak menelopon lagi.
Ia tidak pernah meminta tambahan makanan, bumbu atau yang lainnya.
Artinya apa ...?
Dalam soal makanan, Jokowi amat sederhana.
Ia memakan apa yang dihidangkan dalam satu piring.
Ia tidak mengeluh, Ia tidak meminta tambahan ini dan itu.
Dan itu kerap menjadi kebiasaan Jokowi.
Luar biasa.
Presiden yang amat sederhana.
Ah ternyata menjadi Presiden berat sekali.
Seorang Presiden yang hebat, harus berani, ngotot, lihai berperang, mikirin selalu rakyat dan sederhana.
Kalau begitu biarkan Jokowi saja yang tetap menjadi Presiden tahun 2019 mendatang 😄😄.
Tolong VIRALKAN niat orang baik,mengapa hrs memilih orang yg tdk pasti Dan belum teruji.

SETIAP WARGA HARUS MELEK POLITIK
Nasehat Pericles mungkin jadi akan terasa getir, “Hanya karena Anda tidak meng ambil minat dalam politik, tidak berarti politik tidak akan mengambil minat pada Anda,…"
Dan dalam praksis politik, tidak penting beda antara tidak berfikir, diam saja, atau pura-pura tak mendengar, berlagak netral dan sok filosofis. Dalam konsep one man one vote, ketidakhadiran adalah nihil.
Maka mereka yang mendiamkan, adalah mempercayai, atau setidaknya meloloskan politikus buruk lewat di depan hidung, Dan itu menyedihkan.
Dan setelahnya mereka terkejut, mereka berkuasa, tanpa persetujuan kita, dan mereka akan menentukan masa depan atau hajat hidup kita?.
Disitulah kita percaya omongan getir Will Rogers, Pelawak Politik. Bahwa politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang.
Biaya itulah yang kemudian kita tanggung, sebagai rakyat. Kita akan terkena imbasnya, bahkan sampai pada anak-cucu...jika buruk pemimpin yg kita pilih maka 5 tahun lamanya penderitaan yg kita alami sampai menunggu pemilihan pemimpin berikutnya
Celakanya, “Salah satu hukuman karena menolak untuk berpartisipasi dalam politik," kata Plato, "adalah bahwa Anda berakhir diperintah oleh bawahan Anda.” Siapa bawahan Anda? Yaitu orang-orang yg tidak memiliki kompetensi dan tidak memiliki integritas.
Berthold Brecht (1898 – 1956), seorang penyair Jerman, yang juga dramawan, sutradara teater nasehatnya penting kita renungkan;
"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri."

Pemenang Pilgub 2018 Berdasarkan Hasil Quick Count
Pemenang Pilkada berdasarkan Quick count, Pilkada Serentah 27 June 2017 - Indonesia
1. Maluku = Murad (PDIP, PAN, PPP, PKPI, PKB, Hanura, Gerindra, dan Partai Nasional Demokrat).
2. Sulsel = Nurdin Abdullah (PDIP, PAN, dan PKS.)
3. Bali = Wayan (PDIP, PKPI, HANURA, PAN)
4. Jateng = Ganjar (PDIP, Partai Nasdem, Partai Demokrat, PPP)
5. NTT = Victor L (Hanura, Golkar dan Nasdem.)
6. Sumut = Edy R (NasDem, Golkar, Gerindra, PKS, PAN, Hanura)
7. Jatim = Khofifah (PPP, Golkar, Hanura, PAN, Nasdem, dan Partai Demokrat.)
8. Jabar = Ridwan K (Nasdem, PPP, PKB, Hanura)
9. Kaltim = Isran Noor (Gerindra, PAN dan PKS).
10. Lampung = Arinal (Golkar, PAN, PKB).
11. Kalbar = Sutarmidji (Golkar, PKB, Hanura, PKS, Nasdem )
12. Sumsel = Herman (Nasdem, Hanura, PAN)
13. NTB = Zulkieflimansyah (PKS dan Demokrat)
alirantransparan.blogspot.com - Juru bicara Presiden Joko Widodo, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sudah diminta mengaudit dugaan korupsi 34 proyek listrik mangkrak. Hasil audit itu, menurut Johan, bisa jadi akan diserahkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kalau memang ada unsur korupsi nantinya bisa saja diserahkan kepada KPK," kata Johan di gedung KPK, Jumat, 11 November 2016. "Tapi saat ini kami sedang menunggu hasil evaluasi atau audit itu."
Johan menjelaskan, 34 proyek listrik itu berawal dari wacana membangun pembangkit listrik 35 ribu megawatt. Sebagian proyek itu sudah dimulai sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ketika itu dievaluasi ternyata ada beberapa proyek itu yang tidak berjalan," ujar mantan pelaksana tugas Wakil Ketua KPK itu.
Dugaan korupsi itu menguak setelah Jokowi meminta audit terhadap proyek-proyek mangkrak itu. Belakangan, KPK menyatakan sedang menelaah kasus tersebut.
"Kalau radar KPK sudah nangkap beberapa proyek, ya. Tapi kan kalau menurut mereka 34, nah itu kami belum nerima," kata Agus di gedung KPK, Kamis, 10 November 2016.
Agus mengatakan di antara 34 proyek tersebut, ada banyak proyek pembangkit listrik tenaga uap yang terindikasi korupsi. Menurut Agus, KPK juga menunggu audit BPKP.(tempo.co)

alirantransparan.blogspot.com - Mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) KH Mustofa Bisri berpesan agar umat Islam berhati-hati dalam menyikapi kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Menurut Mustofa yang dikenal dengan panggilan Gus Mus, hujatan dan kecaman atas nama umat Islam terkait dengan perebutan kekuasaan dalam Pilkada DKI Jakarta. Kasus Ahok �digoreng� dengan mencatut agama untuk kepentingan politik.
"Umat harusnya melihat, ini pemimpin, bupati, gubernur, presiden sampai kapan. Apakah sampai kiamat, atau selamamya. Ini kan ada periodenya lima tahun,� ujar Gus Mus, sebagaimana dilansir CNNIndonesia.com, Kamis, 10 November 2016.
Gus Mus menilai beberapa kelompok Islam sudah mengarah pada kebencian dalam menyikapi perkataan Ahok tentang Surat Al Maidah yang berujung pada laporan dugaan penistaan agama.
Menurut Gus Mus, ekspresi kebencian itu terlihat dari banyaknya hujatan dan makian. Namun, sikap ini hanya dilakukan oleh segelintir dan sekelompok orang yang mengatasnamakan umat Islam.
"Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jangan kita memuji orang tapi dengan menjatuhkan atau menghujat orang lain. Emosi di hati jangan sampai menciptakan kebencian yang berlebihan, itu pasti akan memunculkan masalah, seperti yang terjadi sekarang ini di mana umat sudah terpancing membenci Ahok yang berlebihan," ungkap Gus Mus.
Gus Mus menyatakan untuk menjadi manusia obyektif dan jujur memang tidaklah mudah. Emosi dan hawa nafsu yang tidak terkendali akan dapat membuat manusia goyah dalam menentukan sikap, hingga akhirnya bisa menghalalkan segala cara.
"Menjadi jejeg (tegak) itu memang tidaklah mudah. Kalau hati ini tidak kuat, akan bisa goyah ke kiri maupun ke kanan. Maka, janganlah mudah terhasut atau terpancing,� kata Gus Mus.
Seperti halnya Gus Mus, mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif berupaya menenangkan massa Islam yang anti-Ahok.
Syafii malah menilai Ahok tidak melakukan penistaan agama saat menyebut surat Al Maidah ayat 51. Ahok, ujar Syafii, hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih Ahok.
"Walaupun saya dihujat karena melawan arus, saya santai saja. Anggap enteng dan mengalir saja," ujar Syafii seperti dilaporkan Detik.com, Rabu (9/11).
Syafii juga mengkritik Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa terkait kontroversi pernyataan Ahok. Semestinya sebagai lembaga yang kredibel, MUI harus mempertimbangkan fatwa-fatwa demi menjaga keutuhan bangsa.
Meski demikian, dia meminta perbedaan pendapat dirinya dengan MUI jangan terlalu dipermasalahkan.
"Ya nggak apa-apa (perbedaan pendapat) kan ada kutub utara dan kutub selatan, biasa itu. Kita saling melengkapi," ucap Syafii. (ml/CNNIndonesia.com)