Latest News

Showing posts with label Pilgub DKI. Show all posts
Showing posts with label Pilgub DKI. Show all posts

Sunday, October 16, 2016

Menggelitik! Ruhut Anggap Para Pendemo Sebagai Tim Sukses Ahok



 
alirantransparan.blogspot.co.id - Ruhut Sitompul, salah satu juru bicara tim sukses pasangan bakal cagub-cawagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017, mengatakan, aksi unjuk rasa menentang Ahok pada Jumat kemarin justru akan membuat Ahok  pasti menang. 

Dia menyebut para pengunjuk rasa kemarin sebagai "tim sukses". "Itu tim sukses kami yang demo-demo kemarin. Kenapa? Dia benci sama Aho kan, sedangkan mereka dibenci sama rakyat. Jadi akhirnya (rakyat) coblos Ahok ha-ha-ha...," kata Ruhut di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Sabtu (15/10/2016).

Ruhut menilai warga Jakarta tidak menyukai ormas yang kemarin berdemo di depan Balai Kota DKI. Dia menyakini, jika disuruh memilih, warga pasti pilih mendukung Ahok daripada ormas itu. Karena itu, demo tersebut justru berbuah positif bagi Ahok.

"Jadi sering-seringlah demo ha-ha-ha...," ujar Ruhut.

Unjuk rasa sejumlah ormas di depan Balai Kota kemarin dilakukan untuk merespons ucapan Ahok beberapa waktu laku yang mengutip salah satu ayat Al Quran dari Surat Al Maidah.(kompas.com)

Friday, October 14, 2016

Panas Dingin Nih! Pasangan Agus-Sylvi Terancam Gagal Maju, Karena Alasan Ini




alirantransparan.blogspot.co.id -  Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz melayangkan surat permohonan kepada Kemenkumham. 

Surat tersebut berisi permintaan kepada Kemenkumham untuk menganulir surat keputusan (SK) untuk PPP kubu Romahurmuziy.

Permohonan surat tersebut dapat berdampak pada Pilkada DKI Jakarta.

"Tindakan yang blunder banget," kata Wasekjen PKB Daniel Johan ketika dikonfirmasi, Jumat (14/10/2016).

Diketahui, PPP kubu Djan Faridz telah menyatakan dukungan kepada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat.

Sedangkan, PPP kubu Romahurmuziy bersama Demokrat, PAN dan PKB yang tergabung dalam Poros Cikeas mengusung pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni.

"Saya yakin Menkumham tidak akan mengubah-ubah kebijakan hanya karena kepentingan politik praktis sesaat," kata Daniel Johan.

Daniel Johan menilai surat PPP kubu Djan Faridz itu bagian dari gerakan politik yang menunjukkan Agus Yudhoyono disegani karena memiliki potensi besar mendapatkan simpati dan dukungan warga ibukota.

Dukungan tersebut dapat memenangkan Agus-Sylvi di Pilkada DKI Jakarta.

"Memang gerakan politiknya seperti itu, tapi itu bisa blunder dan semakin membuat pilkada DKI ramai tidak kondusif. Pilkada DKI bisa tidak jelas, golput akan memenangkan pilkada," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.

Daniel Johan menegaskan pihaknya tidak khawatir adanya penggembosan dukungan kepada Agus-Sylvi.

"Karena yakin semua basisnya ke Agus kok, karena Lulung ketua DPD-nya kan ke Agus," kata Daniel.

Sebelumnya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz melayangkan surat kepada Kementerian Hukum dan HAM. Menkumham Yasonna H Laoly diminta menganulir surat keputusan (SK) PPP kubu Romahurmuziy, dan mengesahkan kepengurusan Ketua Umum Djan Faridz.

"Kemarin surat sudah dikirimkan kepada Menkumham," kata Wasekjen PPP kubu Djan Faridz, Sudarto ketika dikonfirmasi, Kamis (13/10/2016).


PPP kubu Djan melampirkan dokumen sesuai dengan ketentuan perundang-undangann yang berlaku bagi perubahan kepengurusan dan perubahan AD/ART untuk parpol.

Sudarto menegaskan SK Menkumham untuk kubu Romahurmuziy keliru karena bertentangan dengan putusan MA 601 yang sudah berkekuatan hukum tetap.

"Akibat yang timbul dari dicabutnya SK Romy, kubu Romy tidak lagi bisa mengatasnamakan PPP dan termasuk tidak lagi bisa menggunakan atribut PPP," kata Sudarto.

Menurut Sudarto, pengaruh keputusan Menkumham jika mengabulkan surat PPP kubu Djan Faridz sangat besar. Hal itu bisa berdampak pada pencalonan kepala daerah di Pilkada DKI Jakarta. (tribunnews.com)

Thursday, October 13, 2016

Memanas! Kubu Anies Sebut Petahana Selama Ini Tak Sentuh Ekonomi, Tim Ahok: Buka Mata!




alirantransparan.blogspot.co.id - Tim sukses Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk Pilgub DKI 2017 menilai petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidyat belum menyentuh persoalan ekonomi di Jakarta.

Namun Timses Ahok-Djarot membantah hal itu. Justru petahana sudah membuktikan penyelesaian permasalahan ekonomi untuk warga Jakarta.

"Dari mana mereka meragukan itu? Buka matanya, buka data, lihat, kaji, baru ngomong!" kata Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Miryam S Haryani, saat dikonfirmasi, Kamis (13/10/2016).

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di Jakarta sudah tergolong baik. Ini tercapai karena upaya Ahok-Djarot untuk menyelesaikan masalah ekonomi.

Menurut Miryam, angka pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta mencapai 6 persen pada 2016. Sedangkan target pemerintah juga 6 persen dan diasumsikan pertumbuhan 5,2 persen.

"DKI enggak buruk-buruk amat soal pertumbuhan ekonomi," kata Miryam.

Ketua DPP Partai Hanura ini menyebut harga-harga barang di pasaran dan pasokan barang kebutuhan di Jakarta terbilang stabil. Bahkan lonjakan harga barang kebutuhan pokok saat lebaran juga bisa diatasi dengan cepat.

"Ada pula program Kartu Jakarta Pintar (KJP), pemegang KJP di rusun gratis naik transportasi umum bus Trans Jakarta," lanjut Miryam.

Untuk program transportasi, pemerintahan Ahok-Djarot telah menerapkan subsidi sehingga tarif transportasi umum tak membebani masyarakat, bahkan ada yang gratis. Belum lagi, program untuk pembangunan transportasi juga dijalankan, yakni Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), hingga penambahan jumlah bus untuk Trans Jakarta.

"Sedangkan mereka (Anies-Sandi) masih wacana, tebar mimpi, dan prediksi," kata Miryam.

Sebelumnya, Juru Bicara Tim Anies-Sandi, Anthony Leong mengatakan bahwa saat ini rakyat mendambakan demokrasi yang sejuk, saling menguatkan dan bukan menghujat. Kemudian dia menyoroti program Ahok belum menyentuk persoalan ekonomi.

"Daripada di sosmed melakukan bullying mending kita suarakan gagasan. Misalkan persoalan ekonomi di Jakarta bagaimana solusinya ke depan karena selama ini tak tersentuh oleh petahana," tambah Anthony. (detik.com)

Wednesday, October 12, 2016

Sangat Menyentuh! Antara Surat Al Maidah Ayat 51 dan Para Pengungsi dari Negara Islam yang Lari ke Negara 'Kafir'

 
Gelombang pengungsi dari tanah Arab yang masuk ke dalam daratan Eropa


alirantransparan.blogspot.co.id - Tulisan yang kami ambil ini bisa jadi bahan pertimbangan atau rujukan  agar kita tdk diadu-domba dan dicekoki pemahaman yang dipelintir. Karena menjelang pilkada DKI, banyak sekali umat muslim yang mengeluarkan QS. Almaidah ayat 51: 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Ayat di atas sedang populer sekarang. Ayat itu selalu populer menjelang pemilu. Dalam hal pilkada DKI yang salah satu calon kuatnya adalah Nasrani, ayat ini menjadi semakin kuat bergema. Tapi apakah ayat ini soal pemilu? Apakah ini ayat soal pemilihan gubernur? Menurut saya bukan. Sejarah Islam tidak pernah mengenal adanya pemilihan umum. Juga tak pernah ada pemilihan gubernur atau kepala daerah. Satu-satunya pemilihan yang pernah terjadi adalah pemilihan khalifah. Itu pun hanya 5 kali, dan hanya melibatkan sekelompok orang yang tinggal di Madinah. Gubernur khususnya adalah pejabat yang ditunjuk oleh khalifah. Tidak pernah dipilih.

Jadi ayat ini tentang apa? Apakah Wali atau awliya itu soal pemimpin wilayah atau daerah? Bukan. Bagaimana mungkin ada ayat yang mengatur tentang pemilihan pemimpin, padahal pemilihan itu tidak pernah terjadi?

Jadi, apa yang dimaksud? Apa makna wali atau awliya? Wali artinya pelindung, atau sekutu. Ketika Nabi ditekan di Mekah, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Ethopia). Rajanya seorang Nasrani, menerima orang-orang yang hijrah itu, melindungi mereka dari kejaran Quraisy Mekah. Inilah yang disebut wali, orang yang melindungi. Kejadian ini direkam dalam surat Al-Maidah juga, ayat 81.

Adapun ayat 51 yang melarang orang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pelindung itu adalah soal persekutuan dalam perang. Tidak ada sama sekali kaitannya dengan pemilihan pemimpin. Ini sudah pernah saya bahas, dan dibahas banyak orang.

Pagi ini, saya menyaksikan berita pilu. Orang-orang Arab dari Syiria dan Irak masih terus mengungsi. Ke mana? Ke Eropa. Siapa orang-orang Eropa itu? Muslimkah mereka? Sebagian besar tidak. Kebanyakan dari mereka, orang-orang Eropa itu, adalah Nasrani, atau ateis (musyrik). Tapi kini mereka menjadi pelindung bagi orang-orang muslim, persis seperti ketika kaum muslim hijrah ke Habasyah. Jadi, cobalah orang-orang yang rajin melafalkan ayat Al-Maidah 51 itu berkhotbah kepada para pengungsi itu. Katakan kepada mereka bahwa meminta perlindungan kepada Nasrani, menjadikan mereka wali atau awliya itu haram hukumnya. Bisakah?

Ironisnya, dari siapa mereka lari? Dari kaum kafir? Bukan. Mereka lari karena ditindas oleh pemimpin-pemimpin mereka sendiri, kaum muslim. Kaum muslim yang berebut kekuasaan. Utamanya Sunni melawan Syiah. Tahukah Anda bahwa bibit konflik Sunni-Syiah itu sudah terbentuk sejak Rasul wafat? Ketika orang-orang mulai kasak-kusuk untuk mencari siapa yang akan jadi khalifah, padahal jenazah Rasul belum lagi diurus. Permusuhan itu abadi, mengalirkan darah jutaan kaum muslimin sepanjang sejarah ribuan tahun, kekal hingga kini.

Tidakkah kita sebagai kaum muslim malu ketika saudara-saudara kita dizalimi oleh saudara kita yang lain, mereka meminta perlindungan kepada kaum Nasrani dan kafir? Tapi pada saat yang sama mulut kita fasih mengucap ayat-ayat yang memusuhi orang-orang Nasrani, memelihara permusuhan kepada mereka.

Ingatlah, musuh abadi kita sebenarnya bukan Yahudi dan Nasrani, melainkan rasa permusuhan itu sendiri. Rasa permusuhan itulah yang telah mengalirkan banyak darah kaum muslimin, mengalir menjadi kubangan darah sesama saudara. Sesama saudara pun bisa saling berbunuhan kalau ada permusuhan di antara mereka. Kenapa mereka berbunuhan? Politik! Perebutan kekuasaan.

Itulah yang sedang dilakukan banyak orang dengan memlintir Al-Maidah ayat 51. Berebut kekuasaan politik dengan mengobarkan permusuhan. Mereka sedang mengabadikan kebodohan yang sudah berlangsung 15 abad. Anda mau menjadi bagian dari kebodohan itu? Saya tidak. Karena saya tidak mau menjadi pengungsi seperti orang-orang Irak dan Syria.(fb.Kang Hasan)

Di ILC Semalam, Buya Syafii Maarif Sebut Ahok itu Bukan Orang Jahat




alirantransparan.blogspot.co.id � Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Syafii Maarif meminta semua pihak tidak memperpanjang persoalan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok  terkait ucapannya di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu soal surat Al Maidah ayat 51.

Ahok sendiri sudah meminta maaf kepada seluruh umat Islam atas pernyataannya yang mengutip ayat Al quran saat berdialog dengan warga Kepulauan Seribu beberapa hari lalu itu. Hal tersebut disampaikan Buya � panggilan akrab Syafii Maarif saat dimintai tanggapan soal kegaduhan pernyataan Ahok terkait Surat Al Maidah pada acara program TV One Indonesia Lawyers Club (ILC) bertajuk �Setelah Ahok Minta Maaf� , Selasa (11/10/2016).


Buya mengaitkan pernyataan Ahok tentang Surat Al Maidah dengan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Dalam perbicangan dengan Karni Ilyas dan didengar semua undangan yang hadir di ILC.

Buya menilai agar kasus ini tidak dijadikan alat politik kampanye hitam yang tidak sehat untuk menjatuhkan salah seorang paslon.

"Ahok sudah minta maaf, kalo sudah minta maaf yah diselesaikan saja. Dan saya rasa Ahok bukan orang jahat lah...Diselesaikan dengan baiklah dengan fair tanpa ada kampanye hitam" ucap Buya Syafii Maarif dan disambut riuh tepuk tangan Timses Ahok.

Buya pun memberi nasehat agar kasus Ahok ini tidak menjadi alat pemuas bagi pihak tertentu yang berkepentingan karena sungguh tidak benar membawa-bawa nama Tuhan untuk hal yang kotor.

"Kalau memperalat Tuhan untuk tujuan politik yang kotor itu tiak bisa dibenarkan.  Sepanjang sejarah  demokrasi kita, Tuhan dibajak oleh politisi, politisi yang tidak mau naik kelas menjadi negarawan. Seperti dipaksa Tuhan berpihak kepadanya. Ini mungkin bisa dipahami tapi kalau ini hanya untuk sekadar membela kepentingan politik sesaat, ini yang merusak kita. Merusak demokrasi yang sudah kita bangun selama 18 tahun," tutup Buya. (beritateratas, edited by admin alirantransparan.blogspot.co.id)

 
 Simak videonya

Buya Syafii Maarif : Ahok Bukan Orang JAHAT, Maka Selesaikan dengan Baik ILC AHOK HINA ALQURAN 

 


 

 

Nama Dicatut,The Jakmania Ngamuk ke Anies-Sandiaga Minta Klarifikasi




alirantransparan.blogspot.co.id � Pendukung fanatik klub sepakbola Persija Jakarta, The Jakmania, protes dengan pasangan Cagub/Cawagub DKI, Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Mereka merasa nama besarnya dicatut oleh calon dari Partai Gerindra dan PKS tersebut.

Pada Jumat (30/9), dideklarasikan Posko Relawan Pemenangan Anies-Sandiaga wilayah Jakarta Pusat. Dari beberapa nama organisasi, terdapat nama The Jakmania sebagai relawan pemenangan Anies-Sandiaga.

Plt Ketua Umum The Jakmania, Donal Aldiansyah mengatakan, dirinya secara pribadi dan organisasi tidak pernah sekalipun melakukan kesepakatan atau menyatakan dukungan ke salah satu pasangan Cagub/Cawagub DKI.

�Saya heran, kok ada nama The Jakmania di acara deklarasi yang dihadiri oleh Anies Baswedan. Kami tidak pernah mendukung dan berkomunikasi untuk memberikan dukungan kepada salah satu calon di Pilgub DKI,� kata Donal, kemarin.

Adanya nama The Jakmania, Donal mencurigai, adanya dari pihak tertentu untuk menyeret organisasi suporter sepakbola di Jakarta ini dalam urusan dukung mendukung di Pilgub DKI 2017.

�Tidak ada urusannya The Jakmania dengan apapun, apalagi yang berkaitan dengan politik, khususnya Pilgub DKI,� tegasnya.

Reaksi bermunculan dari organisasi The Jakmania, salah satu Koordinator Wilayah (Korwil) di Jakarta mempertanyakan banner yang menuliskan nama organisasi suporter tersebut.

Korwil Cikampek melalui akun resminya di Twitter mempertanyakan maksud menyeret nama The Jakmania. Mereka meminta klarifikasi banner tersebut.

�Harus ada klarifikasi terkait hal ini! JAKMANIA BUKAN KENDARAAN POLITIK UNTUK PEMENANGAN PILGUB DKI 2017! #Sajete, Sejak kapan THE JAKMANIA resmi menjadi RELAWAN PEMENANGAN salah satu pasangan PILKADA DKI JKT? THE JAKMANIA BUKAN KENDARAAN POLITIK! #Sajete, Harus ADA PERMOHONAN MAAF DARI PIHAK PASANGAN CAGUB?CAWAGUB yang dalam kampanyenya itu membawa nama Organisasi Besar THE JAKMANIA! #Sajete, kami MINTA KLARIFIKASI RESMI DI MEDIA dari pihak pasangan CAGUB/CAWAGUB, karena telah membawa nama besar organisasi THE JAKMANIA dalam kampanyenya!,� tulis aku @JakCikampek dalam twitnya.

Sementara itu, pendiri The Jakmania, Ferry Indrasyarif dengan lantang menyatakan penolakan organisasi yang didirikannya diseret dalam ranah politik. Bung Ferry, panggilan akrab pria ini menyerukan, apabila ada spanduk atau sejenisnya mengatasnamakan organisasinya harus dicopot.

Dia mencontohkan kasus spanduk di Kongres PSSI yang dilaksanakan di Hotel Indonesia dengan tulisan mendukung salah satu calon. Ferry yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua Umum The Jak, tanpa kompromis menurunkan spanduk tersebut.

Dirinya pun mengingatkan kepada semua anggota The Jakmania tidak memanfaatkan nama organisasi untuk kepentingan politiknya.

�Saya tidak anti politik. Tapi saya harus menjaga semangat murni pendirian The Jakmania. Semangat untuk menyatukan anak-anak muda Jakarta. Semangat untuk menjadikan Persija menjadi �Raja� di kampungnya sendiri,� jelas Ferry.

Diseretnya nama The Jakmania untuk kepentingan politik bukan pertama kali. Pada Pilgub DKI 2007, The Jak pernah disangkutpautkan dengan Adang Darajatun, yang kala itu bertarung melawan Fauzi Bowo.

Adang yang merupakan pensiunan Wakapolri, disebut dapat dukungan dari The Jakmania.

Lima tahun berikutnya, Pilgub 2012 giliran Fauzi Bowo yang bertarung dengan Joko Widodo. Kedua Cagub DKI tersebut kala itu disebut-sebut berusaha mendekati The Jakmania.

Bahkan, Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai Walikota Solo, sempat hadir di Stadion Manahan Solo bersama ribuan The Jakmania di tribun suporter. Karena saat itu, Persija yang �terusir� dari Jakarta, memilih Solo sebagai home base-nya.(thejak.co)