Latest News

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Wednesday, October 12, 2016

Sangat Menyentuh! Antara Surat Al Maidah Ayat 51 dan Para Pengungsi dari Negara Islam yang Lari ke Negara 'Kafir'

 
Gelombang pengungsi dari tanah Arab yang masuk ke dalam daratan Eropa


alirantransparan.blogspot.co.id - Tulisan yang kami ambil ini bisa jadi bahan pertimbangan atau rujukan  agar kita tdk diadu-domba dan dicekoki pemahaman yang dipelintir. Karena menjelang pilkada DKI, banyak sekali umat muslim yang mengeluarkan QS. Almaidah ayat 51: 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Ayat di atas sedang populer sekarang. Ayat itu selalu populer menjelang pemilu. Dalam hal pilkada DKI yang salah satu calon kuatnya adalah Nasrani, ayat ini menjadi semakin kuat bergema. Tapi apakah ayat ini soal pemilu? Apakah ini ayat soal pemilihan gubernur? Menurut saya bukan. Sejarah Islam tidak pernah mengenal adanya pemilihan umum. Juga tak pernah ada pemilihan gubernur atau kepala daerah. Satu-satunya pemilihan yang pernah terjadi adalah pemilihan khalifah. Itu pun hanya 5 kali, dan hanya melibatkan sekelompok orang yang tinggal di Madinah. Gubernur khususnya adalah pejabat yang ditunjuk oleh khalifah. Tidak pernah dipilih.

Jadi ayat ini tentang apa? Apakah Wali atau awliya itu soal pemimpin wilayah atau daerah? Bukan. Bagaimana mungkin ada ayat yang mengatur tentang pemilihan pemimpin, padahal pemilihan itu tidak pernah terjadi?

Jadi, apa yang dimaksud? Apa makna wali atau awliya? Wali artinya pelindung, atau sekutu. Ketika Nabi ditekan di Mekah, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Ethopia). Rajanya seorang Nasrani, menerima orang-orang yang hijrah itu, melindungi mereka dari kejaran Quraisy Mekah. Inilah yang disebut wali, orang yang melindungi. Kejadian ini direkam dalam surat Al-Maidah juga, ayat 81.

Adapun ayat 51 yang melarang orang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pelindung itu adalah soal persekutuan dalam perang. Tidak ada sama sekali kaitannya dengan pemilihan pemimpin. Ini sudah pernah saya bahas, dan dibahas banyak orang.

Pagi ini, saya menyaksikan berita pilu. Orang-orang Arab dari Syiria dan Irak masih terus mengungsi. Ke mana? Ke Eropa. Siapa orang-orang Eropa itu? Muslimkah mereka? Sebagian besar tidak. Kebanyakan dari mereka, orang-orang Eropa itu, adalah Nasrani, atau ateis (musyrik). Tapi kini mereka menjadi pelindung bagi orang-orang muslim, persis seperti ketika kaum muslim hijrah ke Habasyah. Jadi, cobalah orang-orang yang rajin melafalkan ayat Al-Maidah 51 itu berkhotbah kepada para pengungsi itu. Katakan kepada mereka bahwa meminta perlindungan kepada Nasrani, menjadikan mereka wali atau awliya itu haram hukumnya. Bisakah?

Ironisnya, dari siapa mereka lari? Dari kaum kafir? Bukan. Mereka lari karena ditindas oleh pemimpin-pemimpin mereka sendiri, kaum muslim. Kaum muslim yang berebut kekuasaan. Utamanya Sunni melawan Syiah. Tahukah Anda bahwa bibit konflik Sunni-Syiah itu sudah terbentuk sejak Rasul wafat? Ketika orang-orang mulai kasak-kusuk untuk mencari siapa yang akan jadi khalifah, padahal jenazah Rasul belum lagi diurus. Permusuhan itu abadi, mengalirkan darah jutaan kaum muslimin sepanjang sejarah ribuan tahun, kekal hingga kini.

Tidakkah kita sebagai kaum muslim malu ketika saudara-saudara kita dizalimi oleh saudara kita yang lain, mereka meminta perlindungan kepada kaum Nasrani dan kafir? Tapi pada saat yang sama mulut kita fasih mengucap ayat-ayat yang memusuhi orang-orang Nasrani, memelihara permusuhan kepada mereka.

Ingatlah, musuh abadi kita sebenarnya bukan Yahudi dan Nasrani, melainkan rasa permusuhan itu sendiri. Rasa permusuhan itulah yang telah mengalirkan banyak darah kaum muslimin, mengalir menjadi kubangan darah sesama saudara. Sesama saudara pun bisa saling berbunuhan kalau ada permusuhan di antara mereka. Kenapa mereka berbunuhan? Politik! Perebutan kekuasaan.

Itulah yang sedang dilakukan banyak orang dengan memlintir Al-Maidah ayat 51. Berebut kekuasaan politik dengan mengobarkan permusuhan. Mereka sedang mengabadikan kebodohan yang sudah berlangsung 15 abad. Anda mau menjadi bagian dari kebodohan itu? Saya tidak. Karena saya tidak mau menjadi pengungsi seperti orang-orang Irak dan Syria.(fb.Kang Hasan)

Gus Mus: MUI Itu Sebenarnya Makhluk Apa? Tiba-tiba Dijadikan Lembaga Fatwa




alirantransparan.blogspot.co.id - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Ahmad Mustofa Bisri, mempertanyakan keberadaan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut Gus Mus�panggilan akrab Mustofa Bisri, hingga kini status keberadaan MUI tidak jelas. Padahal MUI mengatasnamakan diri sebagai ulama.

"MUI itu sebenarnya makhluk apa? Enggak pernah dijelaskan. Ujuk-ujuk (tiba-tiba) dijadikan lembaga fatwa, aneh sekali," kata Gus Mus dalam pengajian dalam rangka ulang tahun unit kegiatan mahasiswa di kampus III Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Senin malam, 30 Maret 2015.

Di hadapan ratusan hadirin, Gus Mus mempertanyakan sebenarnya apa status MUI. Ia pun bertanya kepada para hadirin, "Itu MUI makhluk apa? Instansi pemerintah? Ormas? Orsospol? Lembaga pemerintahankah? Tidak jelas, kan? Tapi ada anggaran APBN. Ini jadi bingungi (membingungkan)."

Menurut Gus Mus, penggunaan nama ulama bisa disalahgunakan. Di MUI, kata dia, asal bisa jadi pengurus MUI maka akan disebut sebagai ulama, meski hanya menjadi sekretaris maupun juru tulis. "Ya, juru tulis itu akan disebut ulama. Mosok pengurus majelis ulama tidak ulama," kata Gus Mus, yang disambut tawa para hadirin.



Gus Mus juga resah terhadap penyematan panggilan ustad untuk orang yang sebenarnya belum layak. Ia mencontohkan ada seseorang yang hanya paham satu ayat sudah disebut ustad. "Kalau sudah pernah tampil di TV adalah ustad. Asal pinter jubahan meski kelakuane (kelakuannya) preman," kata Gus Mus.

Gus Mus menambahkan, melakukan dakwah tidak bisa hanya dengan memahami satu potong ayat Al-Quran. Maka, Gus Mus menyatakan tidak setuju jika ayat-ayat Al-Quran diterjemahkan. Anehnya, penerjemahan Al-Quran dimulai oleh Kementerian Agama.

"Kalau Al-Quran diterjemahkan maka balagohnya hilang," kata Gus Mus. Menurut Gus Mus, banyak orang yang memaknai Al-Quran hanya melalui terjemahan ayat per ayat sehingga yang disampaikan cenderung salah kaprah.(tempo.co)


baca juga: - MUI di ILC Tadi Malam: Ahok Harus Dihukum Mati, Dipotong Kaki dan Tangannya atau Diusir dari Indonesia  

Di ILC Semalam, Buya Syafii Maarif Sebut Ahok itu Bukan Orang Jahat

Di ILC Semalam, Buya Syafii Maarif Sebut Ahok itu Bukan Orang Jahat




alirantransparan.blogspot.co.id � Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Syafii Maarif meminta semua pihak tidak memperpanjang persoalan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok  terkait ucapannya di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu soal surat Al Maidah ayat 51.

Ahok sendiri sudah meminta maaf kepada seluruh umat Islam atas pernyataannya yang mengutip ayat Al quran saat berdialog dengan warga Kepulauan Seribu beberapa hari lalu itu. Hal tersebut disampaikan Buya � panggilan akrab Syafii Maarif saat dimintai tanggapan soal kegaduhan pernyataan Ahok terkait Surat Al Maidah pada acara program TV One Indonesia Lawyers Club (ILC) bertajuk �Setelah Ahok Minta Maaf� , Selasa (11/10/2016).


Buya mengaitkan pernyataan Ahok tentang Surat Al Maidah dengan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Dalam perbicangan dengan Karni Ilyas dan didengar semua undangan yang hadir di ILC.

Buya menilai agar kasus ini tidak dijadikan alat politik kampanye hitam yang tidak sehat untuk menjatuhkan salah seorang paslon.

"Ahok sudah minta maaf, kalo sudah minta maaf yah diselesaikan saja. Dan saya rasa Ahok bukan orang jahat lah...Diselesaikan dengan baiklah dengan fair tanpa ada kampanye hitam" ucap Buya Syafii Maarif dan disambut riuh tepuk tangan Timses Ahok.

Buya pun memberi nasehat agar kasus Ahok ini tidak menjadi alat pemuas bagi pihak tertentu yang berkepentingan karena sungguh tidak benar membawa-bawa nama Tuhan untuk hal yang kotor.

"Kalau memperalat Tuhan untuk tujuan politik yang kotor itu tiak bisa dibenarkan.  Sepanjang sejarah  demokrasi kita, Tuhan dibajak oleh politisi, politisi yang tidak mau naik kelas menjadi negarawan. Seperti dipaksa Tuhan berpihak kepadanya. Ini mungkin bisa dipahami tapi kalau ini hanya untuk sekadar membela kepentingan politik sesaat, ini yang merusak kita. Merusak demokrasi yang sudah kita bangun selama 18 tahun," tutup Buya. (beritateratas, edited by admin alirantransparan.blogspot.co.id)

 
 Simak videonya

Buya Syafii Maarif : Ahok Bukan Orang JAHAT, Maka Selesaikan dengan Baik ILC AHOK HINA ALQURAN 

 


 

 

MUI di ILC Tadi Malam: Ahok Harus Dihukum Mati, Dipotong Kaki dan Tangannya atau Diusir dari Indonesia




alirantransparan.blogspot.co.id � Perdebatan soal Ahok terus bergulir, seperti yang terjadi malam ini di ILC TvOne. 

MUI kembali menerang fatwa yang telah dikeluarkannya tadi siang.

Narasumber ILC, Tengku Zulkarnain (Wasekjen MUI Pusat)

Untuk itu Majelis Ulama Indonesia merekomendasikan:

1. Pemerintah dan masyarakat wajib menjaga harmoni kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Pemerintah wajib mencegah setiap penodaan dan penistaan Al-Quran dan agama Islam dengan tidak melakukan pembiaran atas perbuatan tersebut.

3. Aparat penegak hukum wajib menindak tegas setiap orang yang melakukan penodaan dan penistaan Al-Quran dan ajaran agama Islam serta penghinaan terhadap ulama dan umat Islam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Aparat penegak hukum diminta proaktif melakukan penegakan hukum secara tegas, cepat, proporsional, dan profesional dengan memperhatikan rasa keadilan masyarakat agar masyarakat memiliki kepercayaan terhadap penegakan hukum.

5. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi main hakim sendiri serta menyerahkan penanganannya kepada aparat penegak hukum, di samping tetap mengawasi aktivitas penistaan agama dan melaporkan kepada yang berwenang. 


Dan dalam dialog yang di pandu oleh bung karni Ilyas, MUI tambahkan, � Harus Ahok dihukum mati, dipotong kaki dan tangannya atau di usir dari Indonesia. �. (nkritoday.com) 

baca juga: - Gus Mus: MUI Itu Sebenarnya Makhluk Apa? Tiba-tiba Dijadikan Lembaga Fatwa 

Di ILC Semalam, Buya Syafii Maarif Sebut Ahok itu Bukan Orang Jahat

Tuesday, October 11, 2016

Ahok Minta Maaf untuk Kepentingan Bangsa, Tunjukkan Sikap 'Yang Waras, Mengalah'



alirantransparan.blogspot.co.id - Gembira saya membaca berita bahwa Ahok meminta maaf atas ucapannya soal Al Maidah 51.

Saya merasa bahagia karena itu kembali menunjukkan dia memang tokoh yang layak didukung. Selama ini saya tahu dia itu tegas, berani melawan korupsi, bersih, berintegritas, pro pada pelayanan publik, dan visioner.

Kini saya tahu dia memang bijaksana dan rendah hati.

Meminta maaf untuk sesuatu yang bukan merupakan kesalahan Anda, sama sekali tidak mudah.
Ahok membuktikan dia bersedia melakukan itu, kendatipun dia tahu dia tidak bersalah.

Dia tahu, kontroversi soal Al Maidah ini menyebar gara-gara ucapannya dipelintir dan dicabut dari konteks pernyataan utuhnya. Siapapun yang menyaksikan dialog Ahok di Pulau Seribu itu akan tahu Ahok tidak sedang menghina Islam dan tidak sedang mengkampanyekan dirinya.

Dia tahu ini, dia cuma jadi korban kelompok-kelompok yang dengan sengaja  menyebar fitnah untuk menjatuhkan dia.

Dia tahu kalau dia meminta maaf, dia akan menjadi korban bulan-bulanan para pembencinya. Dia akan dicap �penjilat ludah�, �penakut�, �pembohong�, dan sebagainya.

Dia tahu bahwa bagi sebagian orang yang berhati busuk, permintaan maaf itu akan dijadikan bahan untuk menyatakan bahwa Ahok memang menghina Islam.

Tapi toh, Ahok melakukan itu.

Bagi saya, ini menunjukkan kualitas dia sesungguhnya.

Pertarungan menuju Pilkada DKI 2017 ini memang sudah berlangsung di jalan yang salah, karena adanya kelompok-kelompok yang sengaja membawa isu SARA. Mereka terus mengadudomba bukan cuma warga DKI, tapi juga bangsa Indonesia. Sebagaimana Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017 ini pun membelah masyarakat.

Karena itu, setiap kita seharusnya menghentikan peluang sekecil apapun ke arah pembelahan atas dasar ras dan agama.

Ahok melakukannya dengan meminta maaf atas ucapannya agar kontroversi ini tidak berkelanjutan. Dia bisa saja terus bertahan. Dia bisa saja melakukan serangan balik.  Tapi dia tidak melakukannya.

Ahok memilih merendah, bersikap bijaksana dengan meminta maaf.  Menurutnya, mari sudahi  kontroversi ini. Dia meminta maaf kalau dia ternyata menyinggung keagamaan umat Islam, dan meminta semua warga �move on� ke arah masalah-masalah yang lebih riil bagi masyarakat Jakarta dan bangsa.

Ada ungkapan Jawa: �Yang waras, mengalah�.

Dengan melakukan itu, Ahok memberi contoh bahwa kadang demi kepentingan bangsa, Anda harus bersedia merendahkan diri.  Kewarasan semacam itu yang akan menyelamatkan bangsa.

Ahok tentu melakukan itu dengan harapan pihak lain pun melakukan hal serupa. Komunikasi hanya akan bisa berlangsung baik kalau semua peserta komunikasi bersedia melepaskan sebagian ego mereka untuk bertemu di tengah.

Ahok sudah memberi teladan. Mudah-mudahan bangsa ini mau belajar darinya.(ade armando/madinaonline.id)

Monday, October 10, 2016

Ternyata Ahok Bukan Orang Pertama yang Dipelintir Ucapannya tapi Juga Ada Tokoh Lain yang Jadi 'Korban' Buni Yani, Ini Daftarnya



alirantransparan.blogspot.co.id - Ternyata Ahok bukanlah korban pertama pemintiran Buni Yani, sebelumnya Buni Yani juga pernah memelintir perkataan ulama-ulama terkenal, diantaranya adalah Profesor Quraish Shihab, dengan keahliannya memelintir itu si Buni Yani berhasil membuat geger seolah olah Profesor Quraish Shihab mengatakan bahwa nabi tidak dijamin bakal masuk sorga karena amal atau perbuatannya.


Bukan itu saja, si Buni Yanni juga memelintir perkataan Grand Mufti Suriah Syaikh Ahmad Badruddin Hassoun bahwa ia menyeru pemusnahan rakyat Aleppo.


Kedua tokoh yang telah dipelintir perkataannya oleh si Buni ini adalah ulama besar, dengan sangat enteng si Buni asyik saja memelintir perkataan beliau beliau ini, padahal sama-sama muslim, seukhuwah dan seiman, apalagi Ahok yang non muslim, tentu ada keasyikan tersendiri buat si Buni ini dalam kreatifitas konyolnya ini. 

Orang ini kalau tidak dihentikan akan sangat membahayakan, karena sepertinya dia memang suka sekali menciptakan kegemparan dengan pelintirannya, mengadu domba umat, lalu akan memancing di air keruh. 

Yang membuat publik geram adalah, kenapa si Buni tidak memanfaatkan keahliannya untuk menyerang Aa Gatot atau Dimas Kanjeng Taat yang sudah jelas-jelas menyimpang? (ambiguistik.com)