Latest News

Showing posts with label Jokowi. Show all posts
Showing posts with label Jokowi. Show all posts

Monday, January 27, 2014

Tergelitik karena sebuah komeng agan2 di bawah, ane mempunyai opini baru



Tergelitik karena sebuah komeng agan2 

di bawah, ane mempunyai opini baru

sebuah opini:

seperti yang kita tahu, sudah 20tahunan sejak era


reformasi.. saya merhatikan dari saya sd hehehe
bisa di bilang apa yg kita lakukan kita tengah belajar cara ber demokrasi, yang sebelum nya dari rezim otoriter menjadi rezim serba bebas, kondisi dari era reformasi sampai si buya menang pemilu, hingga saat ini lah memang kita semua sedang belajar untuk bernegara demokrasi.

20 tahunan kurang lebih adalah waktu yg cukup sebentar untuk kita belajar.. pada saat reformasi kita takjub gegap gempita mengalahkan rezim otoriter dengan pak amin yang menjadi juru kunci.. ternyata.. aapa??

beliau tak lebih dari antek asing. atau orang yg oportunis... lihat lah kerusakan yg ia tinggalkan, pada awalnya mnjatuhkan pak harto, lalu menjatuhkan gusdur terus memandulkan mpr (skrg kemana tugas mpr?) skrg malah jelek2kin jokowi

lalu ketika kita baru melakukan pemilu yg benar2 di laksanakan di era reformasi kita sebagai rakyat pun belum tahu benar pemimpin yang seperti apa yg harus di pilih..
pada saat itu saya ingat. ibu2 pada bilang pak sby aja lah, ganteng bisa nanyi..
sekarang apa yg terjadi??? makan tuh ganteng makan tuh bisa nyanyi... hasil nya?? nol besar.....

lalu di era sekarang tiba2 muncul orang seperti pak jokowi.. belia bagai oase di padang pasir yg dapat memenuhi rasa dahaga kita dalam mencari seorang pemimpin (yup tidak bisa di pungkiri memang pemimpin yang ideal salah 1 nya seperti beliau)

ingat..!!!!
yang seperti pak jokowi bukan cuma dia seorang, ada pak emil dari bandung ada bu risma surabaya, ada pak ahok dari bangka belitung disaat pemimpin2 di daerah lain banyak yg korup, tidak amanah mereka menjadi sosok pembaharu..!!! (padahal di negara lain bukan hal aneh memang pemimpin harus seperti itu)

intinya menjalankan amanat rakyat dengan baik dan benar

kita tidak boleh lelah belajar.. belajar dari kesalahan. kalo ga salah ga belajar....

kita tidak boleh apatis. karena politik/ pemerintahan adalah yg memegang semua hajat hidup orang banyak. ketika pemimpin kotor korup. maka semua kebijakan nya akan merugikan kita. sekuat apapun kita berusaha.. kalau pemerintah nya buruk. hasil nya tidak maksimal....

jangan berhenti belajar dan tetap yakin..
tuhan memberi kita jalan sekarang.

jokowi for president


sebuah opini dari baginda jaya


Source : FB Baginda Jaya
Baginda Jaya

Kisah "Blusukan" Jokowi Tersiar hingga Amerika

Kamis, 26 September 2013 | 13:54 WIB
Artikel tentang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang ditayangkan secara online di situs New York Times.

Kisah "Blusukan" Jokowi Tersiar hingga Amerika


NEW YORK, Kisah tentang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo turut disiarkan oleh media massa di Amerika Serikat. Oleh surat kabar New York Times, Jokowi disebut sebagai seorang gubernur yang gemar turun ke lapangan atau blusukan.
Artikel yang ditulis oleh Joe Cochrane tersebut dibuka dengan kebiasaan Jokowi, sapaan Joko Widodo, yang hampir setiap hari melakukan aktivitas yang tak biasa dilakukan oleh pemimpin-pemimpin lain di Indonesia. Jokowi turun ke lapangan, berbicara langsung dengan warga, dan kedatangannya selalu disambut antusias oleh warga.
Dalam artikel itu, Cochrane menceritakan bagaimana Jokowi berusaha menjelaskan program-program pembangunan dengan menyapa langsung warganya. Jokowi juga menggali informasi dan keinginan warga tentang program-program itu. Ini yang sering disebut Jokowi sebagai "belanja masalah". Crochcane juga menjelaskan bagaimana Jokowi memantau aparat-aparat di bawahnya untuk memastikan bahwa dia mengawasi kinerja mereka.
Crochane juga menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan Jokowi di tahun pertamanya memimpin Ibu Kota. Jokowi memenuhi janji-janjinya selama kampanye, yakni membuat Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar untuk warga kurang mampu. Ia juga menerapkan sistem pembayaran pajak secara online serta memastikan pembangunan sarana transportasi cepat massal.
KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADOGubernur DKI Joko Widodo blusukan ke permukiman RT 05 RW 07, Tanjung Priok, Rabu (5/6/2013) siang. Tapi ada pemandangan berbeda dari aksi blusukannya kali ini. Ia blusukan bersama Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Scott Marciel.
Catatan lainnya meliputi pemindahan pedagang kaki lima dari jalan-jalan sekitar Pasar Tanah Abang yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jakarta Pusat. Tidak hanya memindahkan PKL, Jokowi juga menyediakan ruang bagi pedagang itu untuk menempati lapak-lapak di dalam pasar terdekat. Crochane juga menuliskan upaya Jokowi memindahkan 7.000 keluarga miskin di sekitar Waduk Pluit, Jakarta Utara, agar waduk itu bisa dikeruk untuk pertama kalinya dalam 30 tahun. Jokowi selalu mengunjungi kedua kawasan itu untuk memastikan proyek yang digagasnya berjalan lancar. Ia juga ingin meyakinkan kepada warga bahwa program relokasi itu dilakukan bukan untuk mengubah kawasan itu dengan membangun pusat perbelanjaan.
Disinggung pula dalam tulisan itu bahwa Jokowi adalah pemimpin bersih yang tidak menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri. Hal ini menjadi pembeda antara Jokowi dan pemimpin lain di tengah cibiran tentang maraknya korupsi di negeri ini.
Editor : Laksono Hari Wiwoho
Sumber : New York Times
Source : megapolitan.kompas.com

Saturday, January 25, 2014

Jadi Figur Populer, Jokowi Kerap Muncul dan Dibahas Media Prancis

Jokowi Blusukan Bersama Media Prancis (Bilkis/detikcom)Mulya Nurbilkis - detikNews

Jadi Figur Populer, Jokowi Kerap Muncul dan Dibahas Media Prancis



Jakarta - Jokowi sepertinya sudah menjadi magnet media luar negeri karena pola kerja blusukannya yang berbeda dengan pejabat negara lainnya. Hari ini, Jokowi kembali menjadi politisi pertama di Indonesia yang diliput oleh junalis TV5 asal Perancis.

"Dia (Jokowi) politisi Indonesia pertama yang kami ikuti. Alasannya karena dia punya gaya yang berbeda dalam memimpin," kata Steven yang menjadi koordinator jurnalis asal Perancis ini pada wartawan di sela-sela blusukan Jokowi di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2014).

Steven membawa 5 orang kru untuk mengikuti keseharian Jokowi sepanjang hari. Mulai dari bersepeda dari rumah dinas Jokowi di Jalan Taman Suropati hingga blusukan ke perkampungan warga di Jalan Tambak, Pegangsaan, Menteng.

Media elektronik TV5, tempat Steven bekerja memutuskan untuk meliput Jokowi setelah nama mantan walikota Solo ini kerap muncul di media-media Perancis. Ia tak menampik bahwa sosok Jokowi cukup seksi dalam pembicaraan politik di Indonesia. Namun, ia tak hanya ingin menyoroti sosok Jokowi dari sisi politik saja.

"Kami banyak membaca artikel tentan dia tapi kami juga ingin mengangkat sisi sosial dan budaya Indonesia khususnya Jakarta dibawah kepemimpinannya," sambung Steven.

Keenam jurnalis ini ikut merasakan blusukan ala Jokowi yang selalu dikerumi warga bila datang menyapa seperti di perkampungan bantaran kali Ciliwung, Kwitang, Jakarta Pusat. Media ini juga turut masuk ke gang sempit meliput Jokowi shalat Jumat di salah satu mesjid di Jalan Tambak Jakarta Pusat. Mereka terlihat agak kewalahan mengikuti gaya blusukan Jokowi.

Begitupun saat mengikuti peluncuran APRB di halte Slipi Petamburan, salah satu kameramennya nampak pasrah harus bercucuran keringat dan berdesak-desakan dalam bus selama perjalanan.

Menurut Steven, Jokowi mengantarnya untuk pertama kali mengunjungi pemukiman padat penduduk di Jakarta. Dengan gamblang Jokowi menjelaskan padanya bahwa Jakarta masih memiliki ratusan ribu pemukiman kumuh di bantaran kalinya.

"Ini baru pertama kalinya kami ke perkampungan warga, Dia orang baik dan politikus yang populer di Indonesia. Dia mempersiapkan dengan baik segala program-programnya," pungkasnya.

Rencananya mereka akan tinggal di Jakarta selama seminggu. Namun, mereka hanya mengikuti Jokowi untuk hari ini saja. Selanjutnya, rombongan ini akan menemui menteri pariwisata dan kebudayaan RI.
(bil/spt)

Source : news.detik.com

Friday, January 24, 2014

Beri 10 Bus TransJ Cuma-cuma, Tahir: Jokowi Merakyat Makanya Kita Senang

http://images.detik.com/content/2014/01/24/68/112246_tahier.jpg

Mulya Nurbilkis - detikfinance
Jumat, 24/01/2014 11:21 WIB

Beri 10 Bus TransJ Cuma-cuma, Tahir: Jokowi Merakyat Makanya Kita Senang


Jakarta -Bos Mayapada Group, Tahir senang bisa memberikan 10 bus TransJ secara cuma-cuma ke Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi). Ia berharap pengusaha lainnya bisa mengikuti jejaknya mengembangkan Jakarta.

"Kita juga akan kasih 10 bus cuma-cuma. Nilainya sekitar Rp 10 miliar. Itu bus untuk TransJakarta. Kita berharap ini bisa mengundang pengusaha-pengusaha lainnya untuk ikut menyumbang karena Jakarta sekarang semakin banyak motor," kata Tahir di Kantor Balai Kota, Jumat (24/1/2014).

Menurutnya, sumbangan ini semata-mata karena seorang figur Jokowi. "Pak Jokowi merakyat. Makanya kita senang. Saya tahu betul Pak Jokowi, dia pro rakyat," ungkapnya.

Dijelaskan Tahir, pengelolaan bus ini nantinya dikerjakan sendiri olehnya. Pihak Pemprov DKI hanya menyediakan bahan bakar saja.

"Kita ingin gratis bagi masyarakat. Bahan bakarnya dari DKI tapi sopir dan pengelolaan busnya dari kita," kata Tahir.

Tahir juga ingin bertemu dengan Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama untuk membicarakan mengenai spesifikasi bus tersebut.

"Kita bertemu dengan pak Wagub untuk bicara spesifikasinya. Kita maunya pengadaan dan manajemennya nanti dari kita," pungkasnya.

Pemberian hibah 10 bus ini ada syaratnya. Yaitu dalam operasionalnya nanti warga tidak dipungut biaya alias gratis, sehingga lebih banyak warga yang tak lagi menggunakan kendaraan pribadi.

Pada April 2013, Tahir Foundation menjadi lembaga Indonesia pertama yang bekerjasama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, untuk menyumbangkan dananya ke The Global Fund sebesar US$ 75 juta.

Melalui donasi tersebut, Indonesia berhak mendapatkan dana kesehatan dari The Global Fund sebesar USD 150 juta untuk pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS, Malaria, dan TBC.
(dru/hen) 

Source : finance.detik.com

Jokowi Dianggap Berpengaruh, Jurnalis Perancis Ikut "Blusukan"

Fabian Januarius KuwadoJurnalis televisi asal Prancis, TV 2 tengah merekam blusukan Gubernur Jakarta Jokk Widodo di Pgangsaan, Menteng, Jakarta Pusat.

Jokowi Dianggap Berpengaruh, Jurnalis Perancis Ikut "Blusukan"

Sebanyak enam orang jurnalis dari TV2Perancis meliput blusukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada Jumat (24/1/2014) siang. Para jurnalis menganggap sosok Jokowi jadi salah satu tokoh yang memengaruhi G-20.

Patrick, produser TV2 yang turut dalam rombongan peliput itu semula bercanda saat ditanya mengapa mereka meliput Jokowi. "Kamu sendiri ngapain meliput Jokowi?" tanya dia sambil tertawa.

Ia mengungkapkan, medianya menganggap Jokowi adalah sosok potensial pemimpin Indonesia. Oleh sebab itu, segala gerak-gerik Jokowi memengaruhi peta kekuatan negara-negara berkembang.

"Dia mempersiapkan dengan baik segala program-programnya. Dia orang baik dan politikus yang sangat populer di Indonesia," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com.

Sejumlah jurnalis media asing tersebut pun mengikuti Jokowi sejak Jumat pagi. Selain meliput aktivitas Jokowi sehari-hari, mereka juga melaksanakan wawancara khusus dengan politisi PDI Perjuangan itu. Rencananya, hasil peliputan akan ditayangkan pada 17 Februari 2014.

Pantauan Kompas.com, para jurnalis media asing tersebut meliput shalat Jumat Jokowi di masjid di RT 02 RW 08, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Seusai shalat Jumat, Jokowi membagi-bagikan buku untuk anak-anak di wilayah tersebut. Aksi itu pun terus direkam oleh para jurnalis Perancis tersebut.

G-20 adalah kelompok 20 negara dengan perekonomian besar di dunia. Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok 20 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Sebagai forum ekonomi, G-20 lebih banyak menjadi ajang konsultasi dan kerja sama hal-hal yang berkaitan dengan sistem moneter internasional. Ada pertemuan teratur untuk mengkaji, meninjau, dan mendorong diskusi di antara negara industri maju dan sedang berkembang terkemuka mengenai kebijakan-kebijakan yang mengarah pada stabilitas keuangan internasional dan mencari upaya-upaya pemecahan masalah yang tidak dapat diatasi oleh satu negara tertentu saja.

Negara-negara anggota G-20 yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Britania Raya, RRC, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa.

Source : mgapolitan.kompas.com

Monday, January 20, 2014

�Nabi Baru� Bernama Jokowi

Joko Widodo (img.bisnis.com)

Joko Widodo (img.bisnis.com)

�Nabi Baru� Bernama Jokowi


Seumpama lembaga hukum, Joko Widodo adalah personifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mengkritiknya adalah cela, memberitakan sisi negatifnya adalah hina. Jika rekan-rekan mencoba untuk mengkritik Jokowi di sosial media, rekan-rekan harus menyiapkan mental terlebih dahulu untuk menerima serangan dari para Jokowi Lovers. Bahkan, sekadar memberikan saran kepada Jokowi pun, anda akan mendapatkan jawaban: �saran seperti itu pasti sudah dipikirkan oleh Pak Jokowi�.
Demikianlah kecintaan masyarakat kita terhadap Jokowi, begitu lubernya. Entah benar-benar masyarakat entah akun-akun buatan tim media milik Jokowi sendiri, saya tidak tahu dan tidak berkepentingan untuk memverifikasinya. Namun saya punya pengalaman menarik, sewaktu acara �Buka Puasa Bersama Presiden� di Gedung SME Tower dalam rangka Hari Anak Nasional Bulan Ramadhan lalu. Waktu itu anak-anak SMA mengelu-elukan Jokowi melebihi para menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu. Setidaknya pengalaman itu membuktikan bahwa kecintaan massa terhadap Jokowi adalah realitas yang harus kita pahami, dan hal itu benar-benar eksis di masyarakat. Tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Lazim dan sah.
Ramalan Leluhur Nusantara tentang Jokowi
Entah kapan awalnya, sosok Jokowi kemudian diasosiasikan sebagai personal yang mewakili ramalan para leluhur Nusantara berabad-abad silam. Jika kita menelisik kearifan lokal raja-raja Jawa dalam ramalan mereka menjelang masa-masa keruntuhannya, kita akan melihat sebuah kesamaan mengenai akan munculnya seorang Satria yang menjadi Ratu Adil, meski disebutkan dengan nama berbeda.
Ratu Adil tersebut disebut oleh Jayabaya dengan nama �Puta Batara Indra�, sementara Prabu Siliwangi menamainya sebagai �Budak Angon� , Ronggowarsito menyebutnya dengan gelaran �Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu�. Semua nama tersebut senafas dengan ramalan Sabdo Palon Noyo Genggong ketika berselisih dengan Prabu Brawijaya.
Dalam Serat Darmagandhul dikisahkan ucapan-ucapan penting Sabdo Palon dalam sebuah pertemuan antara dirinya dengan Sunan Kalijaga dan Prabu Brawijaya di Blambangan yang kini bernama Banyuwangi. Pertemuan ini terjadi ketika Sunan Kalijaga mencari dan menemukan Prabu Brawijaya yang tengah lari ke Blambangan untuk meminta bantuan bala tentara dari kerajaan di Bali dan Cina guna memukul balik serangan putranya, Raden Patah yang telah menghancurkan Majapahit. Namun hal ini bisa dicegah oleh Sunan Kalijaga dan akhirnya Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Pada waktu itulah, Punakawan Sabdo Palon kecewa dan menyatakan perpisahannya dengan sang Raja yang telah diasuhnya selama ini karena perbedaan agama. Dalam kesempatan itu Sabdo Palon sempat menyampaikan pandangan batinnya mengenai tanah jawa di masa depan, terutama Mengenai munculnya seorang satria yang kemudian menjadi  mitos di Nusantara dengan nama �Satrio Piningit�.
Saya tidak ingin membedah ramalan tersebut terlalu jauh. Saya hanya menghargai sebuah naskah kuna Nusantara yang mengisahkan sebuah nasihat berisi kekecewaan seorang guru spiritual raja yang akhirnya memutuskan berpisah karena sang raja memeluk agama baru yang menurutnya �kearab-araban�. Dalam naskah tersebut  Sabdo Palon membuka rahasia kepada sang Raja bahwa  dirinya telah berusia 2000 tahun. Selain sebagai orang yang tidak suka dengan ramal-ramalan, sebagai seorang yang cukup rasional, terus terang saya sulit menerima usia �2000 tahun� itu.
Ramalan mengenai Ratu Adil yang �njawani� itu kemudian diasosiasikan sebagai Joko Widodo. Raja dari kampung yang akan memerintah Nusantara menuju kejayaannya kembali. Saya tidak tahu persis apa indikator-indikator sehingga asosiasi tersebut muncul. Namun saya lebih menangkap hal tersebut sebagai sebuah �hysteria massa�. Masyarakat kita sudah terlalu jenuh dengan pemimpin-pemimpin yang formalis, normatif, teroritis, penuh dengan tata aturan protokoler, yang memerintah di balik meja kantor namun jarang turun ke lapangan. Jokowi mengisi dahaga massa itu, dan media massa menggorengnya.
Teori Kultivasi
Masyarakat kita adalah masyarakat media. Apa yang diberitakan media dianggap sebagai realitas yang sesungguhnya. Saya harap rekan-rekan masih ingat bagaimana masyarakat ramai-ramai mendatangi Ponari, dukun cilik dari jawa itu untuk berobat. Bagi saya fenomena itu adalah akibat dari pemberitaan media yang massivemengenai kesaktian batu ajaib produk dari sambaran petir itu. Kasus �kolor ijo� yang suka memperkosa gadis-gadis  untuk memperoleh kesaktian, adalah fenomena lain lagi. Waktu itu, ibu-ibu tetangga rumah minta izin untuk mengambil bambu kuning di halaman rumah saya, ketika saya tanya untuk apa, untuk menhindari kolor ijo, katanya. Saya terkejut dan menyadari betapa pengaruh media begitu memengaruhi mindsetmasyarakat kita.
Dalam teori media massa, fenomena ini masuk ke dalam Teori Kulvitasi (Cultivation Theory), sebuah teori yang pertama kali dikenalkan oleh George Gerbner ketika ia menjadi dekan di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat. Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah �Living with Television: The Violence profile�, Journal of Communication, tahun 60-an. Gerbner mempelajari pengaruh menonton televisi dalam kehidupan masyarakat. Teori ini mendeksripsikan bahwa media menghasilkan sebuah dampak dimana ada sebagian masyarakat yang menganggap dunia nyata (kehidupan sehari-hari) berjalan sesuai dengan dunia yang digambarkan oleh media. Ataupun sebaliknya, menganggap bahwa dunia dalam media itu adalah �realita�. Persis sekali dengan cara sebagian masyarakat Indonesia berinteraksi dengan berita-berita di televisi.
Pun demikian dengan Jokowi, pemberitaan di media secara massive tentang Jokowi yang nyaris tanpa cacat, menghasilkan sebuah �histeria massa� dimana masyarakat mengelu-elukan Jokowi secara berlebihan. Jokowi dianggap sebagai Satrio Piningit tanpa cacat, sosok sempurna, Hercules setangah dewa, bahkan pengulutusanya nyaris seperti �menabikan� Jokowi.
Pakar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengkhawatirkan nama Gubernur DKI Joko Widodo yang merajai hasil survei karena tidak ada pesaing yang dapat menandingi mantan wali Kota Solo itu.
�Saya khawatir dengan fenomena ratu adil. Sepertinya Jokowi jadi manusia setengah dewa. Ini capres setengah dewa tidak sehat jangan terjebak dengan mitos ratu adil,�katanya.
Jangan terkejut Jika kita mengetik kata: �Nabi Jokowi�, pada search engine paling popular, Google, akan muncul 3,250,000 hasil dalam 0, 34 detik! Padahal prestasi Jokowi sejauh ini (mohon maaf jika kurang berkenan bagi beberapa pihak) juga belum terlalu signifikan. Macet dan banjir belum ada perubahan dibanding masa-masa ketika DKI dipimpin oleh Gubernur sebelumnya, bahkan sejujurnya: Cenderung meningkat.
Pengultusan Jokowi seumpama nabi bahkan cenderung menjadi tidak sehat ketika ada artikel-artikel di media online yang mengekritik Jokowi. Dalam banyak forum, komentar dari para Jokowi Lovers nampak sudah masuk dalam zona yang tidak lagi rasional. Kita mungkin dapat memahami fenomena ini sebagai sebentuk harapan masyarakat terhadap Jokowi, namun kita perlu juga fahami bahwa Jokowi adalah manusia biasa yang juga membutuhkan kritik dan saran, mengutip Dorce Gamalama, �tidak ada manusia yang sempurna, yang sempurna hanya Tuhan�

Menjadikan Jokowi seperti Nabi adalah hal yang berbahaya, selain bagi agama yang melarang kultus individu, juga berbahaya bagi iklim demokrasi kita. Karena demokrasi adalah sistem politik dimana kita diharuskan menerima ragam pendapat, menerima atau legawa jika pilihan kita tidak sesuai dengan keinginan mayoritas masyarakat lain. Saya khawatir, secara psikologis, kecintaan yang compulsiveterhadap Jokowi melahirkan �frustasi massa� seandainya manusia setengah dewa itu tak kunjung menjadi pemimpin di negeri ini, entah karena kendaraan politik yang tak kunjung merestuinya, atau ada momentum lain yang melahirkan tokoh alternatif selainnya
Salam hangat.
@mistersigit

Source : sosbud.kompasiana.com