Latest News

Showing posts with label Fenomena. Show all posts
Showing posts with label Fenomena. Show all posts

Monday, February 10, 2014

Publik Ingin Figur Ala Jokowi, Risma, & Ridwan

 Publik Ingin Figur Ala Jokowi, Risma, & Ridwan

Publik Ingin Figur Ala Jokowi, Risma, & Ridwan

JAKARTA - Guru besar psikologi Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan peserta Pemilu seharusnya mengusung figur calon presiden yang diminati publik Dia menyebut tiga nama yang pantas yakni Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil Kenapa orang-orang merindukan ketiganya Menurut mereka orangorang baik belum tentu lahir dari partai politik Mereka figur baik namun numpang ngekos kata Hamdi ketika mengulas hasil survei Political.

Source : koran.tempo.co

Saturday, February 8, 2014

Pendukung Jokowi galang koin untuk truk sampah di Bundaran HI


Namun, pihak DPRD pun membantah telah menolak usulan pengadaan 200 truk sampah karena tidak pernah menerima draft usulan tersebut.    Reporter : Dharmawan Sutanto 
Pendukung Jokowi galang koin untuk truk sampah di Bundaran HI
Puluhan orang pendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran HI, Jakarta Pusat. Aksi ini dilakukan terkait penolakan anggaran pengadaan 200 truk sampah yang dilakukan oleh DPRD DKI Jakarta. 

Pantauan merdeka.com, Sabtu (8/2), sekelompok masa yang menamakan Posko Relawan Rakyat (Pos Raya) dan Beranda Jakarta Baru (BJB) ini melakukan penggalangan koin kepada para pengendara untuk pembelian truk sampah sejak pukul 10.00 WIB. 

Walaupun dalam cuaca hujan, mereka tak henti-hentinya terus meminta sumbangan pada setiap pengendara roda empat maupun roda dua dengan menggunakan kardus yang melintas di bundaran HI tersebut sambil membentangkan spanduk yang bertuliskan, 'Coin Warga untuk Truk Sampah Jakarta'.

Source : m.merdeka.com

Thursday, February 6, 2014

Survei Alvara: Elektabilitas Jokowi 17 Kali Megawati

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kanan) saat menghadiri acara serial Seminar Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, di Kampus UI Salemba, Jakarta, Sabtu (30/11/2013). Seminar yang mengambil tema 'Indonesia Menjawab Tantangan Kepemimpinan Menuju Bangsa Pemenang' tersebut sebelumnya juga menghadirkan sejumlah tokoh seperti Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Wiranto, Mahfud MD dan Abraham Samad.

Survei Alvara: Elektabilitas Jokowi 17 Kali Megawati


Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden 2014 kembali menduduki posisi teratas berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga riset Alvara. Angka elektabilitas Jokowi, versi Alvara, jauh di atas para bakal capres lain.
Berdasarkan hasil survei Alvara, elektabilitas Jokowi mencapai 42,5 persen. Di bawah Jokowi, yakni Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (13,7 persen), Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical (7,9 persen), Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (3,8 persen), Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (2,4 persen), dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa (1,5 persen).
�Elektabilitas Joko Widodo paling tinggi dan berbeda secara signifikan dibandingkan kandidat capres lainnya,� kata CEO Alvara Hasanuddin Ali saat diskusi bertajuk "Tipologi Pemilih Kelas Menengah Urban Indonesia: Ke Mana Suara Mereka Mengalir" di Cikini, Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Hasil survei itu, menurut Alvara, didapat setelah melakukan wawancara langsung terhadap 1.500 responden antara 16-30 Januari 2014. Mereka tinggal di 12 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya, Makasar, Manado, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, dan Balikpapan. Responden yang diambil berusia 17-55 tahun, dengan tingkat margin of error 2,5 persen.
Selain para pemimpin parpol itu, ada tokoh lain yang dimasukkan dalam survei Alvara. Mereka yakni Dahlan Iskan (elektabilitas 1,7 persen), Jusuf Kalla (1,5 persen), Mahfud MD (1,1 persen), Rhoma Irama (0,9 persen), dan Gita Wiryawan (0,7 persen). Sisanya sekitar 20 persen responden belum menentukan pilihan.
Hasanuddin mengklaim bahwa survei yang dilakukan lembaganya bebas dari order parpol mana pun. Menurutnya, seluruh dana yang dikeluarkan untuk membiayai survei berasal dari internal Alvara.
Seperti diberitakan, PDI-P memang memasukkan Jokowi dalam skenario menghadapi Pilpres 2014. Jika PDI-P berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati-Jokowi.
Jika suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, maka Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Jokowi sendiri tidak pernah mau menanggapi wacana pilpres tersebut.

Penulis: Dani Prabowo
Editor: Sandro Gatra

Source : nasional.kompas.com

Thursday, January 30, 2014

Jokowi Kebanjiran, Jokowi Tetap Populer

Nasihin Masha

Nasihin Masha

Jokowi Kebanjiran, Jokowi Tetap Populer

Tak salah jika ada yang menyebut Jokowi sebagai �Man in Action�, orang yang bertindak. Bahasa jawanya �blusukan�. Sebuah kosa kata Jawa yang kini menasional. The New York Times mengulas khusus soal Jokowi 'yang berumah di jalan�, walaupun masih belum memasukkan istilah blusukan. Sejumlah diplomat dan peneliti asing juga sudah banyak yang mendampingi Jokowi untuk blusukan. Kini, di saat rutinitas banjir mendera Jakarta setiap bulan Januari, Jokowi makin rajin blusukan. Fotonya yang merayapi pembatas jembatan penyeberangan dipasang menjadi statusfacebook para pendukungnya. Bukan merayap dari sisi, tapi dari atas. Persis seperti memanjat pohon kelapa.

Spontanitas, kegesitan, dan kesungguhannya untuk segera berada di tengah-tengah situasi di lapangan membuat dirinya tetap melekat di hati publik. Banjir Jakarta saat ini tak membuat dirinya menjadi bulan-bulanan. Publik melihat Jokowi telah bekerja. Selama lebih dari setahun kepemimpinannya sebagai gubernur DKI Jakarta, Jokowi giat mengeruk sungai, selokan, dan danau. Ada dua kisah untuk ini. Pertama, soal pembiayaan pengerukan sungai. Ia harus bersitegang dengan Bank Dunia. Lembaga keuangan itu banyak mengajukan persyaratan, termasuk soal konsultan serta sejumlah hal lain yang menjadi kewenangan gubernur. Istilah jelasnya, Bank Dunia ingin banyak intervensi dan mengatur � sebuah kebiasaan yang wajar di Indonesia dan merupakan salah kaprah. Namun Jokowi menolak dan mengancam tak menggunakan dana Bank Dunia. �Sisa APBD tahun sebelumnya saja masih lebih banyak,� katanya, suatu ketika.

Kedua, ia harus merelokasi sekitar 7.000 orang di sekitar Waduk Ria Rio, Pluit, Jakarta Utara. Hal ini menimbulkan ketegangan yang relatif panjang. Apalagi menyangkut ribuan orang. Bahkan ditimpali pengakuan hak atas tanah di sebagian kawasan itu oleh keluarga almarhum Adam Malik, mantan wakil presiden dan tokoh penting dalam perjuangan Republik. Namun Jokowi terus jalan dan berhasil mengatasi semuanya.

Namun kritik tetap saja bermunculan terhadap Jokowi. Salah satunya misalnya, masalah pengerukan sungai, selokan, dan waduk itu cukup diurus bawahannya. Gubernur cukup memberi perintah. Tugas gubernur adalah membuat keputusan dan mengeksekusi hal-hal yang lebih strategis. Harus diakui, dalam satu tahun ini, belum ada ide dan konsep besar yang secara sungguh-sungguh digagas Jokowi dalam mengatasi banjir ini. Yang dilakukan Jokowi hanyalah hal-hal rutin. Ide-ide besar soal ini justru sudah dikemukakan dan atau dilaksanakan gubernur sebelumnya. Sutiyoso untuk Kanal Banjir Timur dan Fauzi Bowo untukGreat Sea Wall. Yang sudah dikemukakan hanyalah lontaran-lontaran ide yang berlepasan begitu saja, misalnya waduk-waduk kecil di sepanjang Ciliwung ataupun waduk-waduk besar di Bogor. Lalu ide besar atau ide kecil apa untuk penyelesaian komprehensif soal banjir ini yang bisa dilakukan dan berada dalam kewenangan Jokowi? Itulah pertanyaan publik yang mendasar untuk Jokowi.

Satu tahun memang bukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah banjir Jakarta yang sudah menjadi akut. Ia menyangkut banyak hal, mulai tata ruang hingga sistem drainase. Butuh penyelesaikan menyeluruh. Kewenangan juga tak semua ada di Jakarta tapi ada di pemerintah pusat. Hal-hal yang berada di tangan pusat misalnya soal pengelolaan Sungai Ciliwung ataupun gorong-gorong di jalan nasional. Bahkan sempat ada polemik antara Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum soal gorong-gorong yang ambles di Jalan TB Simatupang.

Banjir Jakarta tahun ini merupakan ujian buat Jokowi. Apakah dia akan menjadi seorang pemimpin bervisi besar yang dicintai rakyatnya atau dia hanya seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya tanpa visi besar. Namun para lawan politiknya jangan berharap bahwa banjir tahun ini akan membuat Jokowi terhapus dari rak penyimpanan di hati publik. Banjir Jakarta tak banyak berpengaruh. Ia tetap seorang man in action lewat blusukannya. Hal itu sudah lebih dari cukup untuk memenangkan hati rakyat. Ini karena para pemimpin lainnya hanyalah orang-orang yang elitis yang cuma utak-atik statistik dari balik meja dan utak-atik duit untuk mendongkrak statistik.

Tak salah jika Jokowi menyebut blusukannya sebagai �demokrasi jalanan�. Ia mengecek kebijakannya langsung di lapangan dan sekaligus menjemput aspirasi rakyatnya. Ia mengubah pengertian awam tentang demokrasi jalanan sebagai aksi demo yang massif dan tak kenal lelah. Demokrasi jalanan adalah blusukan. Dengan demikian, banjir Jakarta tak mengubah apapun untuk persaingan kontestasi presiden pada 2014 ini.

Aksi boikot diam-diam para pejabat pusat maupun para pesaingnya dalam memperhatikan banjir Jakarta justru merupakan kemenangan Jokowi. Kita tentu sedih melihat kenyataan ini. Jakarta masih akan tetap terkena banjir untuk tahun-tahun mendatang. Semua terjebak pada rutinitas dan popularitas. Tak ada visi besar, tak ada pemimpin besar.


Republika/
Nasihin Masha

Source :republika.co.id

Wednesday, January 29, 2014

Jokowi Naik Truk di Lokasi Banjir, Anak-anak Panggil "Pak Presiden"

Kompas.com/Kurnia Sari AzizaGubernur DKI Jakarta Joko Widodo menerobos banjir di Kampung Sawah, Jakarta Timur, Rabu (29/1/2014).

Jokowi Naik Truk di Lokasi Banjir, Anak-anak Panggil "Pak Presiden"

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meninjau lokasi banjir di Kampung Sawah, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (29/1/2014). Dengan menumpang truk milik satuan polisi pamong praja, Jokowi dan Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto menerobos genangan air dan menelusuri perumahan yang terendam banjir.
Sepanjang jalan, Jokowi yang berdiri di bak terbuka truk tampak melambaikan tangan kepada warga yang menyambutnya. Warga tak peduli dengan genangan air setinggi 50 cm dan berusaha mendekati Jokowi. "Pak Presiden! Pak Presiden!" seru anak-anak kepada Jokowi.
Jokowi tampak tersenyum ke arah anak-anak itu. Ia sesekali berbincang dengan Krisdianto yang berada di sampingnya. Jokowi meminta kepada Krisdianto untuk menelepon Kepala Suku Dinas Tata Air Pekerjaan Umum Jakarta Timur Jati Waluyo. Dengan telepon genggamnya, Krisdianto mengontak Jati Waluyo dan memberikannya kepada Jokowi.
Awalnya, Jokowi berniat meminta Jati Waluyo untuk menyediakan karung pasir sebagai penahan aliran air deras yang menggenangi kawasan tersebut. Setelah mengetahui bahwa aliran deras itu tidak hanya berada di satu saluran, ia pun mengurungkan niatnya. "Enggak jadi deh. Karung pasirnya untuk tanggul lain saja," kata Jokowi.
Sebelum menyelesaikan aksi blusukan-nya, Jokowi sempat bertanya kepada anak-anak. "Ayo, pada mau buku tulis, ndak?" tanya Jokowi. Anak-anak itu menyambut riang dan mengiyakan.
Jokowi pun turun dari truk dan beserta beberapa ajudannya menuju truk bantuan satpol PP. Ada bantuan beras, buku tulis, buku, dan bahan pokok yang dibagikan untuk warga. Beberapa menit setelahnya, Jokowi sempat mampir ke lokasi pengungsian. Di sana, ibu-ibu yang sedang memasak di dapur umum memintanya untuk jadi presiden.
"Hidup, 'Pak Presiden'. Amin, ya, Bapak jadi presiden nanti," kata seorang ibu yang disambut tawa oleh Jokowi dan warga lain.
Di posko pengungsian itu, Jokowi memberikan sejumlah uang yang dimasukkan dalam sebuah amplop. Sekitar 90 menit, Jokowi menyapa warga korban banjir Kampung Sawah.
Lurah Pondok Bambu Budhy Novian mengatakan, Kampung Sawah selalu terendam banjir ketika Kali Sunter telah masuk dalam posisi Siaga III atau ketinggian muka air 180 cm. Wilayah RT 10 dengan 97 kepala keluarga atau 348 jiwa dan 63 rumah terkena banjir tersebut. Seluruh penghuni rumah telah diungsikan ke pos RW 4.
"Setiap hujan di daerah hulu, kami pantau Kali Sunter kalau sudah Siaga III, dalam 10 jam perjalanan air sudah sampai sini," kata Budhy.
Source : megapolitan.kompas.com




Tuesday, January 28, 2014

Koran Inggris samakan Jokowi dengan wali kota London

Koran Inggris samakan Jokowi dengan wali kota London

Jokowi tinjau pintu air Cisadane. �2014 merdeka.com/imam buhori                           Reporter : Muhammad Hasits | Senin, 27 Januari 2014 15:09

Koran Inggris samakan Jokowi dengan wali kota London


Jokowi kerap kali disama-samakan dengan tokoh-tokoh dunia. Dulu, majalah Jerman, Spiegel menyebut Jokowi mirip khalifah Harun al-Rashid, Nelson Mandela dan Mick Jagger .

Sekarang, koran terkemuka Inggris Independent menyamakan Jokowi dengan Wali Kota London Boris Johnson. Jokowi disebut Boris Johnson of Asia.

Artikel soal Jokowi ini ditulis oleh James Ashton dan dipublikasikan pada Minggu 26 Januari 2014. Ia memberikan judul dalam tulisannya "On the road to power? Meet Joko Widodo, Indonesias very own Boris Johnson".

Johnson adalah seorang politikus Partai Konservatif Britania Raya dan wartawan yang terpilih menjadi Wali Kota London sejak tahun 2008. Sebelumnya, Johnson menjabat sebagai anggota Parlemen Britania Raya dan Pemimpin Redaksi majalah The Spectator.

Bedanya kini Boris Johnson telah menikmati indahnya kota London. Ia telah membangun proyek-proyek besar di London dengan menggandeng investor internasional dan mampu mengundang banyak wisatawan. Sementara Jokowi masih berkutat dengan persoalan Jakarta yang masih akut.

Jokowi masih mempunyai pekerjaan rumah untuk mengurusi Jakarta. Salah satunya adalah banjir.

Jokowi menjelaskan, sudah 20 tahun sungai-sungai di Jakarta tidak dikeruk, maka butuh 8 tahun untuk membebaskan Jakarta dari banjir. Ia juga pusing karena masih ada 34.000 kepala keluarga tinggal di bantaran sungai.

"Masalah paling utama kami sekarang adalah kebutuhan dasar manusia. Banjir dan kemacetan lalu lintas. Di Jakarta, kesenjangan antara kaya dan si miskin sangat luas," ujarnya.

Untuk mengetahui persoalan Jakarta lebih detail, Jokowi tak ingin lama-lama di kantor. Karena itu ia kerap blusukan keliling Jakarta.

"Satu atau dua jam setiap hari lebih dari cukup (di kantor). Masalahnya bukan di kantor, masalahnya ada di luar sana," katanya. 

"Setiap hari saya menyambangi masyarakat, turun ke jalan. Saya bisa tahu apa keinginan mereka, apa yang mereka butuhkan," imbuhnya.

Source : merdeka.com