Latest News

Showing posts with label Fenomena. Show all posts
Showing posts with label Fenomena. Show all posts

Saturday, January 25, 2014

Jadi Figur Populer, Jokowi Kerap Muncul dan Dibahas Media Prancis

Jokowi Blusukan Bersama Media Prancis (Bilkis/detikcom)Mulya Nurbilkis - detikNews

Jadi Figur Populer, Jokowi Kerap Muncul dan Dibahas Media Prancis



Jakarta - Jokowi sepertinya sudah menjadi magnet media luar negeri karena pola kerja blusukannya yang berbeda dengan pejabat negara lainnya. Hari ini, Jokowi kembali menjadi politisi pertama di Indonesia yang diliput oleh junalis TV5 asal Perancis.

"Dia (Jokowi) politisi Indonesia pertama yang kami ikuti. Alasannya karena dia punya gaya yang berbeda dalam memimpin," kata Steven yang menjadi koordinator jurnalis asal Perancis ini pada wartawan di sela-sela blusukan Jokowi di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2014).

Steven membawa 5 orang kru untuk mengikuti keseharian Jokowi sepanjang hari. Mulai dari bersepeda dari rumah dinas Jokowi di Jalan Taman Suropati hingga blusukan ke perkampungan warga di Jalan Tambak, Pegangsaan, Menteng.

Media elektronik TV5, tempat Steven bekerja memutuskan untuk meliput Jokowi setelah nama mantan walikota Solo ini kerap muncul di media-media Perancis. Ia tak menampik bahwa sosok Jokowi cukup seksi dalam pembicaraan politik di Indonesia. Namun, ia tak hanya ingin menyoroti sosok Jokowi dari sisi politik saja.

"Kami banyak membaca artikel tentan dia tapi kami juga ingin mengangkat sisi sosial dan budaya Indonesia khususnya Jakarta dibawah kepemimpinannya," sambung Steven.

Keenam jurnalis ini ikut merasakan blusukan ala Jokowi yang selalu dikerumi warga bila datang menyapa seperti di perkampungan bantaran kali Ciliwung, Kwitang, Jakarta Pusat. Media ini juga turut masuk ke gang sempit meliput Jokowi shalat Jumat di salah satu mesjid di Jalan Tambak Jakarta Pusat. Mereka terlihat agak kewalahan mengikuti gaya blusukan Jokowi.

Begitupun saat mengikuti peluncuran APRB di halte Slipi Petamburan, salah satu kameramennya nampak pasrah harus bercucuran keringat dan berdesak-desakan dalam bus selama perjalanan.

Menurut Steven, Jokowi mengantarnya untuk pertama kali mengunjungi pemukiman padat penduduk di Jakarta. Dengan gamblang Jokowi menjelaskan padanya bahwa Jakarta masih memiliki ratusan ribu pemukiman kumuh di bantaran kalinya.

"Ini baru pertama kalinya kami ke perkampungan warga, Dia orang baik dan politikus yang populer di Indonesia. Dia mempersiapkan dengan baik segala program-programnya," pungkasnya.

Rencananya mereka akan tinggal di Jakarta selama seminggu. Namun, mereka hanya mengikuti Jokowi untuk hari ini saja. Selanjutnya, rombongan ini akan menemui menteri pariwisata dan kebudayaan RI.
(bil/spt)

Source : news.detik.com

Monday, January 20, 2014

�Nabi Baru� Bernama Jokowi

Joko Widodo (img.bisnis.com)

Joko Widodo (img.bisnis.com)

�Nabi Baru� Bernama Jokowi


Seumpama lembaga hukum, Joko Widodo adalah personifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mengkritiknya adalah cela, memberitakan sisi negatifnya adalah hina. Jika rekan-rekan mencoba untuk mengkritik Jokowi di sosial media, rekan-rekan harus menyiapkan mental terlebih dahulu untuk menerima serangan dari para Jokowi Lovers. Bahkan, sekadar memberikan saran kepada Jokowi pun, anda akan mendapatkan jawaban: �saran seperti itu pasti sudah dipikirkan oleh Pak Jokowi�.
Demikianlah kecintaan masyarakat kita terhadap Jokowi, begitu lubernya. Entah benar-benar masyarakat entah akun-akun buatan tim media milik Jokowi sendiri, saya tidak tahu dan tidak berkepentingan untuk memverifikasinya. Namun saya punya pengalaman menarik, sewaktu acara �Buka Puasa Bersama Presiden� di Gedung SME Tower dalam rangka Hari Anak Nasional Bulan Ramadhan lalu. Waktu itu anak-anak SMA mengelu-elukan Jokowi melebihi para menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu. Setidaknya pengalaman itu membuktikan bahwa kecintaan massa terhadap Jokowi adalah realitas yang harus kita pahami, dan hal itu benar-benar eksis di masyarakat. Tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Lazim dan sah.
Ramalan Leluhur Nusantara tentang Jokowi
Entah kapan awalnya, sosok Jokowi kemudian diasosiasikan sebagai personal yang mewakili ramalan para leluhur Nusantara berabad-abad silam. Jika kita menelisik kearifan lokal raja-raja Jawa dalam ramalan mereka menjelang masa-masa keruntuhannya, kita akan melihat sebuah kesamaan mengenai akan munculnya seorang Satria yang menjadi Ratu Adil, meski disebutkan dengan nama berbeda.
Ratu Adil tersebut disebut oleh Jayabaya dengan nama �Puta Batara Indra�, sementara Prabu Siliwangi menamainya sebagai �Budak Angon� , Ronggowarsito menyebutnya dengan gelaran �Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu�. Semua nama tersebut senafas dengan ramalan Sabdo Palon Noyo Genggong ketika berselisih dengan Prabu Brawijaya.
Dalam Serat Darmagandhul dikisahkan ucapan-ucapan penting Sabdo Palon dalam sebuah pertemuan antara dirinya dengan Sunan Kalijaga dan Prabu Brawijaya di Blambangan yang kini bernama Banyuwangi. Pertemuan ini terjadi ketika Sunan Kalijaga mencari dan menemukan Prabu Brawijaya yang tengah lari ke Blambangan untuk meminta bantuan bala tentara dari kerajaan di Bali dan Cina guna memukul balik serangan putranya, Raden Patah yang telah menghancurkan Majapahit. Namun hal ini bisa dicegah oleh Sunan Kalijaga dan akhirnya Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Pada waktu itulah, Punakawan Sabdo Palon kecewa dan menyatakan perpisahannya dengan sang Raja yang telah diasuhnya selama ini karena perbedaan agama. Dalam kesempatan itu Sabdo Palon sempat menyampaikan pandangan batinnya mengenai tanah jawa di masa depan, terutama Mengenai munculnya seorang satria yang kemudian menjadi  mitos di Nusantara dengan nama �Satrio Piningit�.
Saya tidak ingin membedah ramalan tersebut terlalu jauh. Saya hanya menghargai sebuah naskah kuna Nusantara yang mengisahkan sebuah nasihat berisi kekecewaan seorang guru spiritual raja yang akhirnya memutuskan berpisah karena sang raja memeluk agama baru yang menurutnya �kearab-araban�. Dalam naskah tersebut  Sabdo Palon membuka rahasia kepada sang Raja bahwa  dirinya telah berusia 2000 tahun. Selain sebagai orang yang tidak suka dengan ramal-ramalan, sebagai seorang yang cukup rasional, terus terang saya sulit menerima usia �2000 tahun� itu.
Ramalan mengenai Ratu Adil yang �njawani� itu kemudian diasosiasikan sebagai Joko Widodo. Raja dari kampung yang akan memerintah Nusantara menuju kejayaannya kembali. Saya tidak tahu persis apa indikator-indikator sehingga asosiasi tersebut muncul. Namun saya lebih menangkap hal tersebut sebagai sebuah �hysteria massa�. Masyarakat kita sudah terlalu jenuh dengan pemimpin-pemimpin yang formalis, normatif, teroritis, penuh dengan tata aturan protokoler, yang memerintah di balik meja kantor namun jarang turun ke lapangan. Jokowi mengisi dahaga massa itu, dan media massa menggorengnya.
Teori Kultivasi
Masyarakat kita adalah masyarakat media. Apa yang diberitakan media dianggap sebagai realitas yang sesungguhnya. Saya harap rekan-rekan masih ingat bagaimana masyarakat ramai-ramai mendatangi Ponari, dukun cilik dari jawa itu untuk berobat. Bagi saya fenomena itu adalah akibat dari pemberitaan media yang massivemengenai kesaktian batu ajaib produk dari sambaran petir itu. Kasus �kolor ijo� yang suka memperkosa gadis-gadis  untuk memperoleh kesaktian, adalah fenomena lain lagi. Waktu itu, ibu-ibu tetangga rumah minta izin untuk mengambil bambu kuning di halaman rumah saya, ketika saya tanya untuk apa, untuk menhindari kolor ijo, katanya. Saya terkejut dan menyadari betapa pengaruh media begitu memengaruhi mindsetmasyarakat kita.
Dalam teori media massa, fenomena ini masuk ke dalam Teori Kulvitasi (Cultivation Theory), sebuah teori yang pertama kali dikenalkan oleh George Gerbner ketika ia menjadi dekan di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat. Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah �Living with Television: The Violence profile�, Journal of Communication, tahun 60-an. Gerbner mempelajari pengaruh menonton televisi dalam kehidupan masyarakat. Teori ini mendeksripsikan bahwa media menghasilkan sebuah dampak dimana ada sebagian masyarakat yang menganggap dunia nyata (kehidupan sehari-hari) berjalan sesuai dengan dunia yang digambarkan oleh media. Ataupun sebaliknya, menganggap bahwa dunia dalam media itu adalah �realita�. Persis sekali dengan cara sebagian masyarakat Indonesia berinteraksi dengan berita-berita di televisi.
Pun demikian dengan Jokowi, pemberitaan di media secara massive tentang Jokowi yang nyaris tanpa cacat, menghasilkan sebuah �histeria massa� dimana masyarakat mengelu-elukan Jokowi secara berlebihan. Jokowi dianggap sebagai Satrio Piningit tanpa cacat, sosok sempurna, Hercules setangah dewa, bahkan pengulutusanya nyaris seperti �menabikan� Jokowi.
Pakar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengkhawatirkan nama Gubernur DKI Joko Widodo yang merajai hasil survei karena tidak ada pesaing yang dapat menandingi mantan wali Kota Solo itu.
�Saya khawatir dengan fenomena ratu adil. Sepertinya Jokowi jadi manusia setengah dewa. Ini capres setengah dewa tidak sehat jangan terjebak dengan mitos ratu adil,�katanya.
Jangan terkejut Jika kita mengetik kata: �Nabi Jokowi�, pada search engine paling popular, Google, akan muncul 3,250,000 hasil dalam 0, 34 detik! Padahal prestasi Jokowi sejauh ini (mohon maaf jika kurang berkenan bagi beberapa pihak) juga belum terlalu signifikan. Macet dan banjir belum ada perubahan dibanding masa-masa ketika DKI dipimpin oleh Gubernur sebelumnya, bahkan sejujurnya: Cenderung meningkat.
Pengultusan Jokowi seumpama nabi bahkan cenderung menjadi tidak sehat ketika ada artikel-artikel di media online yang mengekritik Jokowi. Dalam banyak forum, komentar dari para Jokowi Lovers nampak sudah masuk dalam zona yang tidak lagi rasional. Kita mungkin dapat memahami fenomena ini sebagai sebentuk harapan masyarakat terhadap Jokowi, namun kita perlu juga fahami bahwa Jokowi adalah manusia biasa yang juga membutuhkan kritik dan saran, mengutip Dorce Gamalama, �tidak ada manusia yang sempurna, yang sempurna hanya Tuhan�

Menjadikan Jokowi seperti Nabi adalah hal yang berbahaya, selain bagi agama yang melarang kultus individu, juga berbahaya bagi iklim demokrasi kita. Karena demokrasi adalah sistem politik dimana kita diharuskan menerima ragam pendapat, menerima atau legawa jika pilihan kita tidak sesuai dengan keinginan mayoritas masyarakat lain. Saya khawatir, secara psikologis, kecintaan yang compulsiveterhadap Jokowi melahirkan �frustasi massa� seandainya manusia setengah dewa itu tak kunjung menjadi pemimpin di negeri ini, entah karena kendaraan politik yang tak kunjung merestuinya, atau ada momentum lain yang melahirkan tokoh alternatif selainnya
Salam hangat.
@mistersigit

Source : sosbud.kompasiana.com

Wednesday, January 15, 2014

Sukarelawan: Apa pun Partainya, Jokowi Presidennya

Sukarelawan: Apa pun Partainya, Jokowi Presidennya

Sukarelawan: Apa pun Partainya, Jokowi Presidennya

Surabaya - Koordinator Jawa Timur surelawan Jokowi Presidenku, Hariyawan Nugroho, meragukan PDIP bisa tembus sampai 20 persen dalam pemilihan legislatif yang bakal digelar 9 April 2014. "Enggak akan sampai 20 persen suara jika Jokowi tidak ditetapkan sebelum pileg nanti," kata Hariyawan saat dihubungi Tempo, Senin siang, 13 Januari 2014.

Menurut Hariyawan, suara mengambang yang berharap Jokowi menjadi calon presiden lebih besar dari suara yang bakal diraih PDIP jika tidak segera menjadikan Jokowi sebagai calon presiden. Dia mengatakan, elite PDIP seharusnya memikirkan besarnya potensi suara mengambang yang berharap besar kepada Jokowi. "Dikhawatirkan suara mengambang itu akan beralih ke partai lain jika Jokowi tidak dideklarasikan sebelum pileg," katanya. 

Hariyawan mengatakan, sukarelawan bahkan mulai bergerak untuk mencari dukungan dari partai lain agar memastikan secara tegas bahwa Jokowi sebagai calon presiden yang akan mereka usung. "Apa pun partainya, Jokowi presidennya," kata Hariyawan. Konsekuensinya bagi PDIP, kata dia, potensi suara yang akan mengalir ke PDIP akan beralih ke partai lain. "Di Semarang saja sudah banyak yang akan mengalir ke Gerindra," kata dia.

Jika Jokowi tidak segera dideklarasikan sebagai calon presiden yang akan diusung sebelum pileg, suara PDIP dalam pileg akan kurang dari 20 persen. Adapun Sekretaris PDIP Jawa Timur, Kusnadi, mengatakan Jokowi memang banyak mendapat simpati dari publik. "Saya juga ikut bangga ada kader PDIP yang mendapat simpati publik," katanya. Namun, kata dia, hendaknya para sukarelawan ini bisa bekerja sama memenangkan PDIP di pileg. 

Ihwal tidak adanya jaminan bahwa Jokowi akan dicalonkan sebagai calon presiden, Kusnadi justru mengatakan seharusnya sukarelawan percaya dan tidak curiga dengan PDIP. "Mau siapa pun calonnya, yang harus dilakukan adalah bagaimana supaya PDIP meraih suara yang bisa memenuhi untuk mengajukan calonnya sendiri," kata Kusnadi. Karena itu, sukarelawan seharusnya juga sama-sama ikut berjuang untuk tujuan yang sama. 

"Sebenarnya tujuannya sama," kata Kusnadi soal gerakan sukarelawan Jokowi dengan PDIP. Ihwal kekhawatiran sukarelawan kalau Jokowi tidak akan diajukan sebagai calon presiden walaupun PDIP mampu mendulang suara yang mencukupi persyaratan untuk mengajukan calonnya sendiri, Kusnadi mengatakan bahwa dalam bekerja sama untuk tujuan yang sama jangan ada kecurigaan.

DAVID PRIYASIDHARTA

Source : tempo.co

Kharisma Jokowi Sama Seperti Soekarno dan Soeharto

Kharisma Jokowi Sama Seperti Soekarno dan Soeharto

TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Pengamat politik, DR Siti Zuhro 

Kharisma Jokowi Sama Seperti Soekarno dan Soeharto


JAKARTA - Belum lama ini, peserta Konvensi Capres Partai Demokrat Endriartono Sutarto menyebut fenomena kegemilangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai hal yang aneh.
Sosok Jokowi menjadi satu diantara pilihan masyarakat untuk pemilihan presiden 2014 lantaran Jokowi sering masuk media. Padahal menjadi seorang pemimpin wajib dilihat rekam jejaknya.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik LIPI Siti Zuhro mengatakan masyarakat di negara berkembang memang memiliki kecenderungan mengagumi pemimpin yang kharismatik dan populis.
"Tentunya masyarakat sangat menggandrungi tokoh yang mampu membaca tren kebutuhan masyarakat," kata Siti lewat sambungan telepon, Selasa (7/1/2014).
Sosok bersahaja dan sederhana seperti Jokowi, kata Siti, menjadi cerminan masyarakat luas saat hedonisme dan oportunis yang tinggi baik di legislatif, eksekutif dan yudikatif tidak lagi amanah dan berjamaah melakukan korupsi.
"Kegemilangan Jokowi tidak muncul begitu saja. Dia punya kharismatik sama seperti Soekarno dan Soeharto. Masyarakat Indonesia memang terobsesi memiliki pemimpin impian," ungkapnya.
Siti menilai kritikan Endriartono terhadap Jokowi dipengaruhi backgroundnya sebagai komandan militer yang mempunyai leadership ketokohan.
"Endriartono paham betul soal itu, karena kan karier tentara dari bawah. Hanya politik saja yang bisa loncat, makanya dia sangat heran sekali, kok (Jokowi) bisa jadi kutu loncat, dia juga bingung," ujarnya.
Siti menambahkan, perlu diingat agar semua pemimpin Indonesia memiliki bekal yang cukup.
"Indonesia ini secara politiknya hobi memiliki mental asal terabas. Seperti yang dibilang Mukhtar Lubis, orang karbitan. Tidak mau berkeringat, politik pencitraan yang menyesatkan," katanya.

Source : tribunnews.com

Warga Bandung Antusias Dukung Jokowi

Cover
Bara JP di Bandung (Foto: BaraJP ) - Indonesia In News

Warga Bandung Antusias Dukung Jokowi

Masyarakat Bandung Jawa Barat antusias memberi dukungan, saat car free day di Jl. Ir. H. Juanda (yang lebih dikenal sebagai Jalan Dago), Minggu (12/1).

"Ayo Bandung siap siap Jokowi, siap kumpul koin sumbangan buat kampanye Jokowi," ujar seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). "Jokowi kan Soekarno Muda, anak ITB juga, arsitek,  roh Soekarno memang ada di Jokowi," tambahnya.

Sekelompok anak muda komunitas sepeda, juga antusias memberi tanda tangan dukungan, yang dikoordinasi Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Jawa Barat, bersama tim Komite Nasional Posko Jokowi (Kompas Posko) DPP Bara JP.

"Saya tak menyangka sambutan warga Bandung demikian antusias," ujar Jawalson Silalahi (Bara JP Bandung), Koordinator Lapangan, yang disokong Ketua Bara JP Jawa Barat, Dwi Soebawanto.
"Dengan antusias begini, maka Komnas Pojok akan selalu membantu Bara JP Bandung dan Jawa Barat untuk sosialisasi di Bandung dan sekitar," ujar Handoko Putro, Direktur Komnas Pojok.

Seperti diketahui, bagi warga Bandung, Jokowi bukan sosok baru, sebab Jokowi sudah pernah memberi kuliah umum di Universitas Pasundan (Unpas) Bandung. (rj/ag)

- See more at: http://sigmanews.co.id/id/read/7820/warga-bandung-antusias-dukung-jokowi-.html#sthash.iswi0NvO.dpuf

Relawan: Dukungan Joko Widodo Meluas ke Daerah

Relawan: Dukungan Joko Widodo Meluas ke Daerah

Sejumlah orang yang menamakan dirinya Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 (Bara JP-2014) menjajakan kaos dengan harga 50 ribu per-helai ini laris manis dibeli oleh perserta ataupun kader PDI yang datang ke arena Rakernas. (Warta Kota/henry lopulalan) 

Relawan: Dukungan Joko Widodo Meluas ke Daerah


 JAKARTA - Koordinator Nasional Relawan Indonesia Baru (RIB), Ibnu Kurniawan, mengatakan dukungan kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden RI pada Pilpres 2014 ini makin meluas hingga ke daerah-daerah di Indonesia.
Peningkatan dukungan terhadap Jokowi tersebut pun terlihat dengan terbentuknya RIB di daerah-daerah seperti, Padang (Sumatera Barat), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), dan Mataram (Nusa Tenggara Barat).
�Masyarakat yang mendukung Jokowi menjadi Presiden 2014 sangat massif, spontanitas dan semakin terorganisir,� kata Ibnu Kurniawan di Jakarta, Selasa (14/1/2014).
Ibnu menjelaskan Relawan Indonesia Baru merupakan salah satu jaringan dan kelompok masyarakat yang menggalang dukungan dan menghimpun relawan untuk mendorong Joko Widodo (Gubernur DKI Jakarta) menjadi Presiden RI.
RIB melakukan sejumlah aktivitas yang merakyat dan sekaligus menanamkan kesadaran tentang pentingnya perubahan. Perubahan menuju Indonesia yang lebih baik tersebut membutuhkan pemimpin yang mempunyai visi, berwibawa, dan tegas. Salah satu kampanye yang sedang digalakkan RIB adalah Gerakan Celup Jari Manis untuk Jokowi.
�Celup jari manis itu tandanya kesetiaan dan kami berharap masyarakat yang menaruh simpati akan setia memilih Jokowi menjadi Presiden RI,� kata Ibnu yang juga penggagas Gerakan Pokoke Jokowi Presiden (GPJP) ini.
Saat ini, menurut Ibnu, jumlah relawan yang bergabung dalam Relawan Indonesia Baru makin luas hingga ke daerah-daerah.
Dia menjelaskan sebagai wujud dukungan terhadap Jokowi menjadi Presiden 2014, Relawan Indonesia Baru di Jakarta dan sekitarnya mengadakan kegiatan kampanye dengan tema �Gerakan Celup Jari Manis untuk Jokowi� pada hari Minggu, 12 Januari 2014, pukul 07.00 - 10.00 WIB. Kegiatan ini digelar di sela-sela Car Free Day, Jalan Sudirman-Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Ibnu Kurniawan mengungkapkan, kegiatan Relawan Indonesia Baru tersebut antara lain menggelar deklarasi dan pernyataan Relawan Indonesia Baru (RIB) untuk mendukung Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI tahun 2014. Selain itu, RIB juga menggelar panggung rakyat berupa musik perkusi, terompet, band, dan tarian reog serta pembagian kaos bertulis Dukung Jokowi untuk Presiden RI 2014.

Source : tribunnews.com